Pangdam Hasanuddin yang Kariernya Melejit hingga Jenderal Bintang 4, Nomor 1 Panglima ABRI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Komando Daerah Militer XIV/Hasanuddin menelurkan sejumlah Panglima Kodam (Pangdam) yang berkarier militer cemerlang. Beberapa nama Pati TNI yang menjadi orang nomor satu Kodam XIV/HSN berhasil menjadi jenderal bintang empat.
Sepanjang sejarah berdirinya Kodam XIV/Hasanuddin, baru dua nama Pangdam yang bisa melesat menyandang bintang empat di pundaknya. Terhitung sudah 25 tahun lamanya, Kodam XIV/Hasanuddin tak lagi menelurkan Pangdam yang berhasil menembus pangkat bintang empat.
Dari sebanyak 35 perwira tinggi yang pernah mengemban amanat menjadi Pangdam Hasanuddin, sebanyak 18 nama mengakhiri karier militernya dengan pangkat Mayor Jenderal (Mayjen). 14 nama lainnya berhasil menyandang pangkat bintang tiga alias Letnan Jenderal (Letjen).
Sementara, Totok Imam Santoso yang saat ini menjabat Pangdam Hasanuddin diketahui berpangkat Mayjen TNI. Sebagai perwira tinggi TNI yang masih aktif, karier militer Totok masih panjang dan berpeluang menjadi jenderal bintang empat.
Dikutip dari tniad.mil.id, Rabu (7/6/2023), Kodam Hasanuddin merupakan Komando Kewilayahan Pertahanan yang meliputi Provinsi Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Kodam ini sempat beberapa kali berganti nama.
Pada 20 Juni 1950 dilakukan pembentukan tujuh Teritorium di seluruh Indonesia melalui Surat Penetapan KSAD Nomor: 83/KSAD/PNT/1950, Teritorium VII berkedudukan di Makassar. Beberapa bulan berselang pada Agustus 1950, Teritorium VII berganti nama menjadi Tentara Teritorium VII/Indonesia Timur.
Kemudian KSAD kembali mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: KPTS-288/5/1957 tanggal 27 Mei 1957 tentang perubahan dari Resimen Infanteri menjadi Komando Daerah Militer (KDM) di Wilayah Indonesia Timur. Peresmian terbentuknya Komando Daerah Militer Sulawesi Selatan dan Tenggara (KDM-SST) dilaksanakan dalam suatu upacara militer pada tanggal 1 Juni 1957 di Lapangan Hasanuddin Makassar.
Dalam rangka reorganisasi, TNI melakukan penggabungan Kodam XIII/Merdeka dan Kodam XIV/Hasanuddin menjadi Kodam VII/Wirabuana yang meliputi seluruh wilayah Pulau Sulawesi pada 12 Februari 1985. Baru pada 12 April 2017 lalu, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mulyono mengubah kembali nama Kodam VII/Wirabuana menjadi Kodam XIV/Hasanuddin.
Daftar Pangdam Hasanuddin yang kariernya melejit hingga jenderal bintang 4:
Sebagai jenderal lapangan, Jusuf kenyang dengan pengalaman tempur. Berbagai palagan telah dilaluinya mulai dari zaman Revolusi Kemerdekaan, meredam pemberontakan bersenjata Permesta, DI/TII Kahar Muzakar, penumpasan G30S/PKI, hingga operasi di Timor-Timor sekarang bernama Timor Leste.
Sebagai orang nomor satu di ABRI saat itu, pria kelahiran Bone 23 Juni 1928 ini dikenal sangat dekat dengan prajurit. Jusuf dikenal sebagai pemimpin yang sangat peduli dengan kesejahteraan prajuritnya. Begitu perhatiannya, Jusuf tidak segan-segan mengecek rumah tangga dan makanan para prajuritnya. Tak heran, jika sosok Jusuf begitu dicintai prajuritnya.
”Jenderal M Jusuf sangat dihormati. Bahkan, sampai dicium tangannya oleh anak buah. Belum ada lagi Panglima seperti beliau,” ujar Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dalam buku biografinya berjudul ‘Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto’.
Tidak hanya kepeduliannya terhadap anak buahnya yang membuat banyak orang terkesan. Jusuf juga merupakan sosok jenderal yang sederhana dan bersahaja. Ketika itu, Prabowo yang baru saja pecah bintang menjadi Brigjen TNI mengunjungi kediaman M Jusuf di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat.
”Saya mengunjungi Jenderal Jusuf setelah saya melakukan laporan korps kenaikan pangkat pada Panglima ABRI (Pangab) yang ketika itu dijabat Jenderal Feisal Tanjung serta setelah mendatangi orang tua saya dan Pak Harto,” kata Prabowo.
Ketika tiba di kediaman Jusuf, Prabowo mengaku terkejut mendapati rumah orang nomor satu di TNI tersebut dalam keadaan gelap dan tanpa penjagaan. Setelah memencet bel, seorang pembantu keluar. Selanjutnya, pembantu tersebut membawanya ke ruang tamu yang juga gelap.
Setelah lampu menyala, betapa kagetnya Prabowo karena tidak ada yang berubah dengan perabot di rumah Jenderal M Jusuf. Bahkan beberapa di antaranya sudah terlihat kusam.
Sesungguhnya karier militer Jusuf terakhir hanya sebagai Pangdam Hasanuddin. Setelah itu dia ditarik Bung Karno untuk masuk kabinet. Di era Soeharto, Jusuf juga kembali dipercaya sebagai menteri.
Dia pernah menduduki sejumlah jabatan penting di pemerintahan Presiden Soeharto seperti, Menteri Perdagangan, Menhankam/Pangab selama 5 tahun, dan Menteri Perindustrian selama 10 tahun.
Kendati demikian, statusnya masih militer aktif. Tak mengherankan, penunjukannya sebagai Panglima ABRI pada 1978 dianggap kejutan besar. Jusuf orang pertama yang telah melepas baju dinas militer selama belasan tahun, tiba-tiba dipanggil untuk menjadi pemegang tongkat komando tertinggi ABRI.
Selepas pensiun dari Pangab/Menhankam, dia dipercaya Soeharto untuk memimpin Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selama 5 tahun. Jusuf tutup usia pada 8 September 2004 di kediamannya, Makassar.
Lulusan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia tahun 1968 dari kesatuan Infanteri Kopassus ini menjabat sebagai Pangdam Hasanuddin periode 1996-1998 menggantikan Mayjen TNI Sulatin.
Dalam karier militernya, Agum pernah menjabat sebagai Wakil Asintel Kopassus (1987-1988), Asisten Intelijen Kopassus (1988-1990), Komandan Komando Resor Militer 043/Garuda Hitam (1992), Direktur A Badan Intelijen Strategis ABRI (1993).
Selanjutnya, pria kelahiran Tasikmalaya 17 Desember 1945 ini menjabat sebagai Danjen Kopassus ke-13 (1993-1994), Kepala Staf Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan hingga (1996), Panglima Komando Daerah Militer VII/Wirabuana (1996-1998), dan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) (1998-1999).
Pensiun dari militer, Agum Gumelar terjun ke politik dengan menjabat sebagai Menteri Perhubungan (Menhub). Ketika itu, Agum juga rangkap jabatan sebagai Ketua Umum PSSI periode 1999-2003.
Agum kemudian dipercaya Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polkam) Kabinet Persatuan Nasional pada 2001. Di tahun yang sama, Agum kembali menjabat sebagai Menteri Perhubungan, kali ini di dalam Kabinet Gotong Royong.
Agum juga sempat menjadi Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) periode 2003-2007. Pada 2011, dia ditunjuk sebagai Ketua Komite Normalisasi PSSI. Penunjukkan tersebut dilakukan oleh FIFA karena ada kisruh di dalam PSSI.
Pada Januari 2018, mertua mantan Pemain Bulu Tangkis Taufik Hidayat ini dilantik menjadi bagian Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Saat ini, istri dari mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari ini mengemban amanah sebagai Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Pendidikan Indonesia (2020-2025).
Lihat Juga: Jenderal TNI Maruli Simanjuntak Berikan Penghargaan ke-12 Kodam Terpilih pada Ksad Award Kampung Pancasila
Sepanjang sejarah berdirinya Kodam XIV/Hasanuddin, baru dua nama Pangdam yang bisa melesat menyandang bintang empat di pundaknya. Terhitung sudah 25 tahun lamanya, Kodam XIV/Hasanuddin tak lagi menelurkan Pangdam yang berhasil menembus pangkat bintang empat.
Dari sebanyak 35 perwira tinggi yang pernah mengemban amanat menjadi Pangdam Hasanuddin, sebanyak 18 nama mengakhiri karier militernya dengan pangkat Mayor Jenderal (Mayjen). 14 nama lainnya berhasil menyandang pangkat bintang tiga alias Letnan Jenderal (Letjen).
Sementara, Totok Imam Santoso yang saat ini menjabat Pangdam Hasanuddin diketahui berpangkat Mayjen TNI. Sebagai perwira tinggi TNI yang masih aktif, karier militer Totok masih panjang dan berpeluang menjadi jenderal bintang empat.
Dikutip dari tniad.mil.id, Rabu (7/6/2023), Kodam Hasanuddin merupakan Komando Kewilayahan Pertahanan yang meliputi Provinsi Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Kodam ini sempat beberapa kali berganti nama.
Pada 20 Juni 1950 dilakukan pembentukan tujuh Teritorium di seluruh Indonesia melalui Surat Penetapan KSAD Nomor: 83/KSAD/PNT/1950, Teritorium VII berkedudukan di Makassar. Beberapa bulan berselang pada Agustus 1950, Teritorium VII berganti nama menjadi Tentara Teritorium VII/Indonesia Timur.
Kemudian KSAD kembali mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: KPTS-288/5/1957 tanggal 27 Mei 1957 tentang perubahan dari Resimen Infanteri menjadi Komando Daerah Militer (KDM) di Wilayah Indonesia Timur. Peresmian terbentuknya Komando Daerah Militer Sulawesi Selatan dan Tenggara (KDM-SST) dilaksanakan dalam suatu upacara militer pada tanggal 1 Juni 1957 di Lapangan Hasanuddin Makassar.
Dalam rangka reorganisasi, TNI melakukan penggabungan Kodam XIII/Merdeka dan Kodam XIV/Hasanuddin menjadi Kodam VII/Wirabuana yang meliputi seluruh wilayah Pulau Sulawesi pada 12 Februari 1985. Baru pada 12 April 2017 lalu, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mulyono mengubah kembali nama Kodam VII/Wirabuana menjadi Kodam XIV/Hasanuddin.
Daftar Pangdam Hasanuddin yang kariernya melejit hingga jenderal bintang 4:
1. Jenderal TNI Andi Muhammad Jusuf Amir
Sosok Andi Muhammad Jusuf Amir atau dikenal M Jusuf menjabat sebagai Pangdam Hasanuddin kedua setelah Mayjen TNI Andi Mattalatta. Keturunan bangsawan Bugis ini, dalam karier militernya berhasil menjadi jenderal bintang empat dengan menjabat sebagai Panglima ABRI periode 1978-1983.Sebagai jenderal lapangan, Jusuf kenyang dengan pengalaman tempur. Berbagai palagan telah dilaluinya mulai dari zaman Revolusi Kemerdekaan, meredam pemberontakan bersenjata Permesta, DI/TII Kahar Muzakar, penumpasan G30S/PKI, hingga operasi di Timor-Timor sekarang bernama Timor Leste.
Sebagai orang nomor satu di ABRI saat itu, pria kelahiran Bone 23 Juni 1928 ini dikenal sangat dekat dengan prajurit. Jusuf dikenal sebagai pemimpin yang sangat peduli dengan kesejahteraan prajuritnya. Begitu perhatiannya, Jusuf tidak segan-segan mengecek rumah tangga dan makanan para prajuritnya. Tak heran, jika sosok Jusuf begitu dicintai prajuritnya.
”Jenderal M Jusuf sangat dihormati. Bahkan, sampai dicium tangannya oleh anak buah. Belum ada lagi Panglima seperti beliau,” ujar Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dalam buku biografinya berjudul ‘Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto’.
Tidak hanya kepeduliannya terhadap anak buahnya yang membuat banyak orang terkesan. Jusuf juga merupakan sosok jenderal yang sederhana dan bersahaja. Ketika itu, Prabowo yang baru saja pecah bintang menjadi Brigjen TNI mengunjungi kediaman M Jusuf di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat.
”Saya mengunjungi Jenderal Jusuf setelah saya melakukan laporan korps kenaikan pangkat pada Panglima ABRI (Pangab) yang ketika itu dijabat Jenderal Feisal Tanjung serta setelah mendatangi orang tua saya dan Pak Harto,” kata Prabowo.
Ketika tiba di kediaman Jusuf, Prabowo mengaku terkejut mendapati rumah orang nomor satu di TNI tersebut dalam keadaan gelap dan tanpa penjagaan. Setelah memencet bel, seorang pembantu keluar. Selanjutnya, pembantu tersebut membawanya ke ruang tamu yang juga gelap.
Setelah lampu menyala, betapa kagetnya Prabowo karena tidak ada yang berubah dengan perabot di rumah Jenderal M Jusuf. Bahkan beberapa di antaranya sudah terlihat kusam.
Sesungguhnya karier militer Jusuf terakhir hanya sebagai Pangdam Hasanuddin. Setelah itu dia ditarik Bung Karno untuk masuk kabinet. Di era Soeharto, Jusuf juga kembali dipercaya sebagai menteri.
Dia pernah menduduki sejumlah jabatan penting di pemerintahan Presiden Soeharto seperti, Menteri Perdagangan, Menhankam/Pangab selama 5 tahun, dan Menteri Perindustrian selama 10 tahun.
Kendati demikian, statusnya masih militer aktif. Tak mengherankan, penunjukannya sebagai Panglima ABRI pada 1978 dianggap kejutan besar. Jusuf orang pertama yang telah melepas baju dinas militer selama belasan tahun, tiba-tiba dipanggil untuk menjadi pemegang tongkat komando tertinggi ABRI.
Selepas pensiun dari Pangab/Menhankam, dia dipercaya Soeharto untuk memimpin Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selama 5 tahun. Jusuf tutup usia pada 8 September 2004 di kediamannya, Makassar.
2. Jenderal TNI Agum Gumelar
Agum Gumelar merupakan Pangdam Hasanuddin kedua yang berhasil menembus jenderal bintang empat. Hanya saja bintang empat yang diraihnya merupakaan jenderal kehormatan (HOR) pemberian dari Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid.Lulusan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia tahun 1968 dari kesatuan Infanteri Kopassus ini menjabat sebagai Pangdam Hasanuddin periode 1996-1998 menggantikan Mayjen TNI Sulatin.
Dalam karier militernya, Agum pernah menjabat sebagai Wakil Asintel Kopassus (1987-1988), Asisten Intelijen Kopassus (1988-1990), Komandan Komando Resor Militer 043/Garuda Hitam (1992), Direktur A Badan Intelijen Strategis ABRI (1993).
Selanjutnya, pria kelahiran Tasikmalaya 17 Desember 1945 ini menjabat sebagai Danjen Kopassus ke-13 (1993-1994), Kepala Staf Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan hingga (1996), Panglima Komando Daerah Militer VII/Wirabuana (1996-1998), dan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) (1998-1999).
Pensiun dari militer, Agum Gumelar terjun ke politik dengan menjabat sebagai Menteri Perhubungan (Menhub). Ketika itu, Agum juga rangkap jabatan sebagai Ketua Umum PSSI periode 1999-2003.
Agum kemudian dipercaya Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polkam) Kabinet Persatuan Nasional pada 2001. Di tahun yang sama, Agum kembali menjabat sebagai Menteri Perhubungan, kali ini di dalam Kabinet Gotong Royong.
Agum juga sempat menjadi Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) periode 2003-2007. Pada 2011, dia ditunjuk sebagai Ketua Komite Normalisasi PSSI. Penunjukkan tersebut dilakukan oleh FIFA karena ada kisruh di dalam PSSI.
Pada Januari 2018, mertua mantan Pemain Bulu Tangkis Taufik Hidayat ini dilantik menjadi bagian Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Saat ini, istri dari mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari ini mengemban amanah sebagai Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Pendidikan Indonesia (2020-2025).
Lihat Juga: Jenderal TNI Maruli Simanjuntak Berikan Penghargaan ke-12 Kodam Terpilih pada Ksad Award Kampung Pancasila
(kri)