Nalar Sains untuk Kemajuan Indonesia
Sabtu, 02 Oktober 2021 - 12:25 WIB
Jika kita membaca buku Fungsi Nalar lalu menghayati pokok pemikiran Polemik Kebudayaan, kita tidak bisa mengelak untuk menyimpulkan bahwa fungsi nalar akhir terjatuh jadi polemik masalah identitas ‘bangsa Indonesia’: apakah atau bagaimana identitas bangsa Indonesia saat Indonesia jadi negara merdeka, khususnya dalam budaya immaterial akan menjadi bangsa rasional-saintifik atau bangsa berbudi-hati yang ramah dan spiritual. Fungsi nalar dalam filsafat sains yang menghasilkan teknologi modern terperosok dalam imajinasi Barat versus Timur yang tak ada gunanya. Ilmu tak ada hubungannya dengan Barat, Timur, atau identitas lainnya.
Yang tidak disadari dengan jelas untuk diterapkan dalam sistem pendidikan-pengajaran dalam polemik itu adalah bahwa nalar yang berkembang dalam institusi pendidikan-pengajaran di Barat adalah dua fungsi nalar saintifik: nalar sebagai wadah kebenaran dan nalar sebagai sarana mencari kebenaran. Dua fungsi nalar ini bukanlah identitas (Barat) sebagaimana diasumsikan dalam Polemik Kebudayaan. Seperti diejlaskan filsuf Alfred North Whitehead dalam buku ini, dua fungsi nalar itulah yang menjadi pemicu internal perkembangan sains modern yang sangat pesat di Barat. Dan itulah yang juga menjadi polemik keras dan berkepanjangan di Barat yang, setidaknya sampai pertengahan abad ke-20, yang akhirnya menghasilkan dua aliran besar filsafat ilmu: rasionalisme dan empirisme.
baca juga: Rekomendasi Buku untuk Belajar Alam Semesta, dari Sudut Sains hingga Agama
Dasar filsafat sains (Barat) adalah ilmu nalar (logika) yang berasal dari Yunani, yang kemudian dikembangkan para filsuf-ilmuwan muslim dan khususnya para ilmuwan Eropa sejak Renaisans. Di Eropa, masalah logika atau nalar (reason) menjadi masalah akbar yang hampir semua filsuf dan ilmuwan terlibat untuk mengkajinya. Jelas, posisi sentral nalar dalam sains adalah sebagai wadah kebenaran dan khususnya sebagai sarana mencari kebenaran saintifik.
Buku Fungsi Nalar karya filsuf Alfred North Whitehead ini adalah saksi perkembangan pemikiran perihal nalar dalam sejarah sains Barat selama lebih dari tiga abad. Alfred North Whitehead menelisik perkembangan gagasan nalar sejak zaman filsuf Yunani, lalu bergerak cepat ke zaman filsuf Eropa modern seperti Rene Descartes yang mempostulatkan kedigdayaan nalar, kritik sintesis yang mencoba menyatukan rasionalisme dan empirisme dalam karya Immanuel Kant, sampai perkembangan fungsi nalar yang dipraktikkan oleh ilmuwan seperti Isaac Newton sampai Albert Einstein. Tak pelak, buku Alfred North Whitehead ini adalah guide yang bernas untuk mempelajari posisi nalar dalam sains modern dan peran penting nalar dalam peradaban Barat sebelum Perang Dunia II sebagaimana dipraktikkan dalam sistem pendidikan dan pusat riset.
baca juga: Toko Buku di Villa Pertiwi Cilodong Rusak Berat Akibat Hujan Disertai Angin Kencang
Dalam perkembangan pemikiran nalar setelah (akibat) Perang Dunia II, kita menyaksikan sekian kritik terhadap keampuhan nalar: mulai dari yang bersifat filosofis sampai pada perkembangan sains kognitif. Namun, yang sangat perlu dicatat dengan tegas adalah bahwa sekian banyak kritik terhadap nalar itu tak pelak lagi semuanya menggunakan nalar itu sendiri. Kritik apa pun terhadap nalar itu sendiri sudah pasti wajib menggunakan nalar, yang tanpanya tidak bisa memiliki kekuatan absah. Karena, bagaimanapun, kebenaran (dengan berbagai teorinya) adalah kebenaran berdasarkan ilmu manusia yang salah satu piranti utama pencariannya adalah nalar manusia. Inilah pentingnya buku klasik Fungsi Nalar karya Alfred North Whitehead.
M. Fauzi Sukri
Penulis Guru dan Berguru (2015)
Yang tidak disadari dengan jelas untuk diterapkan dalam sistem pendidikan-pengajaran dalam polemik itu adalah bahwa nalar yang berkembang dalam institusi pendidikan-pengajaran di Barat adalah dua fungsi nalar saintifik: nalar sebagai wadah kebenaran dan nalar sebagai sarana mencari kebenaran. Dua fungsi nalar ini bukanlah identitas (Barat) sebagaimana diasumsikan dalam Polemik Kebudayaan. Seperti diejlaskan filsuf Alfred North Whitehead dalam buku ini, dua fungsi nalar itulah yang menjadi pemicu internal perkembangan sains modern yang sangat pesat di Barat. Dan itulah yang juga menjadi polemik keras dan berkepanjangan di Barat yang, setidaknya sampai pertengahan abad ke-20, yang akhirnya menghasilkan dua aliran besar filsafat ilmu: rasionalisme dan empirisme.
baca juga: Rekomendasi Buku untuk Belajar Alam Semesta, dari Sudut Sains hingga Agama
Dasar filsafat sains (Barat) adalah ilmu nalar (logika) yang berasal dari Yunani, yang kemudian dikembangkan para filsuf-ilmuwan muslim dan khususnya para ilmuwan Eropa sejak Renaisans. Di Eropa, masalah logika atau nalar (reason) menjadi masalah akbar yang hampir semua filsuf dan ilmuwan terlibat untuk mengkajinya. Jelas, posisi sentral nalar dalam sains adalah sebagai wadah kebenaran dan khususnya sebagai sarana mencari kebenaran saintifik.
Buku Fungsi Nalar karya filsuf Alfred North Whitehead ini adalah saksi perkembangan pemikiran perihal nalar dalam sejarah sains Barat selama lebih dari tiga abad. Alfred North Whitehead menelisik perkembangan gagasan nalar sejak zaman filsuf Yunani, lalu bergerak cepat ke zaman filsuf Eropa modern seperti Rene Descartes yang mempostulatkan kedigdayaan nalar, kritik sintesis yang mencoba menyatukan rasionalisme dan empirisme dalam karya Immanuel Kant, sampai perkembangan fungsi nalar yang dipraktikkan oleh ilmuwan seperti Isaac Newton sampai Albert Einstein. Tak pelak, buku Alfred North Whitehead ini adalah guide yang bernas untuk mempelajari posisi nalar dalam sains modern dan peran penting nalar dalam peradaban Barat sebelum Perang Dunia II sebagaimana dipraktikkan dalam sistem pendidikan dan pusat riset.
baca juga: Toko Buku di Villa Pertiwi Cilodong Rusak Berat Akibat Hujan Disertai Angin Kencang
Dalam perkembangan pemikiran nalar setelah (akibat) Perang Dunia II, kita menyaksikan sekian kritik terhadap keampuhan nalar: mulai dari yang bersifat filosofis sampai pada perkembangan sains kognitif. Namun, yang sangat perlu dicatat dengan tegas adalah bahwa sekian banyak kritik terhadap nalar itu tak pelak lagi semuanya menggunakan nalar itu sendiri. Kritik apa pun terhadap nalar itu sendiri sudah pasti wajib menggunakan nalar, yang tanpanya tidak bisa memiliki kekuatan absah. Karena, bagaimanapun, kebenaran (dengan berbagai teorinya) adalah kebenaran berdasarkan ilmu manusia yang salah satu piranti utama pencariannya adalah nalar manusia. Inilah pentingnya buku klasik Fungsi Nalar karya Alfred North Whitehead.
M. Fauzi Sukri
Penulis Guru dan Berguru (2015)
tulis komentar anda