Polemik Ponpes Al Zaytun, SAS Institute Beri Penjelasan Begini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pada awal Syawal, beredar sebuah video yang mempertontonkan sebuah prosesi salat Ied dengan mencampur saf pria dan wanita dalam satu barisan. Setelah ditelusuri, kejadian itu terjadi pada waktu salat Ied 1 Syawal 1444 di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun , Indramayu.
Polemik publik terus berjalan, dikarenakan pemberitaan terkait video tersebut juga begitu gencar di media sosial. Kejanggalan lain juga bukan saja terkait saf yang dicampur. Namun juga bagaimana para jemaah salat Ied duduk di atas kursi lipat dengan kerapatan saf yang sangat renggang.
Dalam sebuah penjelasan pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun, Panji Gumilang menjelaskan, hal itu adalah urusan perempuan. Dalam penjelasannya dia mengatakan, dibebaskan kaum perempuan untuk mengambil saf depan di belakang Imam salat.
Dirinya juga menekankan, mazhab yang dianut adalah mazhab Bung Karno. "Kalau ditanya mazhabnya apa, nanti saya jelaskan aneh lagi. Ini Mazhab Bung Karno. Karena saya pernah bertemu beliau saat kelas 3 SD (Sekolah Rakyat)," jelas Panji Gumilang.
"Saya membaca (buku) Di bawah Bendera Revolusi (DBR) secara mendalam, hingga tuntas. Bukan hanya membaca, bahkan saya menghafal setiap baris isi buku," jelas Panji Gumilang dalam memaparkan video singkat yang beredar.
Abi Rekso selaku Sekretaris Eksekutif Said Aqil Sirodj (SAS) Institute menilai, ada sebuah prakondisi Pemilu 2024 dengan kembali menarik-narik isu Islam.
"Ini ada operasi intelijen yang bekerja untuk kepentingan Pemilu 2024. Kenapa video ini baru muncul tiba-tiba tahun ini? Sebenarnya, secara dalil hukum dan hadis sudah dijelaskan oleh Kiai Marsudi Syuhud dari MUI secara gamblang dan jelas. Bisa ditonton di YouTube, itu tuntas sudah semuanya beliau jelaskan," jelasnya.
Abi Rekso melihat, ada indikasi yang ingin kembali menggunakan isu Islam, untuk mengeruhkan situasi menjelang Pemilu 2024. Dirinya mencatat, ada dua hal penting yang harus dipahami publik terkait isu ini.
Polemik publik terus berjalan, dikarenakan pemberitaan terkait video tersebut juga begitu gencar di media sosial. Kejanggalan lain juga bukan saja terkait saf yang dicampur. Namun juga bagaimana para jemaah salat Ied duduk di atas kursi lipat dengan kerapatan saf yang sangat renggang.
Dalam sebuah penjelasan pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun, Panji Gumilang menjelaskan, hal itu adalah urusan perempuan. Dalam penjelasannya dia mengatakan, dibebaskan kaum perempuan untuk mengambil saf depan di belakang Imam salat.
Dirinya juga menekankan, mazhab yang dianut adalah mazhab Bung Karno. "Kalau ditanya mazhabnya apa, nanti saya jelaskan aneh lagi. Ini Mazhab Bung Karno. Karena saya pernah bertemu beliau saat kelas 3 SD (Sekolah Rakyat)," jelas Panji Gumilang.
"Saya membaca (buku) Di bawah Bendera Revolusi (DBR) secara mendalam, hingga tuntas. Bukan hanya membaca, bahkan saya menghafal setiap baris isi buku," jelas Panji Gumilang dalam memaparkan video singkat yang beredar.
Abi Rekso selaku Sekretaris Eksekutif Said Aqil Sirodj (SAS) Institute menilai, ada sebuah prakondisi Pemilu 2024 dengan kembali menarik-narik isu Islam.
"Ini ada operasi intelijen yang bekerja untuk kepentingan Pemilu 2024. Kenapa video ini baru muncul tiba-tiba tahun ini? Sebenarnya, secara dalil hukum dan hadis sudah dijelaskan oleh Kiai Marsudi Syuhud dari MUI secara gamblang dan jelas. Bisa ditonton di YouTube, itu tuntas sudah semuanya beliau jelaskan," jelasnya.
Abi Rekso melihat, ada indikasi yang ingin kembali menggunakan isu Islam, untuk mengeruhkan situasi menjelang Pemilu 2024. Dirinya mencatat, ada dua hal penting yang harus dipahami publik terkait isu ini.