Penyuluh dan Petani di Karawang Pastikan Pertanian Tak Pernah Berhenti

Selasa, 16 Juni 2020 - 13:48 WIB
Salah satu penyuluh pertanian Desa Telukambulu, Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang.
KARAWANG - Aktivitas pertanian di Karawang, Jawa Barat, tidak pernah berhenti. Petani dan penyuluh pertanian di Karawang terus turun ke lapangan untuk memastikan ketersediaan pangan tidak terganggu. Semangat ini diperlihatkan Kelompok Tani Srimutiara dan penyuluh pendamping di Desa Telukambulu.

Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, apresiasi harus diberikan kepada penyuluh dan petani di Kelompok Tani Srimutiara. Terlebih, mereka mendukung ketersediaan pangan. “Ketahanan pangan nasional sangat penting dalam pandemi Covid-19. Petani harus tetap berproduksi namun mereka juga wajib memperhatikan protocol pencegahan Covid-19. Pemerintah terus berupaya menjaga stok pangan demi menjamin ketersediaan pangan bagi 267 juta rakyat Indonesia,” katanya, Selasa (16/6/2020).

Hal senada disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi. Menurutnya, pemerintah mendukung aktivitas yang dilakukan dalam rangka menjaga Ketahanan Pangan Nasional. “Pertanian tidak boleh berhenti dalam situasi apapun, genjot terus produksi pertanian. Penyuluh, petani dan seluruh insan pertanian harus turun ke lapangan. Kita semua ayo kita dukung pertanian kita,” ujarnya.



Menurut Wulan Budhy Utami, penyuluh pertanian Desa Telukambulu, Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang, petani dan para penyuluh terus bersemangat mendampingi pelaksanaan panen pada awal Juni 2020. “Kelompok Tani Srimutiara melaksanakan panen padi sawah seluas 8 ha dengan varietas Ciherang/Inpari 32 dengan produktivitas + 8 ton/ ha,” katanya.

Desa Telukambulu, Kecamatan Batujaya termasuk lokasi program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) yang fokus menerapkan teknologi pertanian cerdas iklim (CSA). Tujuannya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam penerapan pertanian cerdas iklim, mengurangi risiko gagal panen. Serta, mengurangi efek gas rumah kaca, dan meningkatkan pendapatan petani di Daerah Irigasi (DI) dan Daerah Rawa (DR) yang berorientasi pada terjaminnya ketahanan pangan nasional.

Kelompok Tani Srimutiara menerapkan sistem tanam jajar legowo yang merupakan system pertanian cerdas iklim (CSA) yang berprinsip meningkatkan populasi dengan cara mengatur jarak tanam melalui optimalisasi tata letak tanam. Sehingga, rumpun tanaman sebagian besar menjadi tanaman panggir. Cara tanam padi yang dilakukan menggunakan pola beberapa baris tanaman yang diselingi satu barisan kosong, sehingga, terjadi peningkatan populasi.

Pertanian CSA sendiri menggunakan pendekatan yang mentransformasikan dan mengorientasi ulang sistem produksi pertanian dan rantai nilai pangan. Tujuannya, untuk mendukung pertanian berkelanjutan serta memastikan ketahanan pangan dalam kondisi perubahan iklim diantaranya meningkatkan produksi hasil pertanian.

Tepatnya melalui peningkatan produktivitas maupun peningkatan Indek Pertanaman (IP) yang berimplikasi pada pendapatan petani secara berkelanjutan. Tentunya tanpa merusak lingkungan melalui adaptasi terhadap perubahan iklim serta mengurangi dan atau menghilangkan emisi gas rumah kaca.(nf)
(alf)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More