Bukan Perang, BMKG Ungkap Ancaman Paling Menakutkan bagi Dunia

Jum'at, 14 Juli 2023 - 06:53 WIB
loading...
Bukan Perang, BMKG Ungkap Ancaman Paling Menakutkan bagi Dunia
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyatakan, ancaman paling menakutkan bagi seluruh umat manusia bukanlah pandemi ataupun perang, melainkan perubahan iklim. FOTO ILUSTRASI/IST
A A A
JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) Dwikorita Karnawati menyatakan, ancaman paling menakutkan bagi seluruh umat manusia bukanlah pandemi ataupun perang, melainkan perubahan iklim . Menurutnya, perubahan iklim yang dipicu pemanasan global menjadi biang keladi berbagai bencana hidrometeorologi, cuaca ekstrem, kebakaran hutan dan lahan, dan juga krisis pangan.

"Perubahan iklim yang terjadi secara global tidak bisa dianggap remeh karena dampaknya bagi kehidupan sangat signifikan dan membahayakan. Kondisi ini mengancam seluruh negara di seluruh belahan dunia tanpa terkecuali," kata Dwikorita dalam keterangannya di sela-sela agenda Blended Training of Trainers on Climate Field School for Colombo Plan Member Countries di Cianjur, Jawa Barat, dikutip, Jumat (14/7/2023).

Perubahan iklim, kata Dwikorita, juga mengancam ketahanan pangan seluruh negara. Organisasi pangan dunia FAO bahkan memprediksi pada 2050 mendatang, dunia akan menghadapi potensi bencana kelaparan akibat perubahan iklim, sebagai konsekuensi dari menurunnya hasil panen dan gagal panen.



Dwikorita mengatakan berbagai upaya dilakukan negara-negara di dunia sebagai bagian dari mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, termasuk Indonesia. BMKG, kata dia, secara rutin menyelenggarakan Sekolah Lapang Iklim (SLI) sejak 2011 dengan menyasar petani dan penyuluh pertanian di seluruh pelosok Indonesia.

Keberhasilan kegiatan SLI di Indonesia ini bahkan telah dijadikan sebagai percontohan dan telah dilaksanakan TOT SLI untuk negara-negara Asia Pasifik, Timor Leste, dan Pakistan.

"Kegiatan Climate Field School (CFS)/Sekolah Lapang Iklim (SLI) kali ini diikuti oleh 8 negara anggota Colombo Plan dan Timor Leste. Total ada 19 peserta yang berasal dari Bangladesh, Bhutan, Myanmar, Nepal, Papua New Guinea, Sri Lanka, Filipina, dan Timor Leste. Negara-negara ini belajar bagaimana SLI diselenggarakan sebagai bagian dari upaya mencegah krisis pangan," tuturnya.



CFS juga merupakan salah satu program Kerja Sama Teknik Selatan-Selatan dan Triangular (KTSST) antara pemerintah Republik Indonesia, yakni Kementerian Sekretariat Negara dan BMKG dengan Sekretariat Colombo Plan. Kegiatan ini juga menjadi bukti kepemimpinan dan kontribusi Indonesia pada upaya adaptasi perubahan iklim, khususnya mengatasi masalah ketahanan pangan.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4096 seconds (0.1#10.140)