Gubernur Lemhannas: Angkatan Keempat TNI Bidang Siber Sedang Berevolusi

Jum'at, 13 Januari 2023 - 16:49 WIB
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto menyatakan angkatan keempat TNI di bidang siber sedang berevolusi. FOTO/IST
JAKARTA - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional ( Lemhannas ) Andi Widjajanto mengungkapkan lompatan strategis yang sedang dilakukan pemerintah. Salah satunya adalah membentuk angkatan keempat TNI di bidang digital dan siber .

Dalam perbincangan dengan host Medrial Alamsyah yang ditayangkan Patra Channel YouTube, Kamis (12/1/2023), Andi mengatakan, TNI sebenarnya sedang melakukan evolusi pembentukan angkatan keempat ini. Saat ini Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan TNI di masing-masing angkatan sudah mempunyai pusat siber yang dipimpinan oleh adalah perwira bintang satu.

Menurut Andi, yang dibutuhkan ke depan adalah membentuk pasukan khusus dengan struktur organisasi yang lebih besar, sehingga kemampuan kapasitas siber pertahanan meningkat secara signifikan. Ia mencontohkan Singapura yang baru saja membentuk angkatan keempat digital dan intelijen pada 28 Oktober 2022 lalu.

Baca juga: Jangan Lengah! Ini Daftar Serangan Siber yang Harus Diwaspadai 2023

"Singapura perlu membentuk angkatan ini setara dengan Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara karena negara itu secara progresif membangun kemampuan di empat bidang utama dalam komando, kontrol, komunikasi, dan komputer, dan intelijen," kata Andi Widjajanto dikutip, Jumat (13/1/2023)



Tak hanya Singapura, Amerika Serikat dan China yang juga sudah membentuk pasukan khusus konsentrasi ke siber. Amerika Serikat memiliki 5 angkatan pertahanan, yakni Darat, Udara, Laut, Antariksa, dan Cyber War. Salah satu badan keamanan di AS adalah National Security Agency (NSA).

Andi menjelaskan, saat ini dan ke depan, kekuatan intelijen digital diperlukan untuk secara efektif menangani ancaman digital yang diperkirakan akan tumbuh dalam jumlah, kecanggihan, dan organisasi. Beruntungnya tingkat kematangan teknologi di dunia sudah membaik. Meski diakui Andi, masalah utama sekarang ini teknologi digital berkembang lebih cepat dibandingkan arsitektur keamanannya.

"Tapi itu pun tidak lamban. Saat Presiden Joko Widodo berkuasa pertama kali, belum ada Badan Siber sama sekali. Pada 2018 kemudian dibentuk Badan Siber, Lembaga Sandi Negara diubah menjadi Badan Siber. Hanya dalam waktu empat tahun, di setiap angkatan ada pusat siber, termasuk di kepolisian dan badan intelijen. Tingkat adaptasinya ternyata lebih cepat," katanya.

Baca juga: Lemhannas Sebut IKN Butuh Gelar Militer Baru
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More