Golkar Anggap Pernyataan Rommy PPP Prematur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Partai Golkar menganggap pernyataan Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhammad Romahurmuziy tentang potensi pecahnya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) terlalu prematur. Pernyataan itu juga dinilai tidak merepresentasikan sikap PPP.
Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP Partai Golkar Melchias Markus Mekeng menjelaskan, KIB merupakan koalisi paling awal yang dibentuk oleh Golkar, Partai Amanat Nasional, dan PPP. Hingga saat ini, kata Mekeng, KIB masih konsisten.
"KIB ini kan sebenarnya koalisi yang dibentuk paling lama sebelum ada Pak Prabowo punya, sebelum itu KIB sudah ada, masih tetap konsisten kok KIB ini," katanya kepada wartawan dikutip, Rabu (8/3/2023).
Baca juga: Rommy PPP Sebut Ada Potensi KIB Pecah, Ini Kata PAN
Mekeng melihat Muhammad Romahurmuziy atau akrab disapa Rommy belum lama muncul lagi ke permukaan dunia politik Indonesia. Rommy, kata Mekeng, kemungkinan bertemu tokoh lain yang menyampaikan KIB seolah-olah sudah pecah.
"Ya mungkin dia (Rommy) ketemu sama tokoh lain terus bilang seolah-olah sudah pecah, itu kan statement yang terlalu prematur, karena satu dia bukan seorang Ketum Partai," katanya.
Apa yang disampaikan Rommy juga tidak merepresentasikan PPP. Sebab, PPP di bawah kepemimpinan Plt Ketua Umum Mardiono masih berkomitmen terhadap KIB.
"PPP kan masih tetap komit kepada KIB, kalau saya anggap statement Rommy itu politisi sesama politisi, terus ditanya wartawan ya dibuat statement itu. Tapi menurut saya itu tidak representasi dari KIB, dari PPP," katanya.
Baca juga: Bisakah PDIP-PPP Mengulang Kemesraan Mega-Hamzah?
Terkait pasangan capres-cawapres, Mekeng memastikan KIB akan secara rutin melakukan pertemuan, apalagi masing-masing parpol sudah menunjuk koordinator untuk berkomunikasi secara intensif. Terkait gerakan di masing-masing internal parpol, hal itu merupakan hal biasa.
"Nanti internal tiga itu akan duduk, akan melihat situasi lebih luas bukan hanya uuntuk diri partainya. Kalau untuk diri partainya mungkin masing-masing tidak cukup untuk ngajuin capres. Jadi biasa-biasa aja, terlalu prematur mengatakan. KIB itu solid, Pak Rommy juga baru muncul kok di permukaan. Yang berhak ngomong itu mestinya ketumnya, soal koalisi antar Ketum, mestinya Pak Mardiono," kata Mekeng.
Mekeng menegaskan, dalam politik tidak ada target waktu dalam pencapresan karena selalu berkembang. KIB akan melihat perkembangan tersebut. "Kalau politik itu enggak ada target, bisa besok, bisa bulan depan, bisa 3 bulan lagi, itu politik enggak bisa diukur-ukur. Kan semua masih melihat situasi perkembangan di publik," katanya.
"Jadi hari ini politik Indonesia untuk capres-cawapres masih cair dan semua kemungkinan masih terbuka. Bahkan saya melihatnya itu sesuatu yang betul-betul masih gamang satu sama lain. Jadi kemungkinan perubahan KIB pun masih sangat besar," katanya.
Romy juga menyinggung putusan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat yang memerintahkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunda Pemilu 2024. Menurutnya, semua pihak harus menghormati putusan tersebut dan tidak reaktif karena belum inkrah atau berkekuatan hukum tetap.
Jika KPU banding, maka masih ada waktu tiga bulan lagi. Jika kasasi, maka ada waktu sembilan bulan lagi. Sebab, Indonesia sudah terbiasa dengan kejutan-kejutan menjelang Pemilu.
"Potensi (Pemilu) tertunda sampai hari ini masih ada. Dan Pemilu itu digelar 2024 itu masih fifty-fifty. Kalau keputusan penundaan ya harus kita hormati dan kita jalani," katanya.
Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP Partai Golkar Melchias Markus Mekeng menjelaskan, KIB merupakan koalisi paling awal yang dibentuk oleh Golkar, Partai Amanat Nasional, dan PPP. Hingga saat ini, kata Mekeng, KIB masih konsisten.
"KIB ini kan sebenarnya koalisi yang dibentuk paling lama sebelum ada Pak Prabowo punya, sebelum itu KIB sudah ada, masih tetap konsisten kok KIB ini," katanya kepada wartawan dikutip, Rabu (8/3/2023).
Baca juga: Rommy PPP Sebut Ada Potensi KIB Pecah, Ini Kata PAN
Mekeng melihat Muhammad Romahurmuziy atau akrab disapa Rommy belum lama muncul lagi ke permukaan dunia politik Indonesia. Rommy, kata Mekeng, kemungkinan bertemu tokoh lain yang menyampaikan KIB seolah-olah sudah pecah.
"Ya mungkin dia (Rommy) ketemu sama tokoh lain terus bilang seolah-olah sudah pecah, itu kan statement yang terlalu prematur, karena satu dia bukan seorang Ketum Partai," katanya.
Apa yang disampaikan Rommy juga tidak merepresentasikan PPP. Sebab, PPP di bawah kepemimpinan Plt Ketua Umum Mardiono masih berkomitmen terhadap KIB.
"PPP kan masih tetap komit kepada KIB, kalau saya anggap statement Rommy itu politisi sesama politisi, terus ditanya wartawan ya dibuat statement itu. Tapi menurut saya itu tidak representasi dari KIB, dari PPP," katanya.
Baca juga: Bisakah PDIP-PPP Mengulang Kemesraan Mega-Hamzah?
Terkait pasangan capres-cawapres, Mekeng memastikan KIB akan secara rutin melakukan pertemuan, apalagi masing-masing parpol sudah menunjuk koordinator untuk berkomunikasi secara intensif. Terkait gerakan di masing-masing internal parpol, hal itu merupakan hal biasa.
"Nanti internal tiga itu akan duduk, akan melihat situasi lebih luas bukan hanya uuntuk diri partainya. Kalau untuk diri partainya mungkin masing-masing tidak cukup untuk ngajuin capres. Jadi biasa-biasa aja, terlalu prematur mengatakan. KIB itu solid, Pak Rommy juga baru muncul kok di permukaan. Yang berhak ngomong itu mestinya ketumnya, soal koalisi antar Ketum, mestinya Pak Mardiono," kata Mekeng.
Mekeng menegaskan, dalam politik tidak ada target waktu dalam pencapresan karena selalu berkembang. KIB akan melihat perkembangan tersebut. "Kalau politik itu enggak ada target, bisa besok, bisa bulan depan, bisa 3 bulan lagi, itu politik enggak bisa diukur-ukur. Kan semua masih melihat situasi perkembangan di publik," katanya.
Rommy Ungkap Potensi Pecahnya KIB
Sebelumnya, Rommy saat menjadi narasumber dalam acara Bimbingan Teknis (Bimtek) Anggota DPRD PPP se-Jatim di Surabaya, Senin (6/3/2023), mengatakan, KIB berpotensi pecah. Sebab, sejauh ini belum ada kemajuan berarti dari KIB, utamanya terkait sosok capres-cawapres."Jadi hari ini politik Indonesia untuk capres-cawapres masih cair dan semua kemungkinan masih terbuka. Bahkan saya melihatnya itu sesuatu yang betul-betul masih gamang satu sama lain. Jadi kemungkinan perubahan KIB pun masih sangat besar," katanya.
Romy juga menyinggung putusan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat yang memerintahkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunda Pemilu 2024. Menurutnya, semua pihak harus menghormati putusan tersebut dan tidak reaktif karena belum inkrah atau berkekuatan hukum tetap.
Jika KPU banding, maka masih ada waktu tiga bulan lagi. Jika kasasi, maka ada waktu sembilan bulan lagi. Sebab, Indonesia sudah terbiasa dengan kejutan-kejutan menjelang Pemilu.
"Potensi (Pemilu) tertunda sampai hari ini masih ada. Dan Pemilu itu digelar 2024 itu masih fifty-fifty. Kalau keputusan penundaan ya harus kita hormati dan kita jalani," katanya.
(abd)