Stagnan, Golkar Disarankan Maksimalkan Potensi Ridwan Kamil Naikkan Elektabilitas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Berbagai lembaga survei telah memotret kekuatan partai politik yang bakal bertarung dalam pemilu serentak tahun depan. Saat ini, PDIP dan Partai Gerindra menjadi partai yang elektabilitasnya terus naik. Sementara elektabilitas partai lain cenderung stagnan dan tidak sedikit yang malah turun.
Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro mengatakan untuk meningkatkan elektabilitas partai-partai tersebut butuh figur sentral dengan bekal angka elektoral tinggi. Bawono menyebut posisi PDIP dan Gerindra sebagai partai politik dengan elektabilitas tertinggi saat ini tidak lepas dari pengaruh figur atau tokoh di masing-masing partai.
"Itu yang tidak dimiliki oleh banyak partai lain. Sehingga elektabilitas mereka stagnan dan bahkan ada yang terus tergerus. Yang cukup mencolok penurunan elektabilitasnya di antara partai-partai besar adalah Partai Golkar ,” ujar Bawono dalam keterangannya, Selasa (30/5/2023).
Kondisi itu tampak dari hasil survei beberapa lembaga survei. Tidak hanya Indikator Politik Indonesia, Bawono menyebut, penurunan elektabilitas Partai Golkar tampak dari hasil survei Litbang Kompas dan Populi Center.
Angka elektabilitas partai berlambang pohon beringin itu hanya ada pada kisaran 10%. Menurut dia, kondisi itu sudah mengkhawatirkan. ”Ini perlu menjadi alarm bagi Partai Golkar agar tidak jatuh menjadi partai menengah,” imbuhnya.
Bawono menilai salah satu solusi bagi Partai Golkar untuk meningkatkan elektabilitas adalah memberi dukungan kepada kader yang memiliki elektabilitas tinggi. Sebab, pemilu serentak nanti hampir mirip dengan Pemilu 2019 lalu. Pilpres dilaksanakan bersamaan dengan pileg sehingga partai politik harus memiliki nilai jual tinggi.
”Selain visi dan misi, program yang baik dan memikat, tentu nilai jual lainnya adalah ketokohan di partai tersebut,” kata dia.
Saat ini, Partai Golkar memang sudah memiliki Airlangga Hartarto sebagai tokoh sentral sekaligus ketua umum. Namun, hasil survei mendapati elektabilitas Airlangga tidak pernah beranjak dari angka 5%.
Kondisi serupa dialami oleh beberapa partai lain seperti PAN dan PKB. Elektabilitas ketua umum kedua partai tersebut masih terbilang kecil. Namun demikian, Partai Golkar beruntung lantaran beberapa bulan lalu Ridwan Kamil bergabung dengan mereka.
Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro mengatakan untuk meningkatkan elektabilitas partai-partai tersebut butuh figur sentral dengan bekal angka elektoral tinggi. Bawono menyebut posisi PDIP dan Gerindra sebagai partai politik dengan elektabilitas tertinggi saat ini tidak lepas dari pengaruh figur atau tokoh di masing-masing partai.
"Itu yang tidak dimiliki oleh banyak partai lain. Sehingga elektabilitas mereka stagnan dan bahkan ada yang terus tergerus. Yang cukup mencolok penurunan elektabilitasnya di antara partai-partai besar adalah Partai Golkar ,” ujar Bawono dalam keterangannya, Selasa (30/5/2023).
Kondisi itu tampak dari hasil survei beberapa lembaga survei. Tidak hanya Indikator Politik Indonesia, Bawono menyebut, penurunan elektabilitas Partai Golkar tampak dari hasil survei Litbang Kompas dan Populi Center.
Angka elektabilitas partai berlambang pohon beringin itu hanya ada pada kisaran 10%. Menurut dia, kondisi itu sudah mengkhawatirkan. ”Ini perlu menjadi alarm bagi Partai Golkar agar tidak jatuh menjadi partai menengah,” imbuhnya.
Bawono menilai salah satu solusi bagi Partai Golkar untuk meningkatkan elektabilitas adalah memberi dukungan kepada kader yang memiliki elektabilitas tinggi. Sebab, pemilu serentak nanti hampir mirip dengan Pemilu 2019 lalu. Pilpres dilaksanakan bersamaan dengan pileg sehingga partai politik harus memiliki nilai jual tinggi.
”Selain visi dan misi, program yang baik dan memikat, tentu nilai jual lainnya adalah ketokohan di partai tersebut,” kata dia.
Saat ini, Partai Golkar memang sudah memiliki Airlangga Hartarto sebagai tokoh sentral sekaligus ketua umum. Namun, hasil survei mendapati elektabilitas Airlangga tidak pernah beranjak dari angka 5%.
Kondisi serupa dialami oleh beberapa partai lain seperti PAN dan PKB. Elektabilitas ketua umum kedua partai tersebut masih terbilang kecil. Namun demikian, Partai Golkar beruntung lantaran beberapa bulan lalu Ridwan Kamil bergabung dengan mereka.