4 Jenderal Kopassus Ini Nyaris Tewas di Medan Operasi, Nomor 1 Legenda Intelijen

Sabtu, 30 Juli 2022 - 06:21 WIB
Saat itu, Tim RPKAD melakukan pembersihan di dalam kota Kecamatan Warmare. Siang harinya Tim RPKAD kembali ke Manokwari.Truk yang mengangkut pasukan harus melewati daerah perbukitan yang rawan terjadi pernyergapan. Setelah berhenti diketinggian, Tim RPKAD termasuk Sintong turun dari truk untuk melakukan orientasi medan.

Sintong duduk bersebelahan dengan Kasi I/Intelijen Korem 171/Manokwari Mayor Vordeling yang sedang merokok. Tiba-tiba mereka ditembak oleh pemberontak dari jarak dekat yang hanya berjarak 6 meter dari arah jurang. Beruntung tembakan itu tidak mengenai kepala Sintong. Sebab pada saat bersamaan Sintong sedang menggaruk kaki yang digigit semut merah.

3. Jenderal TNI (Purn) A.M Hendropriyono

Jenderal Kopassus lainnya yang nyaris kehilangan nyawanya di medan operasi adalah A.M Hendropriyono. Peristiwa yang menimpa mertua dari Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa ini terjadi ketika sedang menjalankan tugas memburu pimpinan pasukan Barisan Rakyat (Bara) Sukirjan alias Siauw Ah San dalam operasi pembersihan Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS)/Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku) pada 1973.

Dalam buku biografinya berjudul “Operasi Sandi Yudha”, Hendropriyono yang saat itu berpangkat Kapten harus merayap sejauh 4,5 kilometer di pedalaman hutan Kalimantan. Saat itu, Hendropriyono yang berhasil menjangkau persembunyian pimpinan pemberontak tersebut memerintahkan Siauw Ah San untuk menyerah.

Namun permintaan itu ditolak Siauw Ah San. Hendropriyono yang memberikan komando untuk menyerbu langsung mendobrak jendela. Sedangkan anggotanya Abdullah alias Pelda Ahmad Kongsenlani yang lari lebih cepat dan mendahuluinya mendobrak pintu. Nahas, perut Kongsenlani sobek oleh bayonet Siauw Ah San. Melihat usus Kongsenlani terburai Hendropriyono dengan sigap melemparkan pisau komando ke tubuh Siauw Ah San.

Sayangnya, pisau komando yang dilemparkan tidak menancap telak dan hanya memberikan luka ringan di dada kanannya. ”Saat itu saya tanpa senjata di tangan dan harus merebut bayonet dari Siauw Ah San. Sedangkan pistol masih terselip di belakang bawah punggung,” kenangnya.



Hendropriyono saat operasi di Timor-Timur atau Timur Leste. Foto/istimewa

Untuk meraih pistol, abituren Akmil 1967 ini khawatir keduluan oleh tikaman bayonet Siauw Ah San. Perlahan, Hendropriyono mundur beberapa langkah lalu melompat tinggi dan menendang dada musuhnya. Meski jatuh, Siauw Ah San masih sempat menghujamkan bayonet ke paha kirinya. “Ngilu rasanya baja dingin itu menembus daging dan menusuk tulang paha saya. Daging saya tersembul keluar dan darah mengalir dari paha kiri kaki,” tuturnya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More