Jumat Agung dan Ramadan Persatukan Anak Bangsa dalam Bingkai Toleransi

Jum'at, 07 April 2023 - 17:49 WIB
loading...
Jumat Agung dan Ramadan Persatukan Anak Bangsa dalam Bingkai Toleransi
Sekretaris Eksekutif bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan PGI, Pdt Jimmy Sormin. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Peringatan wafatnya Isa Almasih atau juga dikenal Jumat Agung tahun ini jatuh pada pertengahan bulan Ramadan. Dua momentum keagamaan itu diharapkan mampu meningkatkan kebersamaan anak bangsa dalam menjalankan perintah agamanya masing-masing.

Sekretaris Eksekutif bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Pdt Jimmy Sormin menyampaikan, momentum kebersamaan yang dicita-citakan perlu diupayakan dari seluruh anak bangsa.

"Apa pun situasinya, di mana pun dan kapan pun, kita bisa membuat momentum kebersamaan, suasana yang rukun dan damai, untuk saling memahami serta melindungi satu sama lainnya. Oleh karenanya, ketika bulan puasa ini bersamaan juga dengan masa Jumat Agung dan Paskah, ini merupakan waktu yang sangat baik untuk kita saling menghargai satu sama lainnya," ujar Pdt Jimmy di Jakarta, Jumat (7/4/2023).



Menurutnya, seluruh bangsa Indonesia perlu memahami bahwa negara ini ada dalam keberagaman. Setiap umat beragama bisa merayakan apa yang diimaninya secara berbeda. Pada Ramadan kali ini, umat Islam suka cita menjalankan ibadah puasa. Sementara ada umat lainnya yang merayakannya secara kekristenan, yaitu masa Trihari Suci, yang terdiri dari Kamis Putih, Jumat Agung, dan Paskah.

"Ibarat wajah yang harus selalu dirawat, tidak hanya wajah yang fisik saja yang perlu kita poles dan manjakan supaya terlihat indah di hadapan banyak orang tapi juga wajah ke-Indonesiaan dan kemasyarakatan kita yang beragam yang perlu kita rawat. Sudah sejak semula ada perbedaan, tapi bagaimana mengupayakannya untuk selalu menjadi momentum yang menjaga, mengapresiasi, merawat, menghargai, melengkapi satu sama lainnya. Ini yang harus kita terus rawat bersama," tutur Pdt Jimmy.

Rasa kebersamaan sesama anak bangsa dapat terwujud dengan selalu membuka ruang perjumpaan. Misalnya puasa ini, umat Kristen bisa saja bersama-sama ikut serta dalam menyemangati dan mendukung saudara-saudara yang berpuasa, juga termasuk mengikuti buka puasa bersama.

Demikian juga muslim atau umat agama lain, di masa Paskah boleh saling menyelamati atau memberikan dukungan, juga menjaga keamanan dan ketertiban satu sama lain. Hal ini dilakukan supaya semua bisa merasakan adanya kebersamaan sebagai warga negara yang memiliki keagamaan atau keimanan yang berbeda.

"Ruang perjumpaan itu harus selalu dibuat, tidak hanya dalam bentuk berdialog secara formal, tapi justru harus dalam bentuk dialog aksi. Itu bisa dibangun juga melalui percakapan di media digital. Di ruang digital juga perlu kita bangun narasi yang meneduhkan, menyemangati, menguatkan, dan bukan sebaliknya. Ini yang kita butuhkan supaya kekayaan bangsa ini dengan keberagaman itu bisa terus terawat dan itu menjadi berkat bagi bangsa ini," ujarnya.

Ia menekankan pentingnya peranan para pemuka agama dalam memberikan pengaruh yang baik terhadap komunitasnya. Sekali pun warga negara Indonesia memiliki beragam profesi ataupun latar belakang berbeda, tapi dengan peranan pemimpin agama, mereka dapat memberikan imbauan yang membuat umatnya mengikuti apa yang mereka ajarkan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1698 seconds (0.1#10.140)