Daan Mogot: Namanya Jadi Nama Jalan, Gugur di Usia Muda

Senin, 28 November 2022 - 04:28 WIB
Monumen itu menggambarkan peristiwa pertempuran antara pasukan Mayor Daan Mogot melawan tentara Jepang pada Jumat 25 Januari 1946. Dari pihak Indonesia, total ada 33 taruna dan 3 perwira yang gugur, termasuk Mayor Daan Mogot, Letnan Soebianto Djojohadikusumo, dan Letnan Soetopo.

"Monumen itu menjadi saksi gugurnya Mayor Daan Mogot dan para taruna saat itu, Jumat 25 Januari 1946," kata Sejarawan Kota Tangsel TB Sos Rendra, Senin (17/8/2020).





Dia mengungkapkan kronologis pemicu pertempuran itu. Awalnya pasukan Jepang yang berada di markas itu kerap meresahkan warga sekitar. Saat usai latihan, sejumlah tentara Jepang kedapatan kerap mencuri dan merampok hewan ternak serta buah-buahan untuk dibawa ke markas.

"Akhirnya diserang lah oleh laskar rakyat Serpong di bawah pimpinan Raden Toni. Kemudian ada salah satu orang laskar Serpong, yang ikut sekolah militer di Tangerang. Laporan lah ke sana soal kejadian itu," katanya.

Laporan itu sampai ke Militer Akademi di Tangerang di bawah pimpinan Mayor Daan Mogot. Sekolah itu,merupakan bagian dari naungan resimen IV Siliwangi. Kemudian, Komandan Resimen IV Siliwangi Letkol Singgih memerintahkan Mayor Daan Mogot untuk melucuti senjata Jepang di markas tersebut.

"Jam 2 habis sholat Jumat meluncurlah ke sana 76 personel, di bawah pimpinan Mayor Daan Mogot. Sampai gerbang, akhirnya diperbolehkan masuk untuk musyawarah dengan komandan pasukan Jepang tapi Kapten Wibowo dijadikan jaminan, ditahan di gedung sebelahnya. Perwakilan yang lain akhirnya masuk, di antaranya Mayor Daan Mogot dan dua pengawalnya," tuturnya.

Pasukan Daan Mogot hanya bisa menunggu di luar gerbang sambil menunggu hasil perundingan. Di tengah proses itu, tiba-tiba terdengar letusan senjata api dari bagian luar gerbang rumah tempat pertemuan. Pasukan Jepang lantas bereaksi dan menembaki para pejuang, termasuk mereka yang berada di dalam.

"Mayor Daan Mogot termasuk yang gugur ditembak pasukan Jepang, di luar juga banyak yang gugur. Hanya sedikit yang selamat menyelamatkan diri melalui Sungai Cisadane menggunakan rakit," ujar Rendra.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More