2.431 Kejadian Bencana hingga November, 98% Hidrometeorologi
Selasa, 23 November 2021 - 16:21 WIB
JAKARTA - Kondisi Indonesia yang berada di daerah cincin api atau ring of fire menyebabkan tingginya frekuensi bencana di Tanah Air. Sebanyak 2.431 kejadian bencana tercatat hingga 16 November 2021.
“Dan 98% di antaranya merupakan bencana hidrometeorologi . Kejadian yang mendominasi adalah bencana banjir, kemudian puting beliung, tanah longsor, dan lain sebagainya,” kata Deputi Bidang Koordinasi Pemerataan Pembangunan Wilayah dan Penanggulangan Bencana pada Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Letjen TNI (Purn) Sudirman dalam acara Ambasador Talk 2021 secara virtual, Selasa (23/11/2021).
Sudirman mengatakan frekuensi bencana hidrometeorologi pada 2020 mencapai 4.624 kejadian, meningkat hampir 8 kali lipat dibandingkan kejadian pada 2005. “Kenaikan tren kejadian bencana di Indonesia yang disebabkan peningkatan curah hujan ekstrem tersebut dapat dikatakan juga sebagai dampak perubahan iklim,” katanya.
Sudirman juga mengatakan bahwa ancaman hidrometeorologis sebetulnya tidak harus menjadi bencana. Dia mengatakan untuk memutus lingkaran kejadian bencana yang sering terjadi berulang membutuhkan pemahaman yang lebih baik tentang risiko bencana hidrometeorologi dalam semua dimensinya.
“Baik dari dimensi pengurangan paparan terhadap ancaman, pengurangan kerentanan dan peningkatan kapasitas masyarakat terhadap bahaya,” imbuhnya.
Selain itu, kata Sudirman, diperlukan sosialisasi pada masyarakat agar lebih mengenal lingkungan dan potensi bencana di lingkungan tempat tinggalnya. “Sehingga dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi sewaktu-waktu,” katanya.
Sudirman juga mengatakan harus dilakukan penyusunan rencana kontijensi di provinsi-provinsi yang diperkirakan akan mengalami dampak La Nina untuk mengalokasikan anggaran adaptasi dan mitigasi bencana akibat perubahan iklim serta peningkatan daya dukung lingkungan. “Penguatan koordinasi pentahelix dengan melibatkan pemerintah, masyarakat, akademisi, media massa, dan dunia usaha terkait bencana hidrometeorologi melalui update informasi cuaca, potensi cuaca ekstrem dan potensi bencana hidrometeorologi di wilayah bencana,” ujar Sudirman.
“Dan 98% di antaranya merupakan bencana hidrometeorologi . Kejadian yang mendominasi adalah bencana banjir, kemudian puting beliung, tanah longsor, dan lain sebagainya,” kata Deputi Bidang Koordinasi Pemerataan Pembangunan Wilayah dan Penanggulangan Bencana pada Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Letjen TNI (Purn) Sudirman dalam acara Ambasador Talk 2021 secara virtual, Selasa (23/11/2021).
Sudirman mengatakan frekuensi bencana hidrometeorologi pada 2020 mencapai 4.624 kejadian, meningkat hampir 8 kali lipat dibandingkan kejadian pada 2005. “Kenaikan tren kejadian bencana di Indonesia yang disebabkan peningkatan curah hujan ekstrem tersebut dapat dikatakan juga sebagai dampak perubahan iklim,” katanya.
Sudirman juga mengatakan bahwa ancaman hidrometeorologis sebetulnya tidak harus menjadi bencana. Dia mengatakan untuk memutus lingkaran kejadian bencana yang sering terjadi berulang membutuhkan pemahaman yang lebih baik tentang risiko bencana hidrometeorologi dalam semua dimensinya.
“Baik dari dimensi pengurangan paparan terhadap ancaman, pengurangan kerentanan dan peningkatan kapasitas masyarakat terhadap bahaya,” imbuhnya.
Selain itu, kata Sudirman, diperlukan sosialisasi pada masyarakat agar lebih mengenal lingkungan dan potensi bencana di lingkungan tempat tinggalnya. “Sehingga dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi sewaktu-waktu,” katanya.
Sudirman juga mengatakan harus dilakukan penyusunan rencana kontijensi di provinsi-provinsi yang diperkirakan akan mengalami dampak La Nina untuk mengalokasikan anggaran adaptasi dan mitigasi bencana akibat perubahan iklim serta peningkatan daya dukung lingkungan. “Penguatan koordinasi pentahelix dengan melibatkan pemerintah, masyarakat, akademisi, media massa, dan dunia usaha terkait bencana hidrometeorologi melalui update informasi cuaca, potensi cuaca ekstrem dan potensi bencana hidrometeorologi di wilayah bencana,” ujar Sudirman.
(rca)
Lihat Juga :
tulis komentar anda