8% Napi Terorisme Tolak Ikut Deradikalisasi, BNPT Perketat Pengawasan
Kamis, 08 Desember 2022 - 21:52 WIB
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ( BNPT ) mencatat terdapat 1.290 narapidana terorisme di Indonesia. Dari jumlah itu, sebanyak 8% tidak bersedia ikut program deradikalisasi.
Agus Sujarno alias Agus Muslim yang melakukan bom bunuh diri Polsek Astana Anyar, Bandung, termasuk salah satunya yang menolak program deradikalisasi. ”Ada sekitar 8% dari jumlah itu (1.290) yang termasuk menolak dan menjadi residivis," ujar Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar saat mengunjungi keluarga Aipda Sofyan Didu di Bandung, Kamis (8/12/2022).
Seperti diketahui, Aipda Sofyan Didu gugur dalam serangan bom bunuh diri yang dilakukan Agus Sujarno di Polsek Astana Anyar Bandung, Rabu, 7 Desember 2022. Boy Rafli menyatakan untuk meminimalisasi ancaman bom, BNPT akan memperketat pengawasan pada eks napiter, terutama yang menolak program deradikalisasi.
”Kita akan memperketat pengawasan dan lebih meningkatkan kerja sama dan monitoring eks narapidana terorisme bersama aparatur pemerintah daerah, Forkopimda hingga tokoh masyarakat,” kata Boy Rafli.
Mantan Kepala Divisi Humas Poltr ini mengingatkan seluruh masyarakat untuk bersama-sama mencegah radikalisme dan terorisme. Pasalnya, propaganda kelompok teror berkembang sangat cepat. Boy menilai propaganda kelompok teroris berlangsung cepat separti layaknya virus yang sangat berbahaya. "Makanya upaya pencegahan, penangkalan, tentu perlu melibatkan semua pihak,” terangnya.
Pada kesempatan mengunjungi keluarga Aipda Sofyan Didu, Kepala BNPT menyampaikan rasa bela sungkawa kepada seluruh korban yang meninggal maupun luka-luka. Ia menggarisbawahi bahwa aksi bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar aksi biadab yang tak berperikemanusiaan.
"Negara sangat mengecam peristiwa kekerasan seperti ini dan berbela sungkawa terhadap anggota kepolisian yang gugur dan juga yang mengalami luka-luka," ungkap jenderal polisi bintang tiga tersebut.
Agus Sujarno alias Agus Muslim yang melakukan bom bunuh diri Polsek Astana Anyar, Bandung, termasuk salah satunya yang menolak program deradikalisasi. ”Ada sekitar 8% dari jumlah itu (1.290) yang termasuk menolak dan menjadi residivis," ujar Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar saat mengunjungi keluarga Aipda Sofyan Didu di Bandung, Kamis (8/12/2022).
Seperti diketahui, Aipda Sofyan Didu gugur dalam serangan bom bunuh diri yang dilakukan Agus Sujarno di Polsek Astana Anyar Bandung, Rabu, 7 Desember 2022. Boy Rafli menyatakan untuk meminimalisasi ancaman bom, BNPT akan memperketat pengawasan pada eks napiter, terutama yang menolak program deradikalisasi.
”Kita akan memperketat pengawasan dan lebih meningkatkan kerja sama dan monitoring eks narapidana terorisme bersama aparatur pemerintah daerah, Forkopimda hingga tokoh masyarakat,” kata Boy Rafli.
Mantan Kepala Divisi Humas Poltr ini mengingatkan seluruh masyarakat untuk bersama-sama mencegah radikalisme dan terorisme. Pasalnya, propaganda kelompok teror berkembang sangat cepat. Boy menilai propaganda kelompok teroris berlangsung cepat separti layaknya virus yang sangat berbahaya. "Makanya upaya pencegahan, penangkalan, tentu perlu melibatkan semua pihak,” terangnya.
Pada kesempatan mengunjungi keluarga Aipda Sofyan Didu, Kepala BNPT menyampaikan rasa bela sungkawa kepada seluruh korban yang meninggal maupun luka-luka. Ia menggarisbawahi bahwa aksi bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar aksi biadab yang tak berperikemanusiaan.
"Negara sangat mengecam peristiwa kekerasan seperti ini dan berbela sungkawa terhadap anggota kepolisian yang gugur dan juga yang mengalami luka-luka," ungkap jenderal polisi bintang tiga tersebut.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda