Heroik Mbah Abdul Kodir dari Tanah Blitar
loading...
A
A
A
Pengakuannya, ia membeli peluru, kemudian peluru dimasukin ke pipa besi yang dijadikan sebagai laras, kemudian disogok atau ditusuk sehingga peluru meledak. “Batalyon 308 H.Machfud atau Batalyon Gelatik,” katanya saat ditanya ia ikut kelompok siapa.
Nama Machfud diabadikan karena nyali heroiknya yang mengagumkan. Pejuang asal Kediri itu, dalam salah satu pertempuran pascakemerdekaan, melompat ke atas panser, lalu membuka tutup dan melemparkan granat ke dalamnya. “Blaaaarrrr…. Hancur semua. Lalu Machfud diangkat menjadi mayor,” kenang Kodir.
Lalu, Mbah Abdul Kodir sendiri memegang senjata apa ketika berperang? “Bambu runcing! Lha bagaimana lagi, senjata karaben satu saja dipakai tiga-empat orang bergantian,” ujarnya terkekeh.
Bersama pasukan yang lain, ia melakoni pertempuran demi pertempuran di sebagian wilayah Jawa Timur. Mengaku pernah berperang di Madura dan Gresik. “Ya, pokoknya ditugaskan di mana-mana. Ya siap saja,” katanya.
“Tidak takut mati, Mbah?”
“Tidak. Soalnya negaraku ingin dijajah lagi. Kami semua semangat,” jawabnya tegas.
Saat diminta nasihat untuk generasi muda, Kodir pun berpesan, “Pesan saya, jaga negara ini agar tidak dijajah bangsa asing lagi. Aku tidak pandang bulu. Mau dia Kristen, Buddha atau Islam, semua adalah Saudara.”
Menyambut Hari Kemerdekaan ke-78 RI dan HUT ke 20 PPAD, tim PPAD menyambangi kediaman Mbah Abdul Kodir di Desa Maron, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. Tim PPAD yang dipimpin Brigjen TNI Pur Edison S.E, M.M didampingi Ketua PPAD Jawa Timur, Mayjen TNI Purn DR Wibisono Poespitohadi tiba di kediaman Mbah Abdul Kodir pada 14 Agustus 2023 sore.
Ahmad Widodo, sang anak kedua menyambut hangat, ditemani Yusuf Handaka putra pertama serta si bungsu seorang perempuan, Tri Kumala Hayati. Sejumlah pengurus Pepabri dan Legiun Veteran RI Kabupaten Blitar kompak ikut bergabung.
Kodir menerima utusan PPAD di tempat tidurnya. Ketika ditanya bagaimana kondisinya, ia menjawab, “Kondisinya dari dengkul (lutut kanan) ke tepong (paha) tidak bisa diangkat. Lain-lain tidak apa-apa.”
Nama Machfud diabadikan karena nyali heroiknya yang mengagumkan. Pejuang asal Kediri itu, dalam salah satu pertempuran pascakemerdekaan, melompat ke atas panser, lalu membuka tutup dan melemparkan granat ke dalamnya. “Blaaaarrrr…. Hancur semua. Lalu Machfud diangkat menjadi mayor,” kenang Kodir.
Lalu, Mbah Abdul Kodir sendiri memegang senjata apa ketika berperang? “Bambu runcing! Lha bagaimana lagi, senjata karaben satu saja dipakai tiga-empat orang bergantian,” ujarnya terkekeh.
Bersama pasukan yang lain, ia melakoni pertempuran demi pertempuran di sebagian wilayah Jawa Timur. Mengaku pernah berperang di Madura dan Gresik. “Ya, pokoknya ditugaskan di mana-mana. Ya siap saja,” katanya.
“Tidak takut mati, Mbah?”
“Tidak. Soalnya negaraku ingin dijajah lagi. Kami semua semangat,” jawabnya tegas.
Saat diminta nasihat untuk generasi muda, Kodir pun berpesan, “Pesan saya, jaga negara ini agar tidak dijajah bangsa asing lagi. Aku tidak pandang bulu. Mau dia Kristen, Buddha atau Islam, semua adalah Saudara.”
Lagu Jepang
Menyambut Hari Kemerdekaan ke-78 RI dan HUT ke 20 PPAD, tim PPAD menyambangi kediaman Mbah Abdul Kodir di Desa Maron, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. Tim PPAD yang dipimpin Brigjen TNI Pur Edison S.E, M.M didampingi Ketua PPAD Jawa Timur, Mayjen TNI Purn DR Wibisono Poespitohadi tiba di kediaman Mbah Abdul Kodir pada 14 Agustus 2023 sore.
Ahmad Widodo, sang anak kedua menyambut hangat, ditemani Yusuf Handaka putra pertama serta si bungsu seorang perempuan, Tri Kumala Hayati. Sejumlah pengurus Pepabri dan Legiun Veteran RI Kabupaten Blitar kompak ikut bergabung.
Kodir menerima utusan PPAD di tempat tidurnya. Ketika ditanya bagaimana kondisinya, ia menjawab, “Kondisinya dari dengkul (lutut kanan) ke tepong (paha) tidak bisa diangkat. Lain-lain tidak apa-apa.”