Kutip Pendapat Imam Al-Ghazali, TGB: Jangan Bedakan Syariat dan Akal
Minggu, 12 Juni 2022 - 15:19 WIB
MAKASSAR - Dewasa ini banyak kalangan yang mempertentangkan antara ilmu agama dan non agama. Padahal, dua bidang itu sejatinya memiliki kaitan antara satu sama lain.
Hal itu disampaikan Ketua Umum PB Nahdlatul Wathan Diniyyah Islamiyah (NWDI) TGB HM Zainul Majd i dalam Silaturahmi Bersama Universitas Hasanuddin dengan Nahdlatul Wathan wa Diniyah Islamiyah dikutip dari akun YouTube Universitas Hasanuddin, Minggu (12/6/2022).
"Tidak sedikit di dunia ini hal-hal yang kita pertentangakan, kita hadapkan secara diameterial. Padahal sesungguhnya merupakan hal yang bisa disandingkan. Atau bahkan dia bagian dari yang lebih besar lagi, yang sama. Ketika kita bicara tentang politik dan non politik, agama dan non agama. Kita bicara ilmu umum dan agama," ujar TGB.
Mengutip pendapat Imam Al-Ghazali, TGB menilai antara ilmu agama dan non agama sejatinya memiliki kaitan. Agama yang sering disebut syariat, jelas dia, adalah akal yang berada di bagian luar.
"Ini sebenarnya dari lala sekali, Imam Ghozali itu sampai mengatakan bahwa antara syariat dengan akal itu gambarannya syariat itu aqlun minal khorij. Sedangkan akal itu adalah syar'un fi dakhil. Jadi syariat itu adalah akal, tapi dari luar. Sedangkan akal itu adalah syariat yang ada di dalam," beber dia.
"Jadi antara syariat dan akal, antara wahyu dan rasio sebenarnya kalau dalam pandangan ahlusunah waljamaah itu bukanlah dua hal yang perlu dipertentangkan. Karena itu Al Ghozali mengatakan bahwa, kalau kita bicara tentang ilmu agama dan ilmu umum, sebenarnya dari sisi maqosidu syari'ah itu tidak ada bedanya," lanjut dia.
TGB menjelaskan level teratas berbicara tentang agama yakni maqosidu syari'ah. Dijelaskannya, maqosidu syari'ah itu yakni menjaga lima hal pokok dalam kehidupan yakni jiwa, agama, akal, harta, dan keturunan.
"Akhir-akhir ini ada Ulama yang memasukkan yang ke enam ya, itu memelihara ekosistem kehidupan. Lima atau enam, inilah sebenarnya risalah agama," beber dia.
"Nah kalau kita melihat maqosidu syari'ah yang lima atau yang disebutkan ditambah satu lagi, ekosistem kehidupan, maka sesungguhnya ini kan agenda agama dan juga agenda ilmu juga. Ilmu pengetahuan ya. Kalau kita bicara enam hal ini kan tidak ada lagi yang boleh dibedakan. Tidak bisa kita bedakan lagi," lanjut TGB.
Lebih jauh dijelaskan TGB, secara pendekatan, memang memungkinkan adanya pendekatan. Namun secara esensi, memiliki kesamaan antara syariah dan akal.
"Mungkin secara pendekatan, iya. Tetapi esensinya sama. Sehingga ketika imam Ghazali membahas tentang perbedaan paling mungkin, kalau kita bicara tentang ulumun syar'i yah dan ulumun ghoiru syar'iyah, ilmu agama dan non agama, adalah bahwa ilmu agama itu masdaruhu al-wahyu," jelas dia.
"Sedangkan ilmu non agama itu masdaruhu al-'aqlu wa tajribah. Jadi kalau ilmu agama itu sumbernya wahyu, kalau non agama itu akal, pengalaman, dan eksperimen," tutup TGB.
Hal itu disampaikan Ketua Umum PB Nahdlatul Wathan Diniyyah Islamiyah (NWDI) TGB HM Zainul Majd i dalam Silaturahmi Bersama Universitas Hasanuddin dengan Nahdlatul Wathan wa Diniyah Islamiyah dikutip dari akun YouTube Universitas Hasanuddin, Minggu (12/6/2022).
"Tidak sedikit di dunia ini hal-hal yang kita pertentangakan, kita hadapkan secara diameterial. Padahal sesungguhnya merupakan hal yang bisa disandingkan. Atau bahkan dia bagian dari yang lebih besar lagi, yang sama. Ketika kita bicara tentang politik dan non politik, agama dan non agama. Kita bicara ilmu umum dan agama," ujar TGB.
Mengutip pendapat Imam Al-Ghazali, TGB menilai antara ilmu agama dan non agama sejatinya memiliki kaitan. Agama yang sering disebut syariat, jelas dia, adalah akal yang berada di bagian luar.
"Ini sebenarnya dari lala sekali, Imam Ghozali itu sampai mengatakan bahwa antara syariat dengan akal itu gambarannya syariat itu aqlun minal khorij. Sedangkan akal itu adalah syar'un fi dakhil. Jadi syariat itu adalah akal, tapi dari luar. Sedangkan akal itu adalah syariat yang ada di dalam," beber dia.
"Jadi antara syariat dan akal, antara wahyu dan rasio sebenarnya kalau dalam pandangan ahlusunah waljamaah itu bukanlah dua hal yang perlu dipertentangkan. Karena itu Al Ghozali mengatakan bahwa, kalau kita bicara tentang ilmu agama dan ilmu umum, sebenarnya dari sisi maqosidu syari'ah itu tidak ada bedanya," lanjut dia.
TGB menjelaskan level teratas berbicara tentang agama yakni maqosidu syari'ah. Dijelaskannya, maqosidu syari'ah itu yakni menjaga lima hal pokok dalam kehidupan yakni jiwa, agama, akal, harta, dan keturunan.
"Akhir-akhir ini ada Ulama yang memasukkan yang ke enam ya, itu memelihara ekosistem kehidupan. Lima atau enam, inilah sebenarnya risalah agama," beber dia.
"Nah kalau kita melihat maqosidu syari'ah yang lima atau yang disebutkan ditambah satu lagi, ekosistem kehidupan, maka sesungguhnya ini kan agenda agama dan juga agenda ilmu juga. Ilmu pengetahuan ya. Kalau kita bicara enam hal ini kan tidak ada lagi yang boleh dibedakan. Tidak bisa kita bedakan lagi," lanjut TGB.
Lebih jauh dijelaskan TGB, secara pendekatan, memang memungkinkan adanya pendekatan. Namun secara esensi, memiliki kesamaan antara syariah dan akal.
"Mungkin secara pendekatan, iya. Tetapi esensinya sama. Sehingga ketika imam Ghazali membahas tentang perbedaan paling mungkin, kalau kita bicara tentang ulumun syar'i yah dan ulumun ghoiru syar'iyah, ilmu agama dan non agama, adalah bahwa ilmu agama itu masdaruhu al-wahyu," jelas dia.
"Sedangkan ilmu non agama itu masdaruhu al-'aqlu wa tajribah. Jadi kalau ilmu agama itu sumbernya wahyu, kalau non agama itu akal, pengalaman, dan eksperimen," tutup TGB.
(kri)
tulis komentar anda