Cerita Pengalaman Jadi Pemimpin, Ganjar Pranowo: Harus Terbiasa Dibully dan Dimarahi Rakyat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bakal calon presiden (Capres) Partai Persatuan Indonesia (Perindo), Ganjar Pranowo berbagi cerita menjadi saat menjadi seorang pemimpin harus terbiasa dibully hingga dimarahi rakyat. Ia juga menyebutkan untuk menjadi pemimpin juga tidak boleh ragu dalam mengambil sebuah keputusan.
Hal itu ia sampaikan saat menjadi pembicara di Talkshow: Hari Menjadi Manusia, di Kuningan City Ballroom, Jakarta Selatan, Sabtu (29/7/2023).
Baca Juga: Pendukung Ganjar Pranowo Lintas Benua Gelar Konsolidasi Internasional di Australia
"Yang pertama kita harus terbiasa untuk dibully. Keputusannya tidak menyenangkan semua orang, dan saya orang yang percaya, namanya pemimpin itu nggak boleh ragu. Kalau sudah dianalisis, semua didengarkan, ada keputusannya, silakan diambil," ujar Ganjar.
"Biasanya ini mereka ragu, nggak berani, karena kemudian akan mendapatkan arus tentangan. Buat saya biasa. Kalau jadi pemimpin, jangan ragu-ragu, pasti tidak bisa menyenangkan semua orang," sambungnya.
Ganjar menjelaskan selama dirinya menjadi Gubernur Jawa Tengah dirinya harus selalu mendengarkan keluh kesah warganya. Sesekali bahkan ia sampai dimarahi jika ada suatu hal yang menurut warganya tidak benar.
"Jadi pemimpin itu mendengarkan, terus kemudian menganalisis, pada titik tertentu ada problem kemudian diputuskan dengan segala risikonya," katanya.
Lebih lanjut, ia juga mencontohkan beberapa permasalahan keputusan yang diambilnya membuat sejumlah pihak tidak terima.
"Sebenarnya, risiko selanjutnya adalah kalau kita mitigasi nanti akan tidak senang ngamuk-ngamuk, marah-marah. Banyak kok. Saya jadi gubernur pertama ngurusin semen di Rembang didemo tiap hari. Hari ini masih ngurusi Wadas dimarahi lagi. Kemarin bicara U-20 dimarahin lagi saya," jelasnya.
Hal itu ia sampaikan saat menjadi pembicara di Talkshow: Hari Menjadi Manusia, di Kuningan City Ballroom, Jakarta Selatan, Sabtu (29/7/2023).
Baca Juga: Pendukung Ganjar Pranowo Lintas Benua Gelar Konsolidasi Internasional di Australia
"Yang pertama kita harus terbiasa untuk dibully. Keputusannya tidak menyenangkan semua orang, dan saya orang yang percaya, namanya pemimpin itu nggak boleh ragu. Kalau sudah dianalisis, semua didengarkan, ada keputusannya, silakan diambil," ujar Ganjar.
"Biasanya ini mereka ragu, nggak berani, karena kemudian akan mendapatkan arus tentangan. Buat saya biasa. Kalau jadi pemimpin, jangan ragu-ragu, pasti tidak bisa menyenangkan semua orang," sambungnya.
Ganjar menjelaskan selama dirinya menjadi Gubernur Jawa Tengah dirinya harus selalu mendengarkan keluh kesah warganya. Sesekali bahkan ia sampai dimarahi jika ada suatu hal yang menurut warganya tidak benar.
"Jadi pemimpin itu mendengarkan, terus kemudian menganalisis, pada titik tertentu ada problem kemudian diputuskan dengan segala risikonya," katanya.
Lebih lanjut, ia juga mencontohkan beberapa permasalahan keputusan yang diambilnya membuat sejumlah pihak tidak terima.
"Sebenarnya, risiko selanjutnya adalah kalau kita mitigasi nanti akan tidak senang ngamuk-ngamuk, marah-marah. Banyak kok. Saya jadi gubernur pertama ngurusin semen di Rembang didemo tiap hari. Hari ini masih ngurusi Wadas dimarahi lagi. Kemarin bicara U-20 dimarahin lagi saya," jelasnya.
(kri)