3 Fakta Letjen TNI (Purn) Kuntara, Jenderal Kopassus Keturunan Tionghoa yang Ikut Tumpas Pembajak Pesawat Garuda
loading...
A
A
A
JAKARTA - Letnan Jenderal TNI (Purn) Kuntara merupakan salah seorang tokoh militer Indonesia. Kuntara lahir Cirebon, Jawa Barat pada 1 September 1939. Dia terlahir dari orang tua keturunan Tionghoa .
Pada perjalanan kariernya, Kuntara memiliki banyak pengalaman operasi yang menegangkan.Dari sekian banyak, salah satunya adalah ketika dirinya ikut Operasi Woyla untuk membebaskan sandera dari kelompok teroris bersenjata.
Di samping itu, sosok jenderal Kopassus ini juga memiliki sederet fakta lain yang menarik untuk diketahui. Berikut di antaranya.
Dari sekian banyak lulusan AMN 1963, beberapa di antaranya yang satu letting dengan Kuntara adalah Jenderal TNI (Purn) Wismoyo Arismunandar dan Letjen TNI (Purn) Sintong Panjaitan.
Uniknya, ketiga nama tersebut sama-sama pernah merasakan menjadi orang nomor satu di Korps Baret Merah alias Komandan Jenderal (Danjen). Kuntara sendiri menjadi Danjen pada periode 1988-1992.
Tak sampai disitu saja, Kuntara juga pernah menyemat jabatan Panglima Kostrad. Tepatnya pada periode 1992 hingga 1994. Pasca purnatugas, dia juga sempat dipercaya menjadi Duta Besar (Dubes) China pada 1997 hingga 2001.
Misi yang lebih dikenal sebagai Operasi Woyla ini dipimpin oleh Sintong Panjaitan yang saat itu menjadi Asisten Operasi Kopassandha. Memiliki persiapan relatif mepet, tim pembebasan yang ditugaskan berpacu dengan waktu.
Dalam Operasi Woyla ini, sempat terjadi kontak tembak. Pihak pembajak pesawat yang berjumlah 5 orang semuanya tewas. Sementara dari pihak Kopassus kehilangan satu prajurit, yakni Letnan Ahmad Kirang.
Selain itu, pilot Herman Rante juga meninggal pasca menjalani perawatan selama 6 hari di rumah sakit Thailand. Operasi Woyla ini berlangsung singkat, kurang lebih sekitar 3 menit saja.
Lihat Juga: Daftar Komandan Paspampres Sukses Raih Jenderal Bintang 4, Tiga di Antaranya Perisai Hidup Jokowi
Pada perjalanan kariernya, Kuntara memiliki banyak pengalaman operasi yang menegangkan.Dari sekian banyak, salah satunya adalah ketika dirinya ikut Operasi Woyla untuk membebaskan sandera dari kelompok teroris bersenjata.
Di samping itu, sosok jenderal Kopassus ini juga memiliki sederet fakta lain yang menarik untuk diketahui. Berikut di antaranya.
Fakta Menarik Letjen TNI (Purn) Kuntara
1. Jebolan Akmil 1963
Kuntara menjajaki dunia militer dengan masuk Akademi Militer Nasional (AMN). Tercatat, dia menjadi salah satu lulusan tahun 1963.Dari sekian banyak lulusan AMN 1963, beberapa di antaranya yang satu letting dengan Kuntara adalah Jenderal TNI (Purn) Wismoyo Arismunandar dan Letjen TNI (Purn) Sintong Panjaitan.
Uniknya, ketiga nama tersebut sama-sama pernah merasakan menjadi orang nomor satu di Korps Baret Merah alias Komandan Jenderal (Danjen). Kuntara sendiri menjadi Danjen pada periode 1988-1992.
2. Banyak Menempati Jabatan Strategis
Pada sepak terjangnya di militer, Kuntara telah kenyang pengalaman dengan menempati banyak jabatan strategis. Sebelum menjadi Danjen Kopassus periode 1988-1992, dia sempat mengisi posisi Wadanjen Kopassus dalam waktu yang terbilang lama.Tak sampai disitu saja, Kuntara juga pernah menyemat jabatan Panglima Kostrad. Tepatnya pada periode 1992 hingga 1994. Pasca purnatugas, dia juga sempat dipercaya menjadi Duta Besar (Dubes) China pada 1997 hingga 2001.
3. Terjun di Operasi Woyla
Selama berkarier di militer, Kuntara pernah terjun di sejumlah medan operasi. Selain Operasi Flamboyan, dia juga turut terlibat dalam operasi pembebasan sandera kasus pembajakan pesawat DC-9 Woyla milik Garuda Indonesia.Misi yang lebih dikenal sebagai Operasi Woyla ini dipimpin oleh Sintong Panjaitan yang saat itu menjadi Asisten Operasi Kopassandha. Memiliki persiapan relatif mepet, tim pembebasan yang ditugaskan berpacu dengan waktu.
Dalam Operasi Woyla ini, sempat terjadi kontak tembak. Pihak pembajak pesawat yang berjumlah 5 orang semuanya tewas. Sementara dari pihak Kopassus kehilangan satu prajurit, yakni Letnan Ahmad Kirang.
Selain itu, pilot Herman Rante juga meninggal pasca menjalani perawatan selama 6 hari di rumah sakit Thailand. Operasi Woyla ini berlangsung singkat, kurang lebih sekitar 3 menit saja.
Lihat Juga: Daftar Komandan Paspampres Sukses Raih Jenderal Bintang 4, Tiga di Antaranya Perisai Hidup Jokowi
(bim)