Mengenal Sosok Maludin Simbolon, Panglima Kodam Bukit Barisan Pertama
Sabtu, 26 November 2022 - 06:04 WIB
JAKARTA - Sosok Kolonel Maludin Simbolon tak bisa dilepaskan dari terbentuknya Panglima Kodam Bukit Barisan pertama. Munculnya nama Maludin Simbolon sebagai Panglima Kodam Bukit Barisan merupakan perjalanan panjang dari terbentuknya ketentaraan (militer) saat era Jepang di Medan.
Sebagaimana diketahui, Jepang mendarat di Pantai Prupuk, Tanjung Tiram, 12 Maret 1942. Kehadiran Jepang ini, menggantikan kolonialisme Belanda. Untuk memperkuat basis militer Jepang di negara-negara koloninya, maka diselenggarakan pendidikan militer bagi pemuda pribumi di Sumatera Utara.
Seperti dikutip dari buku Sang Prajurit Pemberani (Biografi Lengkap Sintong Panjaitan), Sabtu (26/11/2022),
Pada 25 Januari 1946 nama TKR diubah menjadi Tentara Republik Indonesia. Pada Oktober 1946, Divisi-IV TRI Sumatera diubah menjadi Divisi Gajah-II.
Karena keterbatasan dana, Kolonel Maludin Simbolon mencari jalan sendiri untuk membangun asrama dan perumahan prajurit. Dia mencari dana sendiri.
Maludin Simbolon merupakan anak kedua dari 10 bersaudara, dari pasangan Julius Simbolon dan Nursiah Lumbantobing. Sang ayah bekerja sebagai mandor perkebunan di Pearaja, Tarutung, Tapanuli Utara.
Pria kelahiran Tarutung, Sumatera Utara, 13 September 1916 ini menempuh pendidikan dasarnya di HIS Siantar Narumonda, kemudian melanjutkan di sekolah guru Solo dan tamat tahun 1938. Ia bertemu dengan calon istrinya di Solo.
Sebelum meletusnya Perang Dunia II, ia sempat menjadi guru di HIS Solo dan di Curup, Bengkulu.
Sebagaimana diketahui, Jepang mendarat di Pantai Prupuk, Tanjung Tiram, 12 Maret 1942. Kehadiran Jepang ini, menggantikan kolonialisme Belanda. Untuk memperkuat basis militer Jepang di negara-negara koloninya, maka diselenggarakan pendidikan militer bagi pemuda pribumi di Sumatera Utara.
Seperti dikutip dari buku Sang Prajurit Pemberani (Biografi Lengkap Sintong Panjaitan), Sabtu (26/11/2022),
Pada 25 Januari 1946 nama TKR diubah menjadi Tentara Republik Indonesia. Pada Oktober 1946, Divisi-IV TRI Sumatera diubah menjadi Divisi Gajah-II.
Karena keterbatasan dana, Kolonel Maludin Simbolon mencari jalan sendiri untuk membangun asrama dan perumahan prajurit. Dia mencari dana sendiri.
Maludin Simbolon merupakan anak kedua dari 10 bersaudara, dari pasangan Julius Simbolon dan Nursiah Lumbantobing. Sang ayah bekerja sebagai mandor perkebunan di Pearaja, Tarutung, Tapanuli Utara.
Pria kelahiran Tarutung, Sumatera Utara, 13 September 1916 ini menempuh pendidikan dasarnya di HIS Siantar Narumonda, kemudian melanjutkan di sekolah guru Solo dan tamat tahun 1938. Ia bertemu dengan calon istrinya di Solo.
Sebelum meletusnya Perang Dunia II, ia sempat menjadi guru di HIS Solo dan di Curup, Bengkulu.
tulis komentar anda