Ketimpangan Kepemilikan Tanah Tinggi, Jokowi: Saya Merasakan Jadi Orang Susah
Jum'at, 10 Desember 2021 - 17:15 WIB
JAKARTA - Kongres Ekonomi Umat ke-2 Majelis Ulama Indonesia (MUI) 2021 sempat menyinggung soal tingginya ketimpangan di bidang pertanahan.
Terkait hal itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku kepikiran dengan gap kepemilikan tanah tersebut. “Gini rasio waktu saya masuk 0,41 lebih. Kepikiran bapak ibu sekalian. Gap seperti itu kepikiran. Jangan dipikir saya enggak kepikiran. Kepikiran. Karena saya merasakan jadi orang susah. Saya merasakan betul. Dan enak menjadi orang yang tidak susah memang,” katanya yang disambut tawa tamu undangan, Jumat (10/12/2021).
Baca Juga: Kriteria Tanah Menganggur yang Dikenai Pajak Dipertajam
Pada kesempatan itu Jokowi mengatakan bagi siapa pun yang memerlukan lahan untuk menyampaikan kepadanya. Namun dia menekankan bahwa harus jelas kalkulasinya akan digunakan untuk apa tanah tersebut.
“Silakan. Untuk apa? Tapi jangan menunjuk pak saya yang di Kalimantan saja. Jangan. Saya yang memutuskan oh bapak butuh 10.000 ya. Saya berikan nih ada di Sumatera. Oh 50.000 saya ada nih di Kalimantan. Silakan. Dengan sebuah visibility yang itung2an dan kalkulasi yang jelas,” ungkapnya.
Saat ini pemerintah juga tengah mengembangkan bank tanah untuk melihat tanah-tanah yang diterlantarkan. “Kita sekarang ini dalam proses mendistribusi reforma agraria yang target kita sudah mencapai 4,3 juta hektare dari target 12 juta dari yang ingin kita bagi,” pungkasnya. Dita angga
Terkait hal itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku kepikiran dengan gap kepemilikan tanah tersebut. “Gini rasio waktu saya masuk 0,41 lebih. Kepikiran bapak ibu sekalian. Gap seperti itu kepikiran. Jangan dipikir saya enggak kepikiran. Kepikiran. Karena saya merasakan jadi orang susah. Saya merasakan betul. Dan enak menjadi orang yang tidak susah memang,” katanya yang disambut tawa tamu undangan, Jumat (10/12/2021).
Baca Juga: Kriteria Tanah Menganggur yang Dikenai Pajak Dipertajam
Pada kesempatan itu Jokowi mengatakan bagi siapa pun yang memerlukan lahan untuk menyampaikan kepadanya. Namun dia menekankan bahwa harus jelas kalkulasinya akan digunakan untuk apa tanah tersebut.
“Silakan. Untuk apa? Tapi jangan menunjuk pak saya yang di Kalimantan saja. Jangan. Saya yang memutuskan oh bapak butuh 10.000 ya. Saya berikan nih ada di Sumatera. Oh 50.000 saya ada nih di Kalimantan. Silakan. Dengan sebuah visibility yang itung2an dan kalkulasi yang jelas,” ungkapnya.
Saat ini pemerintah juga tengah mengembangkan bank tanah untuk melihat tanah-tanah yang diterlantarkan. “Kita sekarang ini dalam proses mendistribusi reforma agraria yang target kita sudah mencapai 4,3 juta hektare dari target 12 juta dari yang ingin kita bagi,” pungkasnya. Dita angga
(cip)
tulis komentar anda