Parpol Dinilai Tak Akan Terpengaruh Hasil Musra Relawan Jokowi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Musyawarah Rakyat (Musra) Relawan Jokowi telah merekomendasikan tiga calon presiden (capres) dan empat calon wakil presiden (cawapres) yang akan didukung di Pilpres 2024. Rekomendasi nama-nama itu telah diserahkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada puncak Musra di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (14/5/2023).
Tiga nama capres yang direkomendasikan adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Sementara empat cawapres yang diajukan adalah Menteri Koodinator Bidang Politik, Hukum, dan HAM (Menko Polhukam) Mahfud MD, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Ketua Umum Kadin Arsjad Rasjid.
Pengamat politik Universitas Brawijaya, Anang Sujoko mengatakan, penyampaian aspirasi yang dilakukan Relawan Jokowi melalui Musra merupakan bagian dari demokrasi. Namun, Anang melihat Musra kental dengan kepentingan kelompok tertentu yang menginginkan calonnya diusung di Pilpres 2024. Seperti halnya lembaga survei yang menetapkan persentase tertentu untuk elektabilitas calon yang didukung.
"Hasil Musra dan survei politik sejatinya bisa dijadikan legitimasi calon tertentu. Namun yang harus diingat dalam aturan, capres dan cawapres yang akan mengikuti kontestasi pilpres diajukan oleh parpol atau koalisi parpol peserta pemilu 2024," kata Anang dalam keterangan tertulis, Senin (15/5/2023).
Anang percaya parpol yang tidak memiliki kepentingan terhadap hasil Musra atau lembaga survei tertentu tak akan serta-merta menggunakan rekomendasi tersebut. Parpol dengan mesin politik yang baik sudah memiliki sistem untuk menyerap aspirasi capres-cawapres yang diinginkan oleh masyarakat.
"Parpol pasti memiliki data yang dihimpun dari mesin politik mereka. Mereka lebih yakin dengan data yang dihimpun mesin politiknya. Parpol pasti sudah tahu siapa aktor intelektual di belakang rekomendasi Musra atau lembaga survei yang merekomendasikan calon tersebut," katanya.
Jika parpol atau koalisi parpol gegabah memilih capres-cawapres yang tidak popular dan rendah elektabilitas, maka Anang memastikan mereka akan mengeluarkan effort lebih untuk memenangkan pilpres dan pileg 2024. Sebab, selain harus memperkenalkan capres yang tak popular dan elektabilitas rendah, mereka juga memiliki tugas untuk memenangkan pileg agar tak tersingkir dari pemilu berikutnya.
"Memilih capres-cawapres yang tak popular dan elektabilitas rendah, parpol harus memiliki effort ganda untuk dapat memenangkan Pemilu 2024," katanya.
Tiga nama capres yang direkomendasikan adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Sementara empat cawapres yang diajukan adalah Menteri Koodinator Bidang Politik, Hukum, dan HAM (Menko Polhukam) Mahfud MD, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Ketua Umum Kadin Arsjad Rasjid.
Pengamat politik Universitas Brawijaya, Anang Sujoko mengatakan, penyampaian aspirasi yang dilakukan Relawan Jokowi melalui Musra merupakan bagian dari demokrasi. Namun, Anang melihat Musra kental dengan kepentingan kelompok tertentu yang menginginkan calonnya diusung di Pilpres 2024. Seperti halnya lembaga survei yang menetapkan persentase tertentu untuk elektabilitas calon yang didukung.
"Hasil Musra dan survei politik sejatinya bisa dijadikan legitimasi calon tertentu. Namun yang harus diingat dalam aturan, capres dan cawapres yang akan mengikuti kontestasi pilpres diajukan oleh parpol atau koalisi parpol peserta pemilu 2024," kata Anang dalam keterangan tertulis, Senin (15/5/2023).
Anang percaya parpol yang tidak memiliki kepentingan terhadap hasil Musra atau lembaga survei tertentu tak akan serta-merta menggunakan rekomendasi tersebut. Parpol dengan mesin politik yang baik sudah memiliki sistem untuk menyerap aspirasi capres-cawapres yang diinginkan oleh masyarakat.
"Parpol pasti memiliki data yang dihimpun dari mesin politik mereka. Mereka lebih yakin dengan data yang dihimpun mesin politiknya. Parpol pasti sudah tahu siapa aktor intelektual di belakang rekomendasi Musra atau lembaga survei yang merekomendasikan calon tersebut," katanya.
Jika parpol atau koalisi parpol gegabah memilih capres-cawapres yang tidak popular dan rendah elektabilitas, maka Anang memastikan mereka akan mengeluarkan effort lebih untuk memenangkan pilpres dan pileg 2024. Sebab, selain harus memperkenalkan capres yang tak popular dan elektabilitas rendah, mereka juga memiliki tugas untuk memenangkan pileg agar tak tersingkir dari pemilu berikutnya.
"Memilih capres-cawapres yang tak popular dan elektabilitas rendah, parpol harus memiliki effort ganda untuk dapat memenangkan Pemilu 2024," katanya.
(abd)