Lakon Bima Suci Teguhkan Komitmen PDIP Menyatu dengan Rakyat
Minggu, 26 Juni 2022 - 02:29 WIB
"Itulah semangat gerakan PDIP turun ke bawah, tidak melakukan manuver politik ke atas, ke elite. Sebagai satu-satunya kekuatan PDIP adalah rakyat," tambah Hasto.
Dia melanjutkan, dalam proses pencariannya, dalam berbagai ujian yang dihadapinya, akhirnya Bima bertemu dengan Dewa Ruci. Akhirnya, segala sesuatu yang awalnya terasa tidak mungkin, menjadi mungkin. Akhirnya konsepsi 'manunggal ing kawula gusti' atau kesatuan dengan Tuhan, dapat terlihat dalam cerita ini.
"Ketika Bima setelah mensucikan dirinya dengan berbagai laku-laku sebagai ksatria, itu sama dengan menghadapi ujian-ujian sebagai seorang pemimpin dan bertanggung jawab akan masa depan bangsa dan rakyatnya, akhirnya Bima bisa masuk dalam diri Dewa Ruci dengan melihat jagat serba terbalik," urai Hasto.
Dan hakikat itu lanjut Hasto, pada dasarnya sama dengan harapan yang digelorakan Megawati dan PDIP.
"Bahwa seorang kader partai harus satu kata dan perbuatan. Dalam memperjuangkan rakyat, kita tidak boleh melihat apa untungnya. Tapi alam pikir dan alam rasa kita harus menyatukan kita, sehingga kader dan simpatisan PDIP bergerak menyatu dengan kekuatan Wong Cilik, dan yang hadir adalah dedikasi dan keyakinan sebagaimana ditunjukkan oleh Bima," jelas Hasto.
Sebelum memulai pagelaran wayang, Hasto menyerahkan sosok wayang Bima kepada Ki Warseno Slank. Saat serah terima dilakukan, seorang anggota kelompok wayang itu melantunkan doa dan harapan.
"Bahwa kita berharap akan lahir ratusan dan bahkan ribuan kesatria yang membela bangsa dan negara dengan tulus seperti yang ditunjukkan oleh Bima," tutupnya.
Dia melanjutkan, dalam proses pencariannya, dalam berbagai ujian yang dihadapinya, akhirnya Bima bertemu dengan Dewa Ruci. Akhirnya, segala sesuatu yang awalnya terasa tidak mungkin, menjadi mungkin. Akhirnya konsepsi 'manunggal ing kawula gusti' atau kesatuan dengan Tuhan, dapat terlihat dalam cerita ini.
"Ketika Bima setelah mensucikan dirinya dengan berbagai laku-laku sebagai ksatria, itu sama dengan menghadapi ujian-ujian sebagai seorang pemimpin dan bertanggung jawab akan masa depan bangsa dan rakyatnya, akhirnya Bima bisa masuk dalam diri Dewa Ruci dengan melihat jagat serba terbalik," urai Hasto.
Dan hakikat itu lanjut Hasto, pada dasarnya sama dengan harapan yang digelorakan Megawati dan PDIP.
"Bahwa seorang kader partai harus satu kata dan perbuatan. Dalam memperjuangkan rakyat, kita tidak boleh melihat apa untungnya. Tapi alam pikir dan alam rasa kita harus menyatukan kita, sehingga kader dan simpatisan PDIP bergerak menyatu dengan kekuatan Wong Cilik, dan yang hadir adalah dedikasi dan keyakinan sebagaimana ditunjukkan oleh Bima," jelas Hasto.
Sebelum memulai pagelaran wayang, Hasto menyerahkan sosok wayang Bima kepada Ki Warseno Slank. Saat serah terima dilakukan, seorang anggota kelompok wayang itu melantunkan doa dan harapan.
"Bahwa kita berharap akan lahir ratusan dan bahkan ribuan kesatria yang membela bangsa dan negara dengan tulus seperti yang ditunjukkan oleh Bima," tutupnya.
(maf)
tulis komentar anda