Dari Ulama dan Santri, Nasionalisme Tumbuh dan Berkembang
Sabtu, 23 Oktober 2021 - 09:15 WIB
Baca juga: Rayakan Hari Santri, NU Care-Lazisnu Santuni 300 Yatim di Bekasi
Tak sampai di situ, Prananda juga menyebut ulama, kiai dan santri juga sangat berperan aktif dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari ulama, kiai dan santrilah nasionalisme tumbuh dan berkembang dengan tetap berprinsip pada nilai-nilai universal agama. "Sebagaimana yang diajarkan oleh para kiai dan leluhur kita yaitu "Hubbul Wathon Minal Iman" (nasionalisme atau cinta Tanah Air sebagian dari pada iman).
"Kita wajib bersyukur, di tengah kemajemukan bangsa kita, Indonesia memiliki sebuah ideologi yang dapat mempersatukan anak bangsa, yaitu Pancasila. Dengan Pancasila, egoisme kelompok niscaya luluh di bawah lima sila yang berhasil dirumuskan sejak periode awal berdirinya Indonesia sebagai negara bangsa," kata mantan Pengurus PB PMII tersebut.
Masyarakat Indonesia, terlebih generasi muda dan para santri, tak boleh nihil waspada. Sebab, belakangan ini telah muncul gerakan-gerakan kelompok ekstremis yang dapat memecah-belah tatanan kehidupan berbangsa kita.
"Jika kita lengah sedikit saja, keragaman identitas kita malah menjadi kendaraan strategis bagi mereka yang memiliki kepentingan untuk merusak kesatuan dan persatuan bangsa," katanya.
Sementara itu, Ketua Bidang Agama dan Kebhinekaan GP NasDem, Chepy Aprianto mengatakan sejatinya agama dan nasionalisme tidak dapat dipisahkan. Maka dari itu pihaknya mencoba mengkolaborasikan antara agama dan nasionalisme.
"Kami bersatu bersama santri yang ada di seluruh Indonesia, kita sadar bahwa tantangan terbesar kita adalah ideologi bangsa. Maka dengan hal ini kecintaan terhadap NKRI, kecintaan kita terhadap Pancasila, kecintaan kita terhdap NKRI harus tetap diteguhkan," tutup Chepy.
Tak sampai di situ, Prananda juga menyebut ulama, kiai dan santri juga sangat berperan aktif dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari ulama, kiai dan santrilah nasionalisme tumbuh dan berkembang dengan tetap berprinsip pada nilai-nilai universal agama. "Sebagaimana yang diajarkan oleh para kiai dan leluhur kita yaitu "Hubbul Wathon Minal Iman" (nasionalisme atau cinta Tanah Air sebagian dari pada iman).
"Kita wajib bersyukur, di tengah kemajemukan bangsa kita, Indonesia memiliki sebuah ideologi yang dapat mempersatukan anak bangsa, yaitu Pancasila. Dengan Pancasila, egoisme kelompok niscaya luluh di bawah lima sila yang berhasil dirumuskan sejak periode awal berdirinya Indonesia sebagai negara bangsa," kata mantan Pengurus PB PMII tersebut.
Masyarakat Indonesia, terlebih generasi muda dan para santri, tak boleh nihil waspada. Sebab, belakangan ini telah muncul gerakan-gerakan kelompok ekstremis yang dapat memecah-belah tatanan kehidupan berbangsa kita.
"Jika kita lengah sedikit saja, keragaman identitas kita malah menjadi kendaraan strategis bagi mereka yang memiliki kepentingan untuk merusak kesatuan dan persatuan bangsa," katanya.
Sementara itu, Ketua Bidang Agama dan Kebhinekaan GP NasDem, Chepy Aprianto mengatakan sejatinya agama dan nasionalisme tidak dapat dipisahkan. Maka dari itu pihaknya mencoba mengkolaborasikan antara agama dan nasionalisme.
"Kami bersatu bersama santri yang ada di seluruh Indonesia, kita sadar bahwa tantangan terbesar kita adalah ideologi bangsa. Maka dengan hal ini kecintaan terhadap NKRI, kecintaan kita terhadap Pancasila, kecintaan kita terhdap NKRI harus tetap diteguhkan," tutup Chepy.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda