Penyair Puisi Esai Lintas Negara Sumbang APD ke Wisma Atlet
Selasa, 02 Juni 2020 - 16:05 WIB
Penulis puisi esai dari berbagai daerah dan sejumlah negara menyerahkan 63 alat pelindung diri kepada Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Selasa (2/6/2020). Foto/Istimewa
JAKARTA - Bantuan untuk tenaga medis dalam menangani pasien virus Corona (Covid-19) terus mengalir. Kali ini bantuan datang dari kalangan penulis puisi esai.
Sebanyak 63 penulis puisi esai dari Aceh dan Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Papua, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Singapura, Salomon Island, hingga Australia menyerahkan 63 alat pelindung diri (APD) kepada Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Selasa (2/6/2020).
Penyerahan bantuan diwakili pengurus Kelompok Studi Proklamasi (KSP) antara lain Elza Peldi Taher, Jonminofri, Halimah Munawir, Jojo Rahardjo, dan pengurus IKATISA 31 antara lain Tutut Adinegoro dan Nanang Susanto, serta penyair Fatin Hamama.
"Bagi kami, tim medis dan relawan adalah pahlawan di zaman Covid-19. Karena itu, kami 63 penulis puisi esai ikut mendukung mereka dengan cara menyumbangkan 63 baju APD bersertifikat. Satu penulis menyumbangkan satu APD,” tutur Elza Peldi Taher dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews. ( )
Menurut Elza, sumbangan ini jangan dilihat bentuk dan jumlahnya, namun perlu dilihat niat tulus para penulis, penyair, seniman, seniwati, untuk ikut bergotong royong bersama tim medis dan relawan yang sudah mengambil risiko untuk menyembuhkan pasien.
Sementara itu, penggagas puisi esai, Denny JA mengatakan, banyak penulis yang merekam kisah pandemi virus Corona untuk satu buku.
"Tapi para penulis puisi esai dari manca negara selangkah lebih maju lagi. Mereka tak hanya bersama-sama merekam suara batin masyarakat dalam puisi esai mini yang dibukukan. Mereka juga bersama-sama berderma,” katanya.
Denny mengutip lembaga yang berpusat di Inggris, Charities Aid Foundation. Lembaga ini melakukan riset pada 146 negara di seluruh dunia yang penduduknya paling banyak berderma. Mereka membuat penilaian berdasarkan indeks yang disebut World Giving Index.
Pada 2018, Indonesia terpilih rangking nomor satu. Posisi Indonesia dari sisi spirit masyarakatnya untuk berderma di atas negara Amerika Serikat, Australia, Kanada, Bahrain yang masuk 10 besar.
Denny menjelaskan, para penulis puisi esai ini salah satu contoh spirit publik di Indonesia yang gemar berderma. Tak hanya dalam bentuk uang atau barang. Banyak pula rakyat Indonesia yang berderma menjadi sukarelawan, mendermakan tenaga, pikiran dan waktu.
Para penulis puisi esai manca negara ini, awal Juni 2020 ini, mempublikasikan buku mereka yang berisi kumpulan puisi esai mereka dengan judul: Love and Life in the Era of Corona. Aneka drama batin, kesedihan serta harapan, kematian, dan perjuangan menghadapi era pandemik terekam di sana.
Menurut Denny, buku puisi esai itu pada waktunya akan menjadi rujukan ketika ingin mendalami suasana batin era pandemi yang mungkin terjadi hanya seratus tahun sekali.
Sebanyak 63 penulis puisi esai dari Aceh dan Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Papua, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Singapura, Salomon Island, hingga Australia menyerahkan 63 alat pelindung diri (APD) kepada Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Selasa (2/6/2020).
Penyerahan bantuan diwakili pengurus Kelompok Studi Proklamasi (KSP) antara lain Elza Peldi Taher, Jonminofri, Halimah Munawir, Jojo Rahardjo, dan pengurus IKATISA 31 antara lain Tutut Adinegoro dan Nanang Susanto, serta penyair Fatin Hamama.
"Bagi kami, tim medis dan relawan adalah pahlawan di zaman Covid-19. Karena itu, kami 63 penulis puisi esai ikut mendukung mereka dengan cara menyumbangkan 63 baju APD bersertifikat. Satu penulis menyumbangkan satu APD,” tutur Elza Peldi Taher dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews. ( )
Menurut Elza, sumbangan ini jangan dilihat bentuk dan jumlahnya, namun perlu dilihat niat tulus para penulis, penyair, seniman, seniwati, untuk ikut bergotong royong bersama tim medis dan relawan yang sudah mengambil risiko untuk menyembuhkan pasien.
Sementara itu, penggagas puisi esai, Denny JA mengatakan, banyak penulis yang merekam kisah pandemi virus Corona untuk satu buku.
"Tapi para penulis puisi esai dari manca negara selangkah lebih maju lagi. Mereka tak hanya bersama-sama merekam suara batin masyarakat dalam puisi esai mini yang dibukukan. Mereka juga bersama-sama berderma,” katanya.
Denny mengutip lembaga yang berpusat di Inggris, Charities Aid Foundation. Lembaga ini melakukan riset pada 146 negara di seluruh dunia yang penduduknya paling banyak berderma. Mereka membuat penilaian berdasarkan indeks yang disebut World Giving Index.
Pada 2018, Indonesia terpilih rangking nomor satu. Posisi Indonesia dari sisi spirit masyarakatnya untuk berderma di atas negara Amerika Serikat, Australia, Kanada, Bahrain yang masuk 10 besar.
Denny menjelaskan, para penulis puisi esai ini salah satu contoh spirit publik di Indonesia yang gemar berderma. Tak hanya dalam bentuk uang atau barang. Banyak pula rakyat Indonesia yang berderma menjadi sukarelawan, mendermakan tenaga, pikiran dan waktu.
Para penulis puisi esai manca negara ini, awal Juni 2020 ini, mempublikasikan buku mereka yang berisi kumpulan puisi esai mereka dengan judul: Love and Life in the Era of Corona. Aneka drama batin, kesedihan serta harapan, kematian, dan perjuangan menghadapi era pandemik terekam di sana.
Menurut Denny, buku puisi esai itu pada waktunya akan menjadi rujukan ketika ingin mendalami suasana batin era pandemi yang mungkin terjadi hanya seratus tahun sekali.
(dam)
tulis komentar anda