HUT ke-77 Bhayangkara, Pengamat Intelijen: Teguhkan Polri Presisi untuk Indonesia Emas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Polri merupakan lembaga penegak hukum yang berperan dalam memelihara keamanan, menjaga ketertiban umum, dan mengayomi masyarakat. Karenanya, kepolisian dituntut untuk selalu mampu beradaptasi dengan tantangan zaman.
Institusi kepolisian yang kuat adalah salah satu prasyarat untuk membangun Indonesia Emas di masa mendatang. 1 Juli 2023 Polri memasuki usianya yang ke-77 tahun. HUT Korps Bhayangkara menegaskan perannya dengan Tema "Polri Presisi Untuk Negeri, Pemilu Damai Menuju Indonesia Emas".
Untuk ikut menyemarakkan peringatan HUT ke-77 Polri, Pengamat Intelijen dan Keamanan Ngasiman Djoyonegoro mengadakan soft launching sebuah karya buku yang ditulisnya dengan judul ‘Polri Presisi, Polri Mengabdi: Reformasi Polri di Era Digital Society’.
Simon, panggilan akrab Ngasiman Djoyonegoro menyampaikan bahwa tantangan besar yang dihadapi Polri di tahun 2023 ini cukup nyata. Apalagi menghadapi tahun politik dan pesta demokrasi serentak 2024.
Pertama, maraknya hoaks yang dibungkus dengan politik identitas jelang Pemilu 2024. Kedua, memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja Polri pascakasus Ferdy Sambo, tragedi di Stadion Kanjuruhan, dan kasus Teddy Minahasa.
Ketiga, bagaimana Polri memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan perkembangan Police 4.0 untuk peningkatan pelayanan masyarakat.
“Penyebaran berita bohong atau hoaks, ujaran kebencian/hate speech, dan juga fitnah yang dibungkus dengan politik identitas harus diantisipasi sejak awal oleh Polri. Apalagi dengan dibumbui isu-isu agama. Jangan sampai timbul polarisasi dan situasi memanas seperti yang terjadi pada Pemilu 2019,” tandas Simon.
Menurut Simon, di tengah masifnya penggunaan media sosial sekarang ini, penyebaran disinformasi, berita hoaks dan agitasi yang mengarah pada polarisasi masyarakat pada Pemilu 2024 berpeluang sangat besar.
Faktor utama yang menyebabkan politik identitas yaitu adanya pemahaman yang belum tuntas untuk menjaga toleransi dan eksistensi tiap identitas di NKRI. Kemudian, rendahnya literasi digital masyarakat.
Faktor lain adalah kecerobohan atau kesengajaan individu atau elite politik tertentu dalam berkomunikasi yang menyinggung psikologi massa. “Tapi saya percaya, Polri dalam hal ini telah mengantisipasi dengan berbagai tindakan pencegahan dan pelayanan publik, baik yang bersifat proaktif maupun penerimaan aduan dari masyarakat”, papar Simon.
Dalam pandangan Simon beragam inovasi pelayanan Polri dapat dioptimalkan untuk tujuan antisipasi ini. Sebagai contoh, Polri memiliki program Dumas Presisi (Pengaduan Masyarakat) online, program “Jumat Curhat,” call center 110, SuperApp Presisi Polri dan patroli siber.
Program-program tersebut dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mengidentifikasi, menjaring persoalan, membongkar kasus yang muncul, maupun pengaduan lainnya di masyarakat.
“Sebagai pengamat dan akademisi saya melihat keseriusan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo dengan visi “Polri Presisi” mengembalikan peran dan fungsi Polri di tengah masyarakat,” Kata Simon yang juga Rektor Institut Sains dan Teknologi (ISTA) Al-Kamal, Jakarta.
Buku ‘Polri Presisi, Polri Mengabdi: Reformasi Polri di Era Digital Society’ ditulis dengan tujuan untuk melihat pengembangan pelayanan kepolisian dan efektifitasnya di tengah masyarakat. Dalam buku ini sekaligus dibahas bagaimana perkembangan Reformasi Polri mulai dari sejarah kepolisian dari zaman kerajaan sampai era reformasi, kebijakan Reformasi Polri, Police 4.0, hingga implementasi operasional visi Polri Presisi.
Police 4.0 merupakan program prioritas Kapolri menjadikan SDM Polri yang unggul dan beradaptasi di tengah revolusi industri 4.0 yang identik dengan kemajuan teknologi dan informasi.
Terbaru sudah muncul tantangan society 5.0. Sebuah konsep kolaborasi antara manusia dan mesin untuk meningkatkan kualitas hidup, memecahkan masalah dan mewujudkan lingkungan yang baik. Sehingga dituntut SDM Polri yang terampil dalam manajemen, perencanaan, programming, pakar keamanan siber, pakar IT, dan robotika.
Buku ini diterbitkan dalam rangka memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan visi “Polri Presisi” dan HUT ke-77 Bhayangkara. Buku ini memberikan perspektif dan pandangan yang menyeluruh terhadap implementasi Polri Presisi pada bidang organisasi, operasional, pelayanan publik, dan pengawasan sehingga dapat digunakan sebagai masukan untuk penguatan institusi kepolisian dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
"Selamat HUT Bhayangkara, Dirgahayu Kepolisian Republik Indonesia ke-77 tahun. Semoga seluruh anggota Polri semakin solid, sepenuh hati dalam melayani, mengayomi, dan melindungi masyarakat, serta amanah dalam pengabdian untuk negeri," tutup Simon.
Institusi kepolisian yang kuat adalah salah satu prasyarat untuk membangun Indonesia Emas di masa mendatang. 1 Juli 2023 Polri memasuki usianya yang ke-77 tahun. HUT Korps Bhayangkara menegaskan perannya dengan Tema "Polri Presisi Untuk Negeri, Pemilu Damai Menuju Indonesia Emas".
Baca Juga
Untuk ikut menyemarakkan peringatan HUT ke-77 Polri, Pengamat Intelijen dan Keamanan Ngasiman Djoyonegoro mengadakan soft launching sebuah karya buku yang ditulisnya dengan judul ‘Polri Presisi, Polri Mengabdi: Reformasi Polri di Era Digital Society’.
Simon, panggilan akrab Ngasiman Djoyonegoro menyampaikan bahwa tantangan besar yang dihadapi Polri di tahun 2023 ini cukup nyata. Apalagi menghadapi tahun politik dan pesta demokrasi serentak 2024.
Pertama, maraknya hoaks yang dibungkus dengan politik identitas jelang Pemilu 2024. Kedua, memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja Polri pascakasus Ferdy Sambo, tragedi di Stadion Kanjuruhan, dan kasus Teddy Minahasa.
Ketiga, bagaimana Polri memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan perkembangan Police 4.0 untuk peningkatan pelayanan masyarakat.
“Penyebaran berita bohong atau hoaks, ujaran kebencian/hate speech, dan juga fitnah yang dibungkus dengan politik identitas harus diantisipasi sejak awal oleh Polri. Apalagi dengan dibumbui isu-isu agama. Jangan sampai timbul polarisasi dan situasi memanas seperti yang terjadi pada Pemilu 2019,” tandas Simon.
Menurut Simon, di tengah masifnya penggunaan media sosial sekarang ini, penyebaran disinformasi, berita hoaks dan agitasi yang mengarah pada polarisasi masyarakat pada Pemilu 2024 berpeluang sangat besar.
Faktor utama yang menyebabkan politik identitas yaitu adanya pemahaman yang belum tuntas untuk menjaga toleransi dan eksistensi tiap identitas di NKRI. Kemudian, rendahnya literasi digital masyarakat.
Faktor lain adalah kecerobohan atau kesengajaan individu atau elite politik tertentu dalam berkomunikasi yang menyinggung psikologi massa. “Tapi saya percaya, Polri dalam hal ini telah mengantisipasi dengan berbagai tindakan pencegahan dan pelayanan publik, baik yang bersifat proaktif maupun penerimaan aduan dari masyarakat”, papar Simon.
Dalam pandangan Simon beragam inovasi pelayanan Polri dapat dioptimalkan untuk tujuan antisipasi ini. Sebagai contoh, Polri memiliki program Dumas Presisi (Pengaduan Masyarakat) online, program “Jumat Curhat,” call center 110, SuperApp Presisi Polri dan patroli siber.
Program-program tersebut dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mengidentifikasi, menjaring persoalan, membongkar kasus yang muncul, maupun pengaduan lainnya di masyarakat.
“Sebagai pengamat dan akademisi saya melihat keseriusan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo dengan visi “Polri Presisi” mengembalikan peran dan fungsi Polri di tengah masyarakat,” Kata Simon yang juga Rektor Institut Sains dan Teknologi (ISTA) Al-Kamal, Jakarta.
Buku ‘Polri Presisi, Polri Mengabdi: Reformasi Polri di Era Digital Society’ ditulis dengan tujuan untuk melihat pengembangan pelayanan kepolisian dan efektifitasnya di tengah masyarakat. Dalam buku ini sekaligus dibahas bagaimana perkembangan Reformasi Polri mulai dari sejarah kepolisian dari zaman kerajaan sampai era reformasi, kebijakan Reformasi Polri, Police 4.0, hingga implementasi operasional visi Polri Presisi.
Police 4.0 merupakan program prioritas Kapolri menjadikan SDM Polri yang unggul dan beradaptasi di tengah revolusi industri 4.0 yang identik dengan kemajuan teknologi dan informasi.
Terbaru sudah muncul tantangan society 5.0. Sebuah konsep kolaborasi antara manusia dan mesin untuk meningkatkan kualitas hidup, memecahkan masalah dan mewujudkan lingkungan yang baik. Sehingga dituntut SDM Polri yang terampil dalam manajemen, perencanaan, programming, pakar keamanan siber, pakar IT, dan robotika.
Buku ini diterbitkan dalam rangka memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan visi “Polri Presisi” dan HUT ke-77 Bhayangkara. Buku ini memberikan perspektif dan pandangan yang menyeluruh terhadap implementasi Polri Presisi pada bidang organisasi, operasional, pelayanan publik, dan pengawasan sehingga dapat digunakan sebagai masukan untuk penguatan institusi kepolisian dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
"Selamat HUT Bhayangkara, Dirgahayu Kepolisian Republik Indonesia ke-77 tahun. Semoga seluruh anggota Polri semakin solid, sepenuh hati dalam melayani, mengayomi, dan melindungi masyarakat, serta amanah dalam pengabdian untuk negeri," tutup Simon.
(kri)