Profil dan Sejarah PPP, Berusia 50 Tahun Lahir dari Gabungan Partai Islam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan salah satu partai politik berbasis Islam yang cukup besar di Indonesia. Setiap pemilu, PPP juga kerap jadi salah satu kontingen kuat di tengah banyaknya partai raksasa lain.
Untuk pesta demokrasi terbesar Indonesia yang akan diselenggarakan pada 2024, PPP sendiri telah gerak cepat dengan berkoalisi dengan PDIP untuk mendukung Ganjar Pranowo sebagai bakal capres.
Tidak hanya itu, PPP bahkan telah mempersiapkan salah satu kadernya yakni Sandiaga Uno sebagai bakal calon wakil presiden untuk mendampingi Ganjar Pranowo nanti.
Dilansir dari laman resmi PPP, Partai Persatuan Pembangunan didirikan pada 5 Januari 1973. Berdirinya partai berlambang Kabah ini adalah fusi dari Partai Nahdlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam Perti.
Dengan gabungan dari sejumlah partai berbasis Islam tersebut, membuat PPP memproklamirkan dirinya sebagai kekuatan politik berbasis agama yang cukup besar.
Mengusung lambang Ka'bah sejak awal berdiri, PPP telah mengusung asas Islam. Namun pada tahun 1984, asas Negara Pancasila mulai dianut oleh partai karena adanya tekanan masa Orde Baru.
Selanjutnya PPP secara resmi menggunakan asas Pancasila dengan lambang bintang dalam segi lima berdasarkan Muktamar I PPP tahun 1984.
Lambang Ka'bah kembali dipakai PPP ketika kembali mengusung asas Islam sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto pada tahun 1998.
Pada 5 Januari 1973, H.Mohammad Syafaat Mintaredja, SH. menjadi orang pertama yang menjadi Ketua Umum PPP untuk periode 1973-1978. Selanjutnya ketua umum partai secara berturut-turut antara lain sebagai berikut.
- Jailani Naro (1978-1989)
- Ismail Hasan Metareum (1989-1999)
- Hamzah Haz (1998-2007)
- Suryadharma Ali (2007-2014)
- Muhammad Romahurmuziy (2016-2019)
- Suharso Monoarfa (2019-2020)
Saat ini PPP tengah dipimpin oleh Muhammad Mardiono, yang terpilih sebagai Plt Ketua Umum pada Mukernas September 2022.
Sepanjang keikutsertaan PPP dalam pesta demokrasi Indonesia sejak tahun 1999 sampai 2019 lalu, diketahui bahwa jumlah kursi dan suara yang diperoleh kian menurun.
Perolehan tertinggi didapat pada tahun 1999, ketika PPP berhasil memperoleh 11.329.905 suara dan mendapat 58 Kursi. Raihan itu lalu turun pada Pemilu 2004, dimana partai Islam tersebut hanya memperoleh 9.248.764 suara, namun masih tetap mendapat 58 kursi.
Penurunan drastis terjadi di Pemilu 2009, dimana PPP hanya mendapat 5.533.214 suara dan memperoleh 38 kursi. Meski sempat meningkat pada Pemilu 2014, karena berhasil mendapat 39 kursi dengan 8.157.488 suara, perolehan PPP kembali turun di pemilu berikutnya.
Bahkan raihan PPP di tahun 2019 adalah yang terburuk, karena hanya mendapat 19 kursi saja dengan total 6.323.147 suara.
Untuk pesta demokrasi terbesar Indonesia yang akan diselenggarakan pada 2024, PPP sendiri telah gerak cepat dengan berkoalisi dengan PDIP untuk mendukung Ganjar Pranowo sebagai bakal capres.
Tidak hanya itu, PPP bahkan telah mempersiapkan salah satu kadernya yakni Sandiaga Uno sebagai bakal calon wakil presiden untuk mendampingi Ganjar Pranowo nanti.
Sejarah Partai Persatuan Pembangunan
Dilansir dari laman resmi PPP, Partai Persatuan Pembangunan didirikan pada 5 Januari 1973. Berdirinya partai berlambang Kabah ini adalah fusi dari Partai Nahdlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam Perti.
Dengan gabungan dari sejumlah partai berbasis Islam tersebut, membuat PPP memproklamirkan dirinya sebagai kekuatan politik berbasis agama yang cukup besar.
Mengusung lambang Ka'bah sejak awal berdiri, PPP telah mengusung asas Islam. Namun pada tahun 1984, asas Negara Pancasila mulai dianut oleh partai karena adanya tekanan masa Orde Baru.
Selanjutnya PPP secara resmi menggunakan asas Pancasila dengan lambang bintang dalam segi lima berdasarkan Muktamar I PPP tahun 1984.
Lambang Ka'bah kembali dipakai PPP ketika kembali mengusung asas Islam sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto pada tahun 1998.
Pada 5 Januari 1973, H.Mohammad Syafaat Mintaredja, SH. menjadi orang pertama yang menjadi Ketua Umum PPP untuk periode 1973-1978. Selanjutnya ketua umum partai secara berturut-turut antara lain sebagai berikut.
- Jailani Naro (1978-1989)
- Ismail Hasan Metareum (1989-1999)
- Hamzah Haz (1998-2007)
- Suryadharma Ali (2007-2014)
- Muhammad Romahurmuziy (2016-2019)
- Suharso Monoarfa (2019-2020)
Saat ini PPP tengah dipimpin oleh Muhammad Mardiono, yang terpilih sebagai Plt Ketua Umum pada Mukernas September 2022.
Sepanjang keikutsertaan PPP dalam pesta demokrasi Indonesia sejak tahun 1999 sampai 2019 lalu, diketahui bahwa jumlah kursi dan suara yang diperoleh kian menurun.
Perolehan tertinggi didapat pada tahun 1999, ketika PPP berhasil memperoleh 11.329.905 suara dan mendapat 58 Kursi. Raihan itu lalu turun pada Pemilu 2004, dimana partai Islam tersebut hanya memperoleh 9.248.764 suara, namun masih tetap mendapat 58 kursi.
Penurunan drastis terjadi di Pemilu 2009, dimana PPP hanya mendapat 5.533.214 suara dan memperoleh 38 kursi. Meski sempat meningkat pada Pemilu 2014, karena berhasil mendapat 39 kursi dengan 8.157.488 suara, perolehan PPP kembali turun di pemilu berikutnya.
Bahkan raihan PPP di tahun 2019 adalah yang terburuk, karena hanya mendapat 19 kursi saja dengan total 6.323.147 suara.
(okt)