Sama-sama Dibentuk dari Kostrad, Ini Perbedaan Raider dengan Para Raider
Sabtu, 09 Juli 2022 - 05:32 WIB
JAKARTA - Tentara Nasional Indonesia (TNI) dikenal sebagai salah satu militer di dunia yang memiliki banyak satuan pasukan elite. Salah satunya adalah Batalyon Raider yang merupakan bagian dari Batalyon Infanteri Komando Cadangan Stategis Angkatan Darat (Kostrad) TNI AD .
Sebagai bagian Kostrad, prajurit Raider telah memiliki kemampuan kualifikasi intai tempur dan lintas udara. Sesuai dengan namanya Batalyon Raider yang dibentuk pada 2003 itu didesain untuk mampu melakukan serangan secara cepat dan mendadak.
Karena itu, prajurit Raider dibekali kualifikasi khusus untuk menguasai tiga kemampuan utama. Ketiganya yaitu spesifikasi antiteror untuk pertempuran jarak dekat; antigerilya dengan mobilitas tinggi; serta kemampuan melakukan pertempuran-pertempuran berlarut (panjang).
Pada 2015, TNI menambah kualifikasi Batalyon Lintas Udara. Batalyon inilah yang disebut sebagai Batalyon Para Raider. Lalu, apa bedanya dengan Raider? Para Raider diambil dari prajurit dengan core atau kualifikasi utama lintas udara (linud). Dengan demikian, Para Rader awalnya adalah prajurit infanteri penerjun yang diberi tambahan kualifikasi Raider.
Dengan kualifikasi tambahan itu, Para Raider diproyeksikan memiliki kemampuan melakukan penerjunan menyerang secara mendadak. Karena itu, Para Raider ini harus memiliki kemampuan di segala medan mulai perkotaan, hutan, gunung, sungai, rawa, laut, pantai, juga udara.
Itu sebabnya, dalam pendidikan selama hampir tiga bulan, Pasukan Para Raider digembleng latihan dalam tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah tahap basis, tahap gunung hutan, dan tahap rawa laut.
Pada Tahap Basis, Para Raider mendapat pelatihan menghadapi pertempuran kota, pertempuran jarak dekat, dan ilmu medan. Penghancuran medan dan pembebasan tawanan mereka dapatkan di tahapan ini.
Pada Tahap Gunung Hutan, pasukan dilatih survival di hutan belantara dan kemampuan gerilya di gunung. Untuk survive selama tiga hari, Para Raider hanya dibekali garam dan korek api. Pada Tahap Rawa Laut, Para Raider digembleng kemampuan tempur di laut.
Setelah lulus pelatihan ini, pasukan tempur yang sebelumnya hanya memiliki spesifikasi operasi di segala medan dan cuaca (Linud) itu, kini juga mahir dalam operasi penyergapan atau Raider.
Sejak dibentuk resmi dari 8 Yonif pemukul Kodam dan 2 Yonif Divif Kostrad pada 22 Desember 203, jumlah Batalyon Raider terus berkembang. Sampai saat ini, terdapat 37 Batalyon Raider di seluruh Indonesia. Sementara Batalyon Para Raider berjumlah 9.
Sebagai bagian Kostrad, prajurit Raider telah memiliki kemampuan kualifikasi intai tempur dan lintas udara. Sesuai dengan namanya Batalyon Raider yang dibentuk pada 2003 itu didesain untuk mampu melakukan serangan secara cepat dan mendadak.
Karena itu, prajurit Raider dibekali kualifikasi khusus untuk menguasai tiga kemampuan utama. Ketiganya yaitu spesifikasi antiteror untuk pertempuran jarak dekat; antigerilya dengan mobilitas tinggi; serta kemampuan melakukan pertempuran-pertempuran berlarut (panjang).
Pada 2015, TNI menambah kualifikasi Batalyon Lintas Udara. Batalyon inilah yang disebut sebagai Batalyon Para Raider. Lalu, apa bedanya dengan Raider? Para Raider diambil dari prajurit dengan core atau kualifikasi utama lintas udara (linud). Dengan demikian, Para Rader awalnya adalah prajurit infanteri penerjun yang diberi tambahan kualifikasi Raider.
Dengan kualifikasi tambahan itu, Para Raider diproyeksikan memiliki kemampuan melakukan penerjunan menyerang secara mendadak. Karena itu, Para Raider ini harus memiliki kemampuan di segala medan mulai perkotaan, hutan, gunung, sungai, rawa, laut, pantai, juga udara.
Itu sebabnya, dalam pendidikan selama hampir tiga bulan, Pasukan Para Raider digembleng latihan dalam tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah tahap basis, tahap gunung hutan, dan tahap rawa laut.
Pada Tahap Basis, Para Raider mendapat pelatihan menghadapi pertempuran kota, pertempuran jarak dekat, dan ilmu medan. Penghancuran medan dan pembebasan tawanan mereka dapatkan di tahapan ini.
Pada Tahap Gunung Hutan, pasukan dilatih survival di hutan belantara dan kemampuan gerilya di gunung. Untuk survive selama tiga hari, Para Raider hanya dibekali garam dan korek api. Pada Tahap Rawa Laut, Para Raider digembleng kemampuan tempur di laut.
Setelah lulus pelatihan ini, pasukan tempur yang sebelumnya hanya memiliki spesifikasi operasi di segala medan dan cuaca (Linud) itu, kini juga mahir dalam operasi penyergapan atau Raider.
Sejak dibentuk resmi dari 8 Yonif pemukul Kodam dan 2 Yonif Divif Kostrad pada 22 Desember 203, jumlah Batalyon Raider terus berkembang. Sampai saat ini, terdapat 37 Batalyon Raider di seluruh Indonesia. Sementara Batalyon Para Raider berjumlah 9.
(muh)
tulis komentar anda