Daftar Kader PKS yang Sukses Duduki Jabatan Gubernur, Nomor 2 Anak Tukang Becak
loading...
A
A
A
Pada periode itu, pria yang memiliki gelar Datuak Marajo ini menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Sumbar. Setelah menjabat sebagai Wakil Wali Kota Padang periode 2009-2014, Mahyeldi menjabat Wali Kota Padang periode 2014-2019.
Mahyeldi adalah anak pertama dari tujuh bersaudara pasangan Mardanis bin Musa St. Tanameh dan Nurmi. Dia bukanlah dari keluarga yang berkecukupan. Ayahnya, Mardanis merupakan seorang tukang becak dan buruh angkat di Pasar Atas, Bukittinggi.
![Daftar Kader PKS yang Sukses Duduki Jabatan Gubernur, Nomor 2 Anak Tukang Becak]()
Foto/Dok SINDO
Mahyeldi sudah bekerja membantu ayahnya untuk mendapatkan uang sejak duduk di bangku Kelas III Sekolah Dasar (SD). Dia bersekolah usai membantu ayahnya.
Rutinitas itu tidak mempengaruhi prestasinya di sekolah. Sebab, Mahyeldi tetap meraih juara di kelas meski harus bekerja. Saat Kelas V SD, dia dan keluarga pindah ke Kota Dumai.
Hingga masuk Sekolah Menengan Pertama (SMP), dia tetap bekerja untuk menopang perekonomian keluarganya. Dia berjualan ikan yang diperoleh dari Ajo, nelayan asal Pariaman. Dia mendapat potongan harga ikan sebagai imbalannya.
Setelah ikan laku terjual, Mahyeldi jualan koran. Dia direkrut menjadi loper koran oleh pemuda asal Aceh yang memiliki kios buku dan koran terkemuka di Dumai.
Profesi loper koran tersebut membuatnya banyak mengetahui informasi yang terjadi saat itu. Bahkan, Mahyeldi sering ditanya gurunya mengenai berita teraktual.
Selain itu, dia dapat membaca banyak buku di kios tempatnya bekerja. Kegiatan itu dilakukannya sambil menunggu jam sekolah yang masuk siang hari. Maka itu, pengetahuan Mahyeldi di atas rata-rata siswa di sekolahnya.
Mahyeldi adalah anak pertama dari tujuh bersaudara pasangan Mardanis bin Musa St. Tanameh dan Nurmi. Dia bukanlah dari keluarga yang berkecukupan. Ayahnya, Mardanis merupakan seorang tukang becak dan buruh angkat di Pasar Atas, Bukittinggi.

Foto/Dok SINDO
Mahyeldi sudah bekerja membantu ayahnya untuk mendapatkan uang sejak duduk di bangku Kelas III Sekolah Dasar (SD). Dia bersekolah usai membantu ayahnya.
Rutinitas itu tidak mempengaruhi prestasinya di sekolah. Sebab, Mahyeldi tetap meraih juara di kelas meski harus bekerja. Saat Kelas V SD, dia dan keluarga pindah ke Kota Dumai.
Hingga masuk Sekolah Menengan Pertama (SMP), dia tetap bekerja untuk menopang perekonomian keluarganya. Dia berjualan ikan yang diperoleh dari Ajo, nelayan asal Pariaman. Dia mendapat potongan harga ikan sebagai imbalannya.
Setelah ikan laku terjual, Mahyeldi jualan koran. Dia direkrut menjadi loper koran oleh pemuda asal Aceh yang memiliki kios buku dan koran terkemuka di Dumai.
Profesi loper koran tersebut membuatnya banyak mengetahui informasi yang terjadi saat itu. Bahkan, Mahyeldi sering ditanya gurunya mengenai berita teraktual.
Selain itu, dia dapat membaca banyak buku di kios tempatnya bekerja. Kegiatan itu dilakukannya sambil menunggu jam sekolah yang masuk siang hari. Maka itu, pengetahuan Mahyeldi di atas rata-rata siswa di sekolahnya.
Lihat Juga :