Viral Fenomena Downburst Hujan Membentuk Air Terjun, Ini Penjelasan BMKG
Sabtu, 12 November 2022 - 16:44 WIB
JAKARTA - Media sosial diramaikan dengan adanya fenomena langka hujan seperti air terjun di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada Senin, 8 November 2022. Sejumlah ahli menyebut fenomena langka itu sebagai downburst.
Lalu, apa downburst itu? Prakirawan BMKG, Efa Septiani menjelaskan, downburst adalah sistem angin kencang secara vertikal ke bawah dan terjadi dalam waktu singkat yang timbul dari sistem awan jenis cumulonimbus dan menyebar ketika sampai di permukaan tanah.
"Downburst memiliki daya rusak yang tinggi karena terjadi dengan kecepatan yang tinggi dalam durasi yang singkat dan biasanya disertai dengan hujan. Ketika terjadi di wilayah pemukiman dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur. Dalam dunia penerbangan fenomena sangat berbahaya terutama saat mendarat dan juga lepas landas," kata Efa dalam Youtube resmi BMKG, Sabtu (12/11/2022).
Efa mengatakan, downburst yang terjadi dalam skala kecil atau kurang dari 4 kilometer disebut dengan microburst dan berlangsung selama beberapa menit. "Sementara jika lebih dari 4 kilometer disebut macroburst," katanya.
Selain itu, kata Efa, ada juga wet microburst yang terjadi jika tinggi dasar awan rendah disertai dengan curah hujan yang lebat. Sedangkan dry microburst terjadi jika tinggi dasar awan cukup tinggi disertai terjadi virga.
Efa menjelaskan, microburst terjadi ketika kondisi atmosfer sangat labil dan membentuk awan cumulonimbus atau awan CB yang besar. Microburst umumnya terjadi saat ketinggian dasar awan cumulonimbus berada di atas lapisan beku atmosfer atau freezing level, sehingga membentuk butiran air atau water droplet yang beku dan sangat dingin di dalam awan CB tersebut. Semakin lama memiliki massa yang lebih berat karena mekanisme pengangkatan atau uplit.
Baca juga: Viral Air Terjun Turun dari Langit, Ternyata Lokasinya di Stadion Wibawa Mukti Bekasi
"Masa butiran air yang menjadi sangat berat tersebut tidak lagi mampu ditahan oleh gerakan udara ke atas, sehingga butir hujan jatuh dengan nilai percepatan yang besar dan mengakibatkan hujan jatuh sangat deras dan disertai angin kencang. Percepatan hujan yang turun ini juga dipengaruhi oleh gerakan aliran massa udara turun atau downburst yang ada di bagian bawah awan CB," katanya.
Efa mengatakan, fenomena downburst berbeda dengan angin puting beliung meskipun sama-sama timbul dari awan jenis cumulonimbus dan sama-sama merusak. Secara fisik fenomena puting beliung bentuknya memutar seperti spiral atau seperti belalai yang turun dari awan ke permukaan. Sedangkan downburst bentuknya lebih menyebar dan dirasakan seperti embusan angin yang kencang yang turun secara vertikal dari dasar awan.
"Seperti halnya puting beliung, fenomena downburst cukup sulit untuk dideteksi dan diprediksi karena fenomena ini terjadi dalam skala waktu yang singkat dan area yang sempit," katanya.
Lalu, apa downburst itu? Prakirawan BMKG, Efa Septiani menjelaskan, downburst adalah sistem angin kencang secara vertikal ke bawah dan terjadi dalam waktu singkat yang timbul dari sistem awan jenis cumulonimbus dan menyebar ketika sampai di permukaan tanah.
"Downburst memiliki daya rusak yang tinggi karena terjadi dengan kecepatan yang tinggi dalam durasi yang singkat dan biasanya disertai dengan hujan. Ketika terjadi di wilayah pemukiman dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur. Dalam dunia penerbangan fenomena sangat berbahaya terutama saat mendarat dan juga lepas landas," kata Efa dalam Youtube resmi BMKG, Sabtu (12/11/2022).
Efa mengatakan, downburst yang terjadi dalam skala kecil atau kurang dari 4 kilometer disebut dengan microburst dan berlangsung selama beberapa menit. "Sementara jika lebih dari 4 kilometer disebut macroburst," katanya.
Selain itu, kata Efa, ada juga wet microburst yang terjadi jika tinggi dasar awan rendah disertai dengan curah hujan yang lebat. Sedangkan dry microburst terjadi jika tinggi dasar awan cukup tinggi disertai terjadi virga.
Efa menjelaskan, microburst terjadi ketika kondisi atmosfer sangat labil dan membentuk awan cumulonimbus atau awan CB yang besar. Microburst umumnya terjadi saat ketinggian dasar awan cumulonimbus berada di atas lapisan beku atmosfer atau freezing level, sehingga membentuk butiran air atau water droplet yang beku dan sangat dingin di dalam awan CB tersebut. Semakin lama memiliki massa yang lebih berat karena mekanisme pengangkatan atau uplit.
Baca juga: Viral Air Terjun Turun dari Langit, Ternyata Lokasinya di Stadion Wibawa Mukti Bekasi
"Masa butiran air yang menjadi sangat berat tersebut tidak lagi mampu ditahan oleh gerakan udara ke atas, sehingga butir hujan jatuh dengan nilai percepatan yang besar dan mengakibatkan hujan jatuh sangat deras dan disertai angin kencang. Percepatan hujan yang turun ini juga dipengaruhi oleh gerakan aliran massa udara turun atau downburst yang ada di bagian bawah awan CB," katanya.
Efa mengatakan, fenomena downburst berbeda dengan angin puting beliung meskipun sama-sama timbul dari awan jenis cumulonimbus dan sama-sama merusak. Secara fisik fenomena puting beliung bentuknya memutar seperti spiral atau seperti belalai yang turun dari awan ke permukaan. Sedangkan downburst bentuknya lebih menyebar dan dirasakan seperti embusan angin yang kencang yang turun secara vertikal dari dasar awan.
"Seperti halnya puting beliung, fenomena downburst cukup sulit untuk dideteksi dan diprediksi karena fenomena ini terjadi dalam skala waktu yang singkat dan area yang sempit," katanya.
(abd)
tulis komentar anda