Dua Hari Tak Makan dan Cuma Minum Air Hujan, Prajurit Kopassus Berhasil Bebaskan 347 Sandera
loading...
A
A
A
JAKARTA - Aksi heroik prajurit Komando Pasukan Khusus ( Kopassus ) tidak pernah habis untuk diulas. Pasukan yang memiliki ciri khas Baret Merah dengan semboyan “Lebih Baik Pulang Nama daripada Gagal Dalam Tugas” ini selalu menorehkan tinta emas di setiap medan operasi.
Salah satunya adalah keberhasilan mereka dalam operasi pembebasan ratusan sandera di Tembagapura, Papua, belum lama ini. Peristiwa penyanderaan tersebut dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 17 November 2017.
Kala itu, Kelompok Kriminal Besenjata (KKB) di bawah pimpinan Tenny Kwalik dan Ayub Waker menyerbu permukiman warga yang berada di tiga kampung yakni, Kampung Kimbeli, Kampung Banti dan Kampung Longsoran. Mereka kemudian menggiring para sandera baik masyarakat pendatang maupun warga lokal ke lapangan yang berada di Kampung Utikini, Kabupaten Mimika.
Selama lebih dari dua minggu, kelompok bersenjata yang tergabung dalam Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN OPM) ini menyandera warga. Mereka tidak mengizinkan masyarakat untuk beraktivitas keluar kampung dan membeli makanan. Akibatnya, tidak sedikit dari sandera yang terpaksa memakan daun-daunan untuk bertahan hidup.
Menyikapi situasi tersebut, pemerintah melalui Kapolda Papua Irjen Pol Boy Rafli Amar dan Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI George Elnadus Supit terus berupaya melakukan pendekatan persuasif. Namun sayangnya, upaya tersebut tidak pernah mendapat respons dari TPN OPM.
Baca Juga: 5 Perwira Menolak Naik Pangkat, Panglima TNI Terharu
Mengingat situasi yang semakin pelik, lantaran banyak di antara para sandera merupakan ibu dan anak-anak maka pemerintah akhirnya memutuskan untuk menggelar operasi militer dengan membentuk Tim Maleo. Tim ini terdiri dari 13 prajurit-prajurit pilihan Korps Baret Merah yang memiliki kemampuan khusus.
Mereka adalah, Sertu Ricci Broury Papua Jaya, Lettu Inf. Syukma Putra Aditya, Lettu Inf. Agung Damar, Sertu Faisal Tanjung, Praka Fitra Musa, Praka Salim, Praka Widiantoro. Termasuk Serka Rinaldo Oscar, Praka Eko Yudhi Afriansyah, Praka Syadam Hosen, Praka Iqbal, Praka Densi, Praka Sholeh.
Salah satunya adalah keberhasilan mereka dalam operasi pembebasan ratusan sandera di Tembagapura, Papua, belum lama ini. Peristiwa penyanderaan tersebut dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 17 November 2017.
Kala itu, Kelompok Kriminal Besenjata (KKB) di bawah pimpinan Tenny Kwalik dan Ayub Waker menyerbu permukiman warga yang berada di tiga kampung yakni, Kampung Kimbeli, Kampung Banti dan Kampung Longsoran. Mereka kemudian menggiring para sandera baik masyarakat pendatang maupun warga lokal ke lapangan yang berada di Kampung Utikini, Kabupaten Mimika.
Selama lebih dari dua minggu, kelompok bersenjata yang tergabung dalam Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN OPM) ini menyandera warga. Mereka tidak mengizinkan masyarakat untuk beraktivitas keluar kampung dan membeli makanan. Akibatnya, tidak sedikit dari sandera yang terpaksa memakan daun-daunan untuk bertahan hidup.
Menyikapi situasi tersebut, pemerintah melalui Kapolda Papua Irjen Pol Boy Rafli Amar dan Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI George Elnadus Supit terus berupaya melakukan pendekatan persuasif. Namun sayangnya, upaya tersebut tidak pernah mendapat respons dari TPN OPM.
Baca Juga: 5 Perwira Menolak Naik Pangkat, Panglima TNI Terharu
Mengingat situasi yang semakin pelik, lantaran banyak di antara para sandera merupakan ibu dan anak-anak maka pemerintah akhirnya memutuskan untuk menggelar operasi militer dengan membentuk Tim Maleo. Tim ini terdiri dari 13 prajurit-prajurit pilihan Korps Baret Merah yang memiliki kemampuan khusus.
Mereka adalah, Sertu Ricci Broury Papua Jaya, Lettu Inf. Syukma Putra Aditya, Lettu Inf. Agung Damar, Sertu Faisal Tanjung, Praka Fitra Musa, Praka Salim, Praka Widiantoro. Termasuk Serka Rinaldo Oscar, Praka Eko Yudhi Afriansyah, Praka Syadam Hosen, Praka Iqbal, Praka Densi, Praka Sholeh.