Upaya Penyelamatan Pilot Susi Air Tanpa Bantuan Selandia Baru, Kenapa?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Upaya penyelamatan pilot Susi Air Philips Marks Merthens yang disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) tanpa bantuan militer Selandia Baru . Hal tersebut karena Pemerintah Selandia Baru mempercayakan upaya penyelamatan itu kepada Indonesia.
Adapun Philips Marks Merthens merupakan warga negara Selandia Baru. "Enggak, enggak ada ya (bantuan militer). Dia berada di sana ya minta bantuan kepada kita. Harapannya mereka, pilot ini dapat diselamatkan, dapat diambil dalam keadaan selamat juga," kata Panglima TNI Laksamana Yudo Margono kepada wartawan di Mako Paspampres, Jakarta Pusat, Senin (27/2/2023).
"Ya TNI sama Polri kan yang berada di sana. Tentunya mempercayakan pada pemerintah kita," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) ini.
Yudo menuturkan, pihaknya terus berupaya dalam proses penyelamatan pilot asal Selandia Baru tersebut. Kendalanya, kelompok penyandera kerap berpindah-pindah tempat, dan menyatu dengan masyarakat, sehingga sulit membedakan antara masyarakat sipil dengan anggota KKB.
“Jadi, pilot masih tetap kita usahakan dicari. Karena tentunya di dalam situasi seperti ini mereka ini kan bercampur dengan masyarakat,” imbuhnya.
Maka itu, dia menjelaskan, TNI juga harus hati-hati dalam melaksanakan tugas untuk menyelamatkan itu. "Itu tadi, mereka berlindung selalu dengan masyarakat, malah dengan anak anak. Ini yang akan kita pisahkan. Sedapat mungkin kita laksanakan secara persuasif. Kita tidak mau masyarakat jadi korban karena itu," katanya.
Dia menambahkan, pihaknya telah menerjunkan dan mengoptimalkan pasukan yang berada di Papua. "Kita optimalkan prajurit yang berada di sana, karena yang kita hadapi juga bukan musuh yang tetap, kemudian bisa berhadapan, bukan. Jadi gerombolan yang tempatnya berpindah-pindah dan bersama sama dengan penduduk. Dan ini kan tidak mudah untuk mengambil dari penduduk ini," pungkasnya.
Adapun Philips Marks Merthens merupakan warga negara Selandia Baru. "Enggak, enggak ada ya (bantuan militer). Dia berada di sana ya minta bantuan kepada kita. Harapannya mereka, pilot ini dapat diselamatkan, dapat diambil dalam keadaan selamat juga," kata Panglima TNI Laksamana Yudo Margono kepada wartawan di Mako Paspampres, Jakarta Pusat, Senin (27/2/2023).
"Ya TNI sama Polri kan yang berada di sana. Tentunya mempercayakan pada pemerintah kita," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) ini.
Yudo menuturkan, pihaknya terus berupaya dalam proses penyelamatan pilot asal Selandia Baru tersebut. Kendalanya, kelompok penyandera kerap berpindah-pindah tempat, dan menyatu dengan masyarakat, sehingga sulit membedakan antara masyarakat sipil dengan anggota KKB.
“Jadi, pilot masih tetap kita usahakan dicari. Karena tentunya di dalam situasi seperti ini mereka ini kan bercampur dengan masyarakat,” imbuhnya.
Maka itu, dia menjelaskan, TNI juga harus hati-hati dalam melaksanakan tugas untuk menyelamatkan itu. "Itu tadi, mereka berlindung selalu dengan masyarakat, malah dengan anak anak. Ini yang akan kita pisahkan. Sedapat mungkin kita laksanakan secara persuasif. Kita tidak mau masyarakat jadi korban karena itu," katanya.
Dia menambahkan, pihaknya telah menerjunkan dan mengoptimalkan pasukan yang berada di Papua. "Kita optimalkan prajurit yang berada di sana, karena yang kita hadapi juga bukan musuh yang tetap, kemudian bisa berhadapan, bukan. Jadi gerombolan yang tempatnya berpindah-pindah dan bersama sama dengan penduduk. Dan ini kan tidak mudah untuk mengambil dari penduduk ini," pungkasnya.
(rca)