Pengamat: Zelenskyy dan Putin Mestinya Penuhi Undangan Jokowi Hadiri G20 di Bali

Sabtu, 30 April 2022 - 14:06 WIB
Undangan Presiden Jokowi bagi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin ke KTT G20 pada November 2022 seharusnya dihadiri. Foto/BPMI Setpres
JAKARTA - Jika perdamaian menjadi pilihan utama maka menang kalah tidak lagi menjadi pilihan akhir invasi Rusia terhadap Ukraina sehingga undangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bagi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin ke KTT G20 pada November 2022 seharusnya dihadiri.

Menurut Pengamat Ilmu Komunikasi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sahid, Algooth Putranto tawaran Presiden Indonesia untuk mengedepankan dialog harus dipahami sebagai upaya nyata menciptakan perdamaian dunia.

“Kalau kedua pihak menginginkan perdamaian, menurut saya baik Zelenskyy dan Putin mestinya memenuhi undangan Presiden Jokowi untuk menghadiri ajang G20 di Bali. Bagi Presiden Putin, setidaknya ini bisa menyelamatkan muka Rusia setelah gagal dalam invasi ke Ukraina,” ujarnya kepada SINDOnews, Sabtu (30/4/2022).

Sebaliknya, lanjutnya, bagi Presiden Zelenskyy ini adalah kesempatan besar meraih perdamaian bagi negaranya. Bahkan, memungkinkan Ukraina meraih perhatian dalam bentuk investasi maupun bantuan langsung dari negara-negara anggota G20.

Seperti diketahui G20 bertujuan untuk mendiskusikan kebijakan-kebijakan dalam rangka mewujudkan stabilitas keuangan internasional. Secara umum, tujuan G20 adalah mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.



Menurut Algooth, undangan bagi kedua negara yang berkonflik menjadi pesan tegas bahwa Indonesia selaku presidensi G20 tidak mengingkan adanya perpecahan dalam KTT G20 nanti di Bali. Sikap Indonesia sekaligus jawaban bagi sejumlah negara yang menginginkan penolakan terhadap kehadiran Rusia di Bali.

“Kehadiran Zelenskyy dan Putin bisa menjadi jawaban bagi Amerika dan negara-negara sekutunya di NATO. Bagaimana pun gengsi NATO terselamatkan setelah tidak mampu secara bulat bersikap terhadap invasi Rusia ke Ukraina,” tuturnya.

Dia mengingatkan keragu-raguan NATO dalam menyikapi konflik Rusia-Ukraina menyebabkan jatuhnya korban jiwa sekaligus membangkitkan trauma bubarnya SEATO, pakta pertahanan serupa yang pernah digagas Amerika dan Prancis di Asia Tenggara.

SEATO adalah pakta pertahanan yang didirikan oleh Amerika Serikat, Thailand, Filipina, Australia, Selandia Baru, Pakistan, Bangladesh, Prancis, dan Inggris pada tanggal 8 September 1954 di Manila. SEATO bermarkas di Bangkok, Thailand.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More