Idul Fitri Berpotensi Beda, Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir Sampaikan Pesan Menyejukkan Ini

Senin, 06 Februari 2023 - 13:19 WIB
loading...
Idul Fitri Berpotensi Beda, Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir Sampaikan Pesan Menyejukkan Ini
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Foto/Dok SINDO
A A A
JAKARTA - Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir meminta kepada masyarakat untuk menyikapi potensi perbedaan Idul Fitri dan Idul Adha 1444 Hijriah dengan saling menghormati. Perbedaan ini menurutnya bukan sesuatu yang baru terjadi.

"Ada kemungkinan 1 Syawal, Idul Fitri dan Idul Adha perbedaan karena perbedaan metode yang dipakai karena ini merupakan ijtihad. Maka selalu yang menjadi komitmen Muhammadiyah adalah kita saling menghargai, menghormati, toleran atau tasamuh dengan perbedaan jika hal itu terjadi," ujar Haedar dalam konferensi pers secara daring, Senin (6/2/2023).

Menurut Haedar, potensi perbedaan penetapan hari-hari besar Agama Islam akan selalu ada. Karena itu, masyarakat diminta menyikapinya seperti biasa. "Lebih-lebih kita punya pengalaman berbeda dalam hal 1 Ramadhan, Syawal, 10 Dzulhijjah, sehingga perbedaan itu jangan dianggap sebagai sesuatu yang baru. Artinya kita sudah terbiasa dengan perbedaan lalu timbul penghargaan dan kearifan," ucapnya.

Lihat Juga: Muhammadiyah tetapkan 1 Ramadhan dan Syawal, 1444 H /2023 M

Haedar mengatakan bahwa perbedaan tersebut merupakan hasil dari ijtihad yang sudah menjadi watak umat Islam dalam hal-hal yang menyangkut perbedaan dalam praktik menjalankan agama. Maka, dia meminta hal tersebut jangan dianggap sebagai sumber perpecahan. "Sehingga perbedaan apa pun kalau itu terjadi justru semakin memperkokoh kita sebagai muslim secara pribadi atau umat Islam secara kolektif," ujarnya.

Muhammadiyah, kata Haedar, menetapkan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah menggunakan metode hisab wujudul hilal yang dipedomani dengan dasar Al-Qur'an, hadis Nabi yang kuat, ditambah ijtihad. Sehingga, pengambilan keputusan itu sungguh memiliki dasar keagamaan yang kuat bukan hanya bersifat rasionalitas ilmu semata.

"Jadi kuat dasar keagamaannya atau di dalam adalah syariahnya tetapi juga kuat dalam ilmu penggunaan rasionalitas serta sebagai aspek keilmuan lainnya. Dengan demikian ijtihad yang diambil oleh Muhammadiyah dengan wujudul hilal dapat dipertanggungjawabkan secara keagamaan, keilmuan, bahkan dalam kepentingan kemaslahatan umum," tuturnya.



Haedar berharap umat Islam dapat menjalankan ibadah Ramadhan serta Lebaran dengan khidmat. "Jangan sampai soal hari lalu kita melupakan aspek hakiki dari ibadah itu. Maka pesan Muhammadiyah sambutlah Ramadhan, Idul Fitri, dan Dzulhijjah itu dengan spirit ibadah untuk semakin membuat diri muslim Indonesia itu muslim yang hubungannya dengan Tuhan semakin dekat melahirkan kesalehan itu hal yang sangat hakiki," katanya.

Sebagai informasi, PP Muhammadiyah telah menetapkan awal 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 1 Dzulhijjah 1444 H. Penetapan ini berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Berdasarkan hasil hisab tersebut maka PP Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 1444 H jatuh pada hari Kamis Pon, 23 Maret 2023 M. Kemudian, 1 Syawal 1444 H jatuh pada hari Jumat Pahing 21 April 2023 M. Selanjutnya, 1 Dzulhijjah 1444 H jatuh pada hari Senin Legi, 19 Juni 2023 M. Hari Arafah 9 Dzulhijjah jatuh pada hari Selasa Wage, 27 Juni 2023 M. Terakhir, Idul Adha atau 10 Dzulhijjah 1444 H jatuh pada hari Rabu Kliwon, 28 Juni 2023 M.
(zik)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3782 seconds (0.1#10.140)