Gempa Pacitan M6,1, BMKG: Gempa Dangkal Akibat Subduksi Lempeng Indo-Australia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gempa terjadi dua kali berkekuatan 6,1 dan 3,4 magnitudo di laut selatan Gunung Kidul dengan imbas getaran pada Pacitan , Jawa Timur. Gempa yang terjadi sekira pukul 00.04 WIB dan 00.21 WIB diketahui merupakan gempa tektonik di laut dengan jarak episentrum 128 KM arah Selatan Gunung Kidul, dengan kedalaman 46 KM.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan berdasarkan episentrum gempa tersebut berjenis gempa dangkal yang memiliki mekanisme naik (thrust fault).
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalamannya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia," ujar Daryono dalam keterangannya, Kamis (8/6/2023).
Daryono menuturkan meski berada jauh di tengah laut, guncangan tersebut tidak berpotensi tsunami. "Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini Tidak Berpotensi Tsunami," tegas Daryono.
Namun, ia mengungkapkan guncangan gempa terasa hingga Yogyakarta hingga Blitar. Rentang intensitas kekuatan gempa dalam skala Mercalli (MMI), lanjut Daryono, berkisar antara IV-V MMI dan III-IV MMI.
Diketahui, skala MMI (Modified Mercalli Intensity) atau skala Mercalli merupakan satuan ukur guna memastikan kekuatan gempa berdasarkan informasi dari orang-orang yang selamat dari gempa atau juga dengan melihat serta membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi tersebut. Dalam hal ini, skala IV-V MMI mengartikan getaran terasa oleh orang di dalam rumah sampai jendela dan pintu berbunyi.
"Gempa ini dirasakan di Yogyakarta intensitas IV-V MMI, di Ponorogo, Wonogiri, Solo, Madiun, Nganjuk, Blitar, Karangkates III-IV MMI, di Banjarnegara, Semarang, Kendal, Jepara III MM, di Demak II MMI," terang Daryono.
Daryono juga menambahkan gempa susulan yang terjadi pada Kamis dini hari tadi, tercatat oleh BMKG sebanyak sembilan kali.
"Hingga pukul 00.47 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi sembilan kali aktivitas gempa bumi susulan dengan magnitudo terbesar M4,1," katanya.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan berdasarkan episentrum gempa tersebut berjenis gempa dangkal yang memiliki mekanisme naik (thrust fault).
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalamannya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia," ujar Daryono dalam keterangannya, Kamis (8/6/2023).
Daryono menuturkan meski berada jauh di tengah laut, guncangan tersebut tidak berpotensi tsunami. "Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini Tidak Berpotensi Tsunami," tegas Daryono.
Namun, ia mengungkapkan guncangan gempa terasa hingga Yogyakarta hingga Blitar. Rentang intensitas kekuatan gempa dalam skala Mercalli (MMI), lanjut Daryono, berkisar antara IV-V MMI dan III-IV MMI.
Diketahui, skala MMI (Modified Mercalli Intensity) atau skala Mercalli merupakan satuan ukur guna memastikan kekuatan gempa berdasarkan informasi dari orang-orang yang selamat dari gempa atau juga dengan melihat serta membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi tersebut. Dalam hal ini, skala IV-V MMI mengartikan getaran terasa oleh orang di dalam rumah sampai jendela dan pintu berbunyi.
"Gempa ini dirasakan di Yogyakarta intensitas IV-V MMI, di Ponorogo, Wonogiri, Solo, Madiun, Nganjuk, Blitar, Karangkates III-IV MMI, di Banjarnegara, Semarang, Kendal, Jepara III MM, di Demak II MMI," terang Daryono.
Daryono juga menambahkan gempa susulan yang terjadi pada Kamis dini hari tadi, tercatat oleh BMKG sebanyak sembilan kali.
"Hingga pukul 00.47 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi sembilan kali aktivitas gempa bumi susulan dengan magnitudo terbesar M4,1," katanya.
(kri)