Diskusi Daring KAGAMA Menulis V, Berlatih Membuat Piawai Menulis
Minggu, 07 Juni 2020 - 21:57 WIB
JAKARTA - Diskusi secara daring dalam acara Kagama Menulis V bertajuk The Power of Storytelling: Kiat Menulis Storytelling yang Greget dan Menarik pada Sabtu (6/6/2020), menyimpulkan bahwa piawai dalam menulis tidak harus karena bakat, tetapi karena rajin berlatih. Hal itu dikatakan narasumber Budi Setyarso, yang juga tokoh pers nasional.
“Sebenarnya, yang membuat kita bisa menulis bukanlah bakat, tetapi berlatih. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer, menulis itu bekarja untuk keabadian,” kata Budi.
Menurutnya, bentuk tulisan ada dua macam yaknistraigth newsdannews feature. Publik bisa mengetahui peristiwa yang terjadi dengan membacastraight news. Sementaranews featureadalah cerita tentang latar belakang peristiwa atau kejadian.
Dalam acara diskusi daring yang diikuti 380 peserta diselenggarakan oleh Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (PP KAGAMA) itu, news feature seperti tentang apa alasan di balik ketika seorang menteri diberhentikan. Apakah karena kinerja ataukah lantaran politik.
“Sebuah feature atau story telling jika ditulis dengan baik akan menyentuh perasaan pembacanya. Jadi menulis news feature itu tak berbeda dengan bercerita,” tutur Budi.
“Kita perlu membuatnya enak dibaca dan perlu. Seperti halnya bercerita, tentu kita ingin teman-teman kita terikat dan mengetahui sampai detailnya,” jelas alumnus Fakultas Pertanian UGM ini.
Bagi Budi,storytellingtidak sekadar menyusun kalimat yang lengkap secara konten. Namun, juga enak dan menyentuh untuk pembaca.
Untuk itu, hal yang perlu diingat adalah kemampuan dalam menciptakan sebuah cerita dalam story telling. Namun, dalam jurnalistik, cerita itu harus berdasarkan fakta yang diperoleh dari hasil wawancara.
“Karena itu, harus dilengkapi unsur 5W+1 H. Ini harus tetap ada. Menurut saya, unsur-unsur ini harus diterapkan. Meskipun tulisan kita tidak ada kaitannya dengan jurnalistik. Hal itu untuk membuktikan bahwa tulisan-tulisan kita bukan mengarang,” jelasnya.
Selain itu, kata Budi, kreativitas penulis butuh untuk ‘menciptakan’ sebuah cerita. Hal itu agar tulisan mengalir ke pembaca dan tidak menyisakan lubang.
Selain Budi, acara juga dihadiri Ketua II PP KAGAMA, Bambang Esti Marsono, Ketua VII, Sandya Yudda, Wakil Sekjen PP KAGAMA, Hasannudin M Kholil, dan Kordep Peningkatan Kompetensi Alumni, Aji Erlangga. Selain itu hadir para narasumber. Andreas Maryoto (Wartawan Kompas) dan Nursodik Gunarjo (penulis buku The Story of Gondes). Bertindak sebagai moderator Heri Prast dan Rokhmadi Antok, Anggota Pengurus Bidang Fasilitasi Alumni, PP KAGAMA.
Lihat Juga: Pendidikan Prof Ichlasul Amal yang Meninggal Dunia Hari Ini, Pernah Berorasi saat Reformasi 1998
“Sebenarnya, yang membuat kita bisa menulis bukanlah bakat, tetapi berlatih. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer, menulis itu bekarja untuk keabadian,” kata Budi.
Menurutnya, bentuk tulisan ada dua macam yaknistraigth newsdannews feature. Publik bisa mengetahui peristiwa yang terjadi dengan membacastraight news. Sementaranews featureadalah cerita tentang latar belakang peristiwa atau kejadian.
Dalam acara diskusi daring yang diikuti 380 peserta diselenggarakan oleh Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (PP KAGAMA) itu, news feature seperti tentang apa alasan di balik ketika seorang menteri diberhentikan. Apakah karena kinerja ataukah lantaran politik.
“Sebuah feature atau story telling jika ditulis dengan baik akan menyentuh perasaan pembacanya. Jadi menulis news feature itu tak berbeda dengan bercerita,” tutur Budi.
“Kita perlu membuatnya enak dibaca dan perlu. Seperti halnya bercerita, tentu kita ingin teman-teman kita terikat dan mengetahui sampai detailnya,” jelas alumnus Fakultas Pertanian UGM ini.
Bagi Budi,storytellingtidak sekadar menyusun kalimat yang lengkap secara konten. Namun, juga enak dan menyentuh untuk pembaca.
Untuk itu, hal yang perlu diingat adalah kemampuan dalam menciptakan sebuah cerita dalam story telling. Namun, dalam jurnalistik, cerita itu harus berdasarkan fakta yang diperoleh dari hasil wawancara.
“Karena itu, harus dilengkapi unsur 5W+1 H. Ini harus tetap ada. Menurut saya, unsur-unsur ini harus diterapkan. Meskipun tulisan kita tidak ada kaitannya dengan jurnalistik. Hal itu untuk membuktikan bahwa tulisan-tulisan kita bukan mengarang,” jelasnya.
Selain itu, kata Budi, kreativitas penulis butuh untuk ‘menciptakan’ sebuah cerita. Hal itu agar tulisan mengalir ke pembaca dan tidak menyisakan lubang.
Selain Budi, acara juga dihadiri Ketua II PP KAGAMA, Bambang Esti Marsono, Ketua VII, Sandya Yudda, Wakil Sekjen PP KAGAMA, Hasannudin M Kholil, dan Kordep Peningkatan Kompetensi Alumni, Aji Erlangga. Selain itu hadir para narasumber. Andreas Maryoto (Wartawan Kompas) dan Nursodik Gunarjo (penulis buku The Story of Gondes). Bertindak sebagai moderator Heri Prast dan Rokhmadi Antok, Anggota Pengurus Bidang Fasilitasi Alumni, PP KAGAMA.
Lihat Juga: Pendidikan Prof Ichlasul Amal yang Meninggal Dunia Hari Ini, Pernah Berorasi saat Reformasi 1998
(zil)
tulis komentar anda