KNKT Ungkap Penyebab Sriwijaya Air SJ 182: Sistem Otomatis Kemudi Tak Berfungsi

Kamis, 10 November 2022 - 16:39 WIB
Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan Kapten Nurcahyo Utomo menyatakan kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182 pada awal tahun 2021 lalu disebabkan sistem otomatis kemudi tidak berfungsi. Foto: MPI/Irfan Maulana
JAKARTA - Komite Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT ) membeberkan hasil investigasi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air Boeing 737-500 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu, (9/1/2021) silam. Jatuhnya pesawat dengan nomor penerbangan SJ 182 tersebut menelan korban meninggal sebanyak 62 orang.

Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan, Kapten Nurcahyo Utomo menjelaskan, berdasarkan dari investigasi yang dilakukan, KNKT menyimpulkan bahwa sistem autothrottle tidak dapat menggerakkan dorongan level kanan akibat adanya gaya gesek atau gangguan lain pada bagian mekanikal.

Autothrottle merupakan sistem pengatur gas yang memungkinkan pilot menentukan kecepatan dan dorongan pesawat secara otomatis. "Menjelang ketinggian 11.000 kaki, permintaan tenaga mesin semakin berkurang, hal ini membuat thrust lever kiri semakin mundur," ujarnya dalam konferensi pers laporan hasil investigasi tersebut di kantor KNKT, Jakarta Pusat, Kamis, (10/11/2022).





Nurcahyo menuturkan, jenis pesawat Boeing 737-500 telah dilengkapi dengan sistem Cruise Thrust Split Monitor (CTSM) yang berfungsi menonaktifkan autothrottle jika terjadi asymmetry untuk mencegah perbedaan tenaga mesin yang lebih besar.

"Penonaktifan autothrottle terjadi antara lain jika flight spoiler membuka lebih dari 2,5” selama minimum 1,5 detik. Kondisi ini tercapai pada pukul 14.39.40 WIB saat pesawat udara berbelok ke kanan dengan sudut 15”, tetapi aufothrottle tetap aktif dan menjadi nonaktif pada pukul 14.40.10 WIB," jelasnya.

Keterlambatan ini kata Nurcahyo diyakini karena flight spoiler memberikan informasi dengan nilai yang lebih rendah yang disebabkan penyetelannya (rigging). Penyetelan pada flight spoiler belum pernah dilakukan di Indonesia.

"Asymmetry menimbulkan perbedaan tenaga mesin yang menghasilkan gaya yang membuat pesawat udara pesawat bergeleng (yaw) ke kiri," ungkapnya.

Secara aerodynamic, lanjut Nurcahyo YAW akan membuat pesawat miring dan berbelok ke kiri. Gaya miring yang membelokkan pesawat udara ke kiri yang dihasilkan oleh perbedaan tenaga mesin menjadi lebih besar dari gaya yang membelokkan ke kanan yang dihasilkan oleh aileron dan flight spoiler. Sehingga pesawat berbelok ke kiri.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More