Luhut Mengaku Sering Dikritik Presiden karena Masalah Sampah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan menyebut pengelolaan sampah di Indonesia masih menjadi masalah pelik. Bahkan, dirinya sempat dikritik Presiden Joko Widodo (Jokowi) akibat Program Waste To Energy belum terealisasi.
Luhut mengatakan, selama 12 tahun sampah masih menjadi masalah di Indonesia. Bahkan, saat Jokowi terpilih sebagai Presiden dan mengusung Program Waste To Energy atau menyulap sampah menjadi energi, persoalan itu belum kunjung diperbaiki. (Baca juga: Jelang IMF-World Bank, Luhut Pastikan Kelola Sampah dengan Baik)
Hal itu, kata Luhut, membuat geram Kepala Negara. Luhut mengaku, setiap rapat kabinet Presiden sering menyentil kinerja bawahannya akibat belum memberikan solusi atas persoalan sampah. ”Masalah sampah ini luar biasa. Pak Presiden sudah sejak 12 tahun, saat menjadi Wali Kota, Program Waste To Energy belum tuntas, Presiden kritik terus kami pembantunya rapat kok nggak jadi-jadi," ujar Luhut saat meresmikan RDF, Cilacap, Selasa (21/7/2020).
Namun begitu, dirinya bersyukur bahwa harapan Presiden untuk mengolah sampah menjadi energi dapat terwujud dengan program Refuse Derived Fuel (RDF). Di mana, RDF merupakan teknologi pengolahan sampah melalui metode biodrying yang dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan dalam proses pembakaran pengganti batu bara. "Teknologi RDF merupakan upaya untuk meningkatkan pengelolaan sampah di Indonesia dan diharapkan agar pilot proyek ini bisa menjadi titik balik pengelolaan sampah di Indonesia yang selama ini masih menjadi permasalahan pelik," ujar Luhut.
Untuk mengurangi ketergantungan pengelolaan sampah di tempat pemrosesan akhir (TPA), kata Luhut, harus ada terobosan pengelolaan sampah seperti RDF. Dengan teknologi itu, sampah akan diolah secara fleksibel, bahkan biaya operasionalnya tidak setinggi pengolahan termal. Bahkan, secara cukup signifikan dapat mengurangi sampah yang dibawa ke TPA sehingga dapat mengurangi bebannya.
Luhut berharap, fasilitas RDF ini dapat secara signifikan merubah model penanganan sampah yang selama ini dianggap sebagai cost center. RDF, lanjut Luhut, dapat menjadi model bisnis yang mampu menciptakan geliat ekonomi baru bagi masyarakat serta berkontribusi bagi peningkatan bauran energi baru terbarukan di Indonesia.
Luhut mengatakan, selama 12 tahun sampah masih menjadi masalah di Indonesia. Bahkan, saat Jokowi terpilih sebagai Presiden dan mengusung Program Waste To Energy atau menyulap sampah menjadi energi, persoalan itu belum kunjung diperbaiki. (Baca juga: Jelang IMF-World Bank, Luhut Pastikan Kelola Sampah dengan Baik)
Hal itu, kata Luhut, membuat geram Kepala Negara. Luhut mengaku, setiap rapat kabinet Presiden sering menyentil kinerja bawahannya akibat belum memberikan solusi atas persoalan sampah. ”Masalah sampah ini luar biasa. Pak Presiden sudah sejak 12 tahun, saat menjadi Wali Kota, Program Waste To Energy belum tuntas, Presiden kritik terus kami pembantunya rapat kok nggak jadi-jadi," ujar Luhut saat meresmikan RDF, Cilacap, Selasa (21/7/2020).
Namun begitu, dirinya bersyukur bahwa harapan Presiden untuk mengolah sampah menjadi energi dapat terwujud dengan program Refuse Derived Fuel (RDF). Di mana, RDF merupakan teknologi pengolahan sampah melalui metode biodrying yang dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan dalam proses pembakaran pengganti batu bara. "Teknologi RDF merupakan upaya untuk meningkatkan pengelolaan sampah di Indonesia dan diharapkan agar pilot proyek ini bisa menjadi titik balik pengelolaan sampah di Indonesia yang selama ini masih menjadi permasalahan pelik," ujar Luhut.
Untuk mengurangi ketergantungan pengelolaan sampah di tempat pemrosesan akhir (TPA), kata Luhut, harus ada terobosan pengelolaan sampah seperti RDF. Dengan teknologi itu, sampah akan diolah secara fleksibel, bahkan biaya operasionalnya tidak setinggi pengolahan termal. Bahkan, secara cukup signifikan dapat mengurangi sampah yang dibawa ke TPA sehingga dapat mengurangi bebannya.
Luhut berharap, fasilitas RDF ini dapat secara signifikan merubah model penanganan sampah yang selama ini dianggap sebagai cost center. RDF, lanjut Luhut, dapat menjadi model bisnis yang mampu menciptakan geliat ekonomi baru bagi masyarakat serta berkontribusi bagi peningkatan bauran energi baru terbarukan di Indonesia.
(cip)