Publik Apresiasi Kapolri Copot Anak Buah Usai Tragedi Kanjuruhan

Kamis, 20 Oktober 2022 - 17:06 WIB
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meminta personel kepolisian dari tingkat Polsek hingga Mabes Polri solid dan kompak. FOTO/DOK.SINDOnews/YULIANTO
JAKARTA - Keputusan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mencopot Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat dan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta diapresiasi publik. Pencopotan itu merupakan buntut dari tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan 133 orang meninggal dunia.

Apresiasi publik ini tercermin dari hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang dirilis, Kamis (20/10/2022). Dalam survei itu, sebanyak 61,6% responden mendukung keputusan Kapolri.

"Yang kurang atau tidak setuju 24% dan menjawab tidak tahu 14,4%," kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan saat memaparkan hasil survei bertajuk "Kepercayaan Publik terhadap Lembaga Penegakan Hukum dan Persepsi terhadap Kasus Kanjuruhan", Kamis (20/10/2022).



Sementara itu, 53,3% responden yang sepakat dengan keputusan Kapolri mencopot Nico Afinta. Hanya 31,2% yang menyatakan kurang atau tidak setuju dan 15,4% lainnya menjawab tidak tahu.

Setelah dicopot dari pimpinan Polres Malang, Ferli Hidayat kini ditugaskan sebagai Pamen SSDM Polri. Sedangkan Nico Afinta sekarang menjabat Staf Ahli (Sahli) Sosbud Kapolri.

Selain itu, sebanyak 83,6% dari total 1.212 responden dalam survei ini mengaku mengetahui tragedi Kanjuruhan. Hanya 16,4% yang tidak tahu tragedi yang menewaskan 133 orang dan ratusan lainnya luka-luka itu.

Dari jumlah responden yang mengikuti tragedi Kanjuruhan, sebanyak 50,9% di antaranya mengetahui keputusan Kapolri mencopot Kapolres Malang. Sebesar 49,1% responden sisanya tidak tahu.

Baca juga: Breaking News: Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta Dicopot

Sementara itu, pendiri Narasi, Najwa Shihab berpendapat, Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) seharusnya juga turut bertanggung jawab atas terjadinya tragedi Kanjuruhan. Sebab, keduanya dinilai tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.

"Penembakan (gas air mata) takkan terjadi kalau PSSI jauh-jauh hari sudah menyosialisasikan standar FIFA kepada polisi. Jadi, memang menurut saya, tidak bisa dipisahkan dan tanggung jawab utama ada di PSSI," kata wanita yang akrab disapa Nana ini.

Diketahui, riset LSI dilakukan pada 6-10 Oktober 2022 dengan melibatkan warga negara Indonesia (WNI) yang telah memiliki hak pilih sebagai responden. Adapun margin of error sekitar 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%.
(abd)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More