Piala Dunia 2022, Strategi Qatar Lawan Propaganda Anti-Islam di Eropa

Jum'at, 20 Januari 2023 - 14:00 WIB
loading...
Piala Dunia 2022, Strategi Qatar Lawan Propaganda Anti-Islam di Eropa
Aurelia Abida Kurniawan, Mahasiswi Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang. Foto/Dok
A A A
Aurelia Abida Kurniawan
Mahasiswi Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang

PERHELATAN Piala Dunia 2022 yang berakhir tepat pada bulan Desember lalu masih menyisakan euforia bagi para penikmat sepakbola. Turnamen sepakbola bergengsi yang selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat dunia ini sukses diselenggarakan oleh Qatar.

Qatar secara resmi dipilih oleh FIFA pada tahun 2010 untuk menjadi tuan rumah pertama Piala Dunia yang diselenggarakan pertama kali dalam sejarahnya oleh negara Muslim. Tentunya, pada awal keputusan tersebut terdapat pro-kontra hingga adanya ancaman pemboikotan oleh negara-negara barat, termasuk Eropa.

Isu kontroversial mulai dilayangkan kepada Qatar terhadap pertimbangan suhu di Timur Tengah yang mencapai 40 derajat. Sehingga, hal itu dinilai dapat mengganggu kesehatan para atlet. Isu-isu peperangan di Timur Tengah, hingga penolakan terhadap Qatar yang memberlakukan hukum Islam di negaranya.

Menjadi sorotan oleh berbagai aktor di Dunia, tentunya menjadikan tantangan tersendiri oleh Qatar. Tujuan lain Qatar bersedia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 selain mempromosikan negaranya, Qatar juga ingin memperkenalkan budaya Islam kepada Dunia, bahwa ajaran Islam tidak seburuk apa yang selama ini tersebar di media barat.

Strategi ini diperkuat dengan maskot Piala Dunia yang dipilih yaitu La’eeb. Maskot ini divisualisasikan dari ciri khas penutup kepala yang digunakan oleh masyarakat Timur Tengah mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW yang kita kenal sebagai sorban. Tidak ada filosofi spesifik mengenai La’eeb, karena arti La’eeb dalam bahasa arab adalah pemain dengan kemampuan super. Sehingga siapapun dengan bebas berspekulasi mengenai maskot Qatar.

Tidak berhenti di situ, media-media barat yang sejatinya pesimis dengan pelaksanaan Piala Dunia 2022 menggunakan headline berita yang cukup kontroversial dengan dugaan penelantaran pekerja hingga memakan korban ratusan. Hal ini dibantah langsung oleh Nasser al Khater, CEO Piala Dunia yang mengecam media barat yang hiperbola dan terlalu memojokkan Qatar.

Dengan dibantahnya statement tersebut oleh sang CEO Piala Dunia, media barat tak kehilangan headline berita yang menyebarkan propaganda dugaan penyuapan dan pemalsuan jumlah penonton yang hadir. Pada saat penyelenggaraan Piala Dunia, Qatar mengeluarkan beberapa aturan yang harus dipatuhi baik para atlet maupun penonton yang hadir.

Beberapa peraturan yang tertulis yaitu larangan penjualan minuman keras saat pertandingan berlangsung, larangan penggunaan pakaian minim/terbuka, larangan satu kamar hotel bagi pasangan non suami-istri, dan larangan yang cukup sensasional menuai kritikan pedas dari berbagai kalangan yaitu larangan untuk menyerukan, berkampanye mengenai LGBT.

Sontak peraturan tersebut menjadikan negara-negara barat dan Eropa semakin gencar menekan Qatar. Hal ini karena kebijakan yang diterapkan Qatar sangat bersinggungan dengan nilai-nilai liberal atau kebebasan yang dianut oleh negara-negara barat. Sebagai negara Adidaya, Barat tidak terima jika mereka diatur oleh negara ketiga. Sebagian klub sepak bola Eropa pun turut menolak peraturan tersebut. Klub sepak bola asal Jerman salah satu contohnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1503 seconds (0.1#10.140)