Situasi Bali Kondusif, KTT G20 Diyakini Aman dari Gangguan Terorisme
Sabtu, 08 Oktober 2022 - 21:18 WIB
JAKARTA - Konferensi Tingkat Tinggi Group of Twenty ( KTT G20 ) diyakini aman dari gangguan terorisme. Forum utama kerja sama ekonomi internasional itu akan digelar di Bali pada 15-16 November 2022.
Mantan napi teroris Haris Amir Falah mengungkapkan saat ini situasi di Indonesia terutama di Bali sudah kondusif untuk menyelenggarakan acara-acara tingkat internasional. Menurutnya, para eks teroris yang terlibat dalam tragedi Bom Bali sudah bertobat dan kembali ke NKRI.
"Pernah ada tragedi ya di Bali, tapi awal 2022 ini sudah sangat kondusif, terbukti dari para mantan teroris yang pernah melakukan aksi di Bom Bali rata-rata yang masih hidup itu menyadari kesalahannya," kata Haris saat diskusi virtual bertajuk 'Indonesia Siap Amankan Presidensi G20' yang digelar Trijaya FM, Sabtu (8/10/2022).
Ia mencontohkan pelaku bom Bali Ali Imron turut menjaga keamanan Indonesia meskipun beliau belum bebas. Terpidana lainnya, Umar Patek dari dalam tahanan juga menyampaikan seruan agar masyarakat menjadi tuan rumah yang baik untuk menyukseskan G20.
Haris kemudian menjabarkan sederet kegiatan yang telah dilakukan ribuan eks teroris dari berbagai wilayah di Indonesia. Terakhir, pada 13 Agustus 2022, para eks teroris berkumpul untuk mengadakan kegiatan jambore di Sentul, Kota Bogor, Jabar untuk membahas kedamaian di Indonesia.
"Kami berkumpul di Sentul melakukan jambore dari Jateng, Jatim, Jabar, dan Jabodetabek. Kami buat Jambore Pejuang Damai, ini tekad bagi kami yang pernah berbuat kesalahan tapi ingin menebusnya dengan menciptakan kedamaian di negeri ini," tuturnya.
Haris menyebut, tahun ini sudah ada ribuan eks anggota kelompok radikal berikrar menyatakan kembali patuh pada konstitusi dan NKRI, di antaranya 1.300 eks kelompok radikal Negara Islam Indonesia di Sumatera Barat dan 300 orang lainnya dari kelompok JI dan JAD.
"Saya punya data satu tahun terakhir itu, mereka berbondong-bodong kembali dan punya tekad yang sama dengan kita. Kami optimis betul bahwa insyaAllah tidak ada kelompok-kelompok yang ingin mengganggu," ujarnya.
"Kalau ada gangguan, kami merasa tercoreng juga, bukan hanya wajah kami, eks napi, tapi wajah islam dan penduduk negeri ini," katanya.
Mantan napi teroris Haris Amir Falah mengungkapkan saat ini situasi di Indonesia terutama di Bali sudah kondusif untuk menyelenggarakan acara-acara tingkat internasional. Menurutnya, para eks teroris yang terlibat dalam tragedi Bom Bali sudah bertobat dan kembali ke NKRI.
"Pernah ada tragedi ya di Bali, tapi awal 2022 ini sudah sangat kondusif, terbukti dari para mantan teroris yang pernah melakukan aksi di Bom Bali rata-rata yang masih hidup itu menyadari kesalahannya," kata Haris saat diskusi virtual bertajuk 'Indonesia Siap Amankan Presidensi G20' yang digelar Trijaya FM, Sabtu (8/10/2022).
Ia mencontohkan pelaku bom Bali Ali Imron turut menjaga keamanan Indonesia meskipun beliau belum bebas. Terpidana lainnya, Umar Patek dari dalam tahanan juga menyampaikan seruan agar masyarakat menjadi tuan rumah yang baik untuk menyukseskan G20.
Haris kemudian menjabarkan sederet kegiatan yang telah dilakukan ribuan eks teroris dari berbagai wilayah di Indonesia. Terakhir, pada 13 Agustus 2022, para eks teroris berkumpul untuk mengadakan kegiatan jambore di Sentul, Kota Bogor, Jabar untuk membahas kedamaian di Indonesia.
"Kami berkumpul di Sentul melakukan jambore dari Jateng, Jatim, Jabar, dan Jabodetabek. Kami buat Jambore Pejuang Damai, ini tekad bagi kami yang pernah berbuat kesalahan tapi ingin menebusnya dengan menciptakan kedamaian di negeri ini," tuturnya.
Haris menyebut, tahun ini sudah ada ribuan eks anggota kelompok radikal berikrar menyatakan kembali patuh pada konstitusi dan NKRI, di antaranya 1.300 eks kelompok radikal Negara Islam Indonesia di Sumatera Barat dan 300 orang lainnya dari kelompok JI dan JAD.
"Saya punya data satu tahun terakhir itu, mereka berbondong-bodong kembali dan punya tekad yang sama dengan kita. Kami optimis betul bahwa insyaAllah tidak ada kelompok-kelompok yang ingin mengganggu," ujarnya.
"Kalau ada gangguan, kami merasa tercoreng juga, bukan hanya wajah kami, eks napi, tapi wajah islam dan penduduk negeri ini," katanya.
(rca)
tulis komentar anda