Forum ASEAN IIDC, Gus Yahya Ajak Semua Pihak Ciptakan Hidup Harmonis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf ( Gus Yahya ) menegaskan, harmoni adalah tujuan hidup semua umat manusia. Tindakan yang menyebabkan konflik katanya, akan dikutuk oleh semua karena menggangu harmoni.
Menurutnya, untuk itu menciptakan harmoni adalah cita-cita suci dan ajaran agung semua agama, maka ia wajib diperjuangkan oleh semua.
Penegasan Gus Yahya ini, disampaikan saat menjadi pembicara kunci, di forum sosialisasi ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC), Senin (10/7/2023).
Agenda ini digelar dari 9 s/d 11 Juli di Palembang. Pidato Gus Yahya sekaligus menjadi sambutan pembuka agenda yang akan menjadi side event KTT ASEAN di awal September 2023 mendatang.
Lebih lanjut Gus Yahya memaparkan panjang lebar mengenai kondisi masyarakat dunia yang dari masa ke masa selalu terjadi konflik.
"Terlebih di era globalisasi seperti sekarang ini yang sudah tidak ada lagi sekat, sehingga semua orang dari latar belakang apa pun bercampur menjadi satu," kata mantan Jubir Presiden KH Abdurrahman Wahid ini.
Menurut Gus Yahya, semua orang memiliki tanggung jawab untuk mengupayakan kehidupan yang harmonis di masa depan untuk menghindari konflik berkepanjangan. Jika tidak, konflik antarperbedaan di dunia ini akan terus terjadi dan menghancurkan kemanusiaan.
"Menjadi tanggung jawab setiap manusia untuk memikirkan cara supaya masyarakat manusia di atas bumi yang kecil ini, di masa depan sungguh-sungguh mampu untuk mengembangkan kehidupan yang harmonis di antara perbedaan-perbedaan yang mereka miliki itu," terang Gus Yahya.
"Karena apabila tidak, maka tidak ada arah lain dari konflik antarperbedaan itu yang kemungkinan terus terjadi di antara manusia selain kehancuran bersama," sambungnya.
Lebih lanjut Gus Yahya mengungkapkan sebuah ajaran dari KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang hingga kini menjadi dasar untuk bergerak membangun peradaban dunia yang lebih baik di masa depan.
Gus Yahya mengutip kalimat nasihat Gus Dur yakni tidak ada cara yang lebih baik untuk membantu Islam selain dengan menolong kemanusiaan seluruhnya.
"Karena kalau hanya berpikir tentang Islam saja, dengan mengabaikan yang lain, apalagi dengan menganggap yang lain sebagai rintangan, maka Islam bukannya akan mencapai kemaslahatan tetapi justru akan terbentur kepada konflik-konflik yang tidak berujung dan tidak akan memenangkan apa-apa, selain hancur bersama-sama yang lain," jelas Gus Yahya.
Gus Yahya menyebutkan, globalisasi sebagai era yang menjadikan dunia mengarah pada satu wujud kampung raksasa. Di dalamnya, tidak ada satu pun orang atau kelompok yang bisa mengasingkan diri dari orang lain.
Semua orang, lanjutnya, terpaksa harus bersinggungan dengan siapa pun yang tinggal bersama-sama di atas bumi ini. Tidak lagi mungkin satu peradaban tumbuh sendiri dan terpisah dari peradaban yang lain.
"Dunia masyarakat global ini akan terus mengarah pada terwujudnya satu peradaban tunggal yang saling bercampur satu sama lain," tutur Gus Yahya.
Di dalam keadaan seperti itu, ia menegaskan, bahwa isu tentang perbedaan menjadi semakin krusial.
"Zaman dulu, orang bisa mudah memelihara cirinya sendiri walaupun berbeda dari yang lain, tanpa saling mengganggu. Karena ada ruang-ruang yang memungkinkan setiap kelompok hidup dan tumbuh sendiri terpisah dari yang lain," ujarnya.
Gus Yahya mencontohkan, bahwa pada masa lalu "wong kito" di Palembang tak perlu harus berurusan dengan "reng medureh" atau orang Madura. Tetapi di masa sekarang hal itu dimungkinkan karena Ketua PWNU Sumatra Selatan KH Amiruddin Nahrawi adalah orang asli Madura.
"Contoh lain, ada Rishi Sunak sebagai seorang berdarah India yang menjadi Perdana Menteri di Inggris. Ada juga Sadiq Aman Khan, Wali Kota London beragama Islam yang orang tuanya berasal dari Pakistan," kata Gus Yahya.
Menurut Gus Yahya, fenomena tersebut tak pernah terbayangkan sebelumnya. Tetapi saat ini, di era globalisasi yang menghendaki semua orang bercampur satu sama lain, semua hal yang tak terbayangkan sebelumnya, bisa terjadi.
"Karena dunia ini cenderung mengarah kepada satu kampung yang besar dalam satu peradaban tunggal yang saling bercampur. Dalam keadaan demikian, sekali lagi, isu-isu tentang perbedaan ini krusial sekali," ujar Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.
"Nah, maka jelas bahwa peradaban yang kita hidupi bersama ini membutuhkan unsur-unsur yang dapat memelihara harmoni di antara kita semua, di tengah-tengah perbedaan yang kita miliki ini," tutupnya.
Sebagai informasi, Sosialiasi R20 Menuju ASEAN IIDC 2023 di Palembang ini dihadiri sejumlah tokoh. Di antaranya Dirjen Bimas Islam Kemenag RI H Kamaruddin Amin, Rektor UIN Raden Fatah Palembang Nyayu Khodijah, Dirjen Kerja Sama ASEAN Kemenlu RI Sidharto R Suryodipuro, dan Staf Ahli Hubungan Antarlembaga Kemenlu RI Habib Muhsin Syihab.
Rencananya, ASEAN IIDC akan diselenggarakan pada September 2023 sebagai bagian dari penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Kegiatan yang akan membahas tentang peradaban masyarakat di kawasan Indo-Pasifik itu akan digelar setelah KTT ASEAN.
Gelaran ASEAN IIDC 2023 ini telah mendapat persetujuan dan dukungan dari Presiden RI Joko Widodo. Di forum ini, PBNU akan mengundang para tokoh lintas agama di kawasan ASEAN.
Lihat Juga: Pede Separuh Kabinet Prabowo Diisi Kader Nahdlatul Ulama, Gus Yahya: Presidennya Aja Orang NU
Menurutnya, untuk itu menciptakan harmoni adalah cita-cita suci dan ajaran agung semua agama, maka ia wajib diperjuangkan oleh semua.
Penegasan Gus Yahya ini, disampaikan saat menjadi pembicara kunci, di forum sosialisasi ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC), Senin (10/7/2023).
Agenda ini digelar dari 9 s/d 11 Juli di Palembang. Pidato Gus Yahya sekaligus menjadi sambutan pembuka agenda yang akan menjadi side event KTT ASEAN di awal September 2023 mendatang.
Lebih lanjut Gus Yahya memaparkan panjang lebar mengenai kondisi masyarakat dunia yang dari masa ke masa selalu terjadi konflik.
"Terlebih di era globalisasi seperti sekarang ini yang sudah tidak ada lagi sekat, sehingga semua orang dari latar belakang apa pun bercampur menjadi satu," kata mantan Jubir Presiden KH Abdurrahman Wahid ini.
Menurut Gus Yahya, semua orang memiliki tanggung jawab untuk mengupayakan kehidupan yang harmonis di masa depan untuk menghindari konflik berkepanjangan. Jika tidak, konflik antarperbedaan di dunia ini akan terus terjadi dan menghancurkan kemanusiaan.
"Menjadi tanggung jawab setiap manusia untuk memikirkan cara supaya masyarakat manusia di atas bumi yang kecil ini, di masa depan sungguh-sungguh mampu untuk mengembangkan kehidupan yang harmonis di antara perbedaan-perbedaan yang mereka miliki itu," terang Gus Yahya.
"Karena apabila tidak, maka tidak ada arah lain dari konflik antarperbedaan itu yang kemungkinan terus terjadi di antara manusia selain kehancuran bersama," sambungnya.
Lebih lanjut Gus Yahya mengungkapkan sebuah ajaran dari KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang hingga kini menjadi dasar untuk bergerak membangun peradaban dunia yang lebih baik di masa depan.
Gus Yahya mengutip kalimat nasihat Gus Dur yakni tidak ada cara yang lebih baik untuk membantu Islam selain dengan menolong kemanusiaan seluruhnya.
"Karena kalau hanya berpikir tentang Islam saja, dengan mengabaikan yang lain, apalagi dengan menganggap yang lain sebagai rintangan, maka Islam bukannya akan mencapai kemaslahatan tetapi justru akan terbentur kepada konflik-konflik yang tidak berujung dan tidak akan memenangkan apa-apa, selain hancur bersama-sama yang lain," jelas Gus Yahya.
Gus Yahya menyebutkan, globalisasi sebagai era yang menjadikan dunia mengarah pada satu wujud kampung raksasa. Di dalamnya, tidak ada satu pun orang atau kelompok yang bisa mengasingkan diri dari orang lain.
Semua orang, lanjutnya, terpaksa harus bersinggungan dengan siapa pun yang tinggal bersama-sama di atas bumi ini. Tidak lagi mungkin satu peradaban tumbuh sendiri dan terpisah dari peradaban yang lain.
"Dunia masyarakat global ini akan terus mengarah pada terwujudnya satu peradaban tunggal yang saling bercampur satu sama lain," tutur Gus Yahya.
Di dalam keadaan seperti itu, ia menegaskan, bahwa isu tentang perbedaan menjadi semakin krusial.
"Zaman dulu, orang bisa mudah memelihara cirinya sendiri walaupun berbeda dari yang lain, tanpa saling mengganggu. Karena ada ruang-ruang yang memungkinkan setiap kelompok hidup dan tumbuh sendiri terpisah dari yang lain," ujarnya.
Gus Yahya mencontohkan, bahwa pada masa lalu "wong kito" di Palembang tak perlu harus berurusan dengan "reng medureh" atau orang Madura. Tetapi di masa sekarang hal itu dimungkinkan karena Ketua PWNU Sumatra Selatan KH Amiruddin Nahrawi adalah orang asli Madura.
"Contoh lain, ada Rishi Sunak sebagai seorang berdarah India yang menjadi Perdana Menteri di Inggris. Ada juga Sadiq Aman Khan, Wali Kota London beragama Islam yang orang tuanya berasal dari Pakistan," kata Gus Yahya.
Menurut Gus Yahya, fenomena tersebut tak pernah terbayangkan sebelumnya. Tetapi saat ini, di era globalisasi yang menghendaki semua orang bercampur satu sama lain, semua hal yang tak terbayangkan sebelumnya, bisa terjadi.
"Karena dunia ini cenderung mengarah kepada satu kampung yang besar dalam satu peradaban tunggal yang saling bercampur. Dalam keadaan demikian, sekali lagi, isu-isu tentang perbedaan ini krusial sekali," ujar Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.
"Nah, maka jelas bahwa peradaban yang kita hidupi bersama ini membutuhkan unsur-unsur yang dapat memelihara harmoni di antara kita semua, di tengah-tengah perbedaan yang kita miliki ini," tutupnya.
Sebagai informasi, Sosialiasi R20 Menuju ASEAN IIDC 2023 di Palembang ini dihadiri sejumlah tokoh. Di antaranya Dirjen Bimas Islam Kemenag RI H Kamaruddin Amin, Rektor UIN Raden Fatah Palembang Nyayu Khodijah, Dirjen Kerja Sama ASEAN Kemenlu RI Sidharto R Suryodipuro, dan Staf Ahli Hubungan Antarlembaga Kemenlu RI Habib Muhsin Syihab.
Rencananya, ASEAN IIDC akan diselenggarakan pada September 2023 sebagai bagian dari penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Kegiatan yang akan membahas tentang peradaban masyarakat di kawasan Indo-Pasifik itu akan digelar setelah KTT ASEAN.
Gelaran ASEAN IIDC 2023 ini telah mendapat persetujuan dan dukungan dari Presiden RI Joko Widodo. Di forum ini, PBNU akan mengundang para tokoh lintas agama di kawasan ASEAN.
Lihat Juga: Pede Separuh Kabinet Prabowo Diisi Kader Nahdlatul Ulama, Gus Yahya: Presidennya Aja Orang NU
(maf)