Pengamat: Perkuat Nasionalisme dan Toleransi Jika Tak Ingin Seperti Afganistan
Rabu, 18 Agustus 2021 - 12:30 WIB
JAKARTA - Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati menilai, pengaruh situasi di Afganistan terhadap Indonesia tentu saja ada meskipun tidak secara langsung. Seperti diketahui, Taliban mengambil alih kekuasaan pemerintah Afganistan pada Senin, 16 Agustus 2021 menyusul hengkangnya Amerika Serikat bersama sekutunya dari negara tersebut.
”Jika kita melihat warga Afganistan yang sangat kesukuan dan tidak mimiliki identitas nasional memang tanpa harus melampaui perang konvensional berdarah pun Taliban mudah untuk tundukan Afganistan,” katanya, Rabu (18/8/2021).
Oleh karena itu, kata Ketua Bidang Hankam dan Intelijen Partai Perindo ini, Indonesia harus terus melakukan penguatan nasionalisme sebagai bangsa Indonesia. ”Bangsa ini beruntung Bung Karno begitu tegas agar kita lakukan nation character building. Kitapun punya Pancasila dan UUD 45. Bayangkan bila kita bimbang ragu sebagai bangsa akan mudah digalang oleh kelompok radikal dan ekstrem. Terlebih methode penggalangan dengan Enabling Environtmen yang piawai membuat orang terbuai dan menganggap normal radikalisme itu,” ujarnya.
Mantan anggota Komisi I DPR ini menyebut persatuan dan kesatuan bangsa adalah sebuah keniscayaan untuk dijaga dan bela sampai akhir hayat. ”Hanyalah hal itu yang dapat membuat bangsa ini utuh tetap ada dalam negara yang berdaulat,” ucapnya.
Menurut Nuning, panggilan akrab Susaningtyas Kertopati, langkah pemerintah melarang HTI dan IM sangat tepat karena sadar atau tidak mereka embrio radikalisme dan perpecahan bangsa. Apalagi organisasi atau kelompok teroris yang berafiliasi ISIS maupun Al Qaeda harus ditangani dengan tegas oleh aparat. Kelompok-kelompok ini jelas ingin menghancurkan nasionalisme dan identitas kebhineka tunggal ikaan bangsa Indonesia dengan menanamkan budaya mereka yang terus dikaitkan dengan agama. Politik agama itu disalahgunakan untuk mencapai tujuan menguasai Indonesia.
”Kita sebagai bangsa jangan pernah lelah menunjukan nasionalisme, toleransi dan Semangat persatuan dan kesatuan jikalau memang tidak ingin bernasib sama dengan Afganistan. Terlebih Indonesia secara geografis lebih luas,” tegasnya.
”Jika kita melihat warga Afganistan yang sangat kesukuan dan tidak mimiliki identitas nasional memang tanpa harus melampaui perang konvensional berdarah pun Taliban mudah untuk tundukan Afganistan,” katanya, Rabu (18/8/2021).
Oleh karena itu, kata Ketua Bidang Hankam dan Intelijen Partai Perindo ini, Indonesia harus terus melakukan penguatan nasionalisme sebagai bangsa Indonesia. ”Bangsa ini beruntung Bung Karno begitu tegas agar kita lakukan nation character building. Kitapun punya Pancasila dan UUD 45. Bayangkan bila kita bimbang ragu sebagai bangsa akan mudah digalang oleh kelompok radikal dan ekstrem. Terlebih methode penggalangan dengan Enabling Environtmen yang piawai membuat orang terbuai dan menganggap normal radikalisme itu,” ujarnya.
Mantan anggota Komisi I DPR ini menyebut persatuan dan kesatuan bangsa adalah sebuah keniscayaan untuk dijaga dan bela sampai akhir hayat. ”Hanyalah hal itu yang dapat membuat bangsa ini utuh tetap ada dalam negara yang berdaulat,” ucapnya.
Menurut Nuning, panggilan akrab Susaningtyas Kertopati, langkah pemerintah melarang HTI dan IM sangat tepat karena sadar atau tidak mereka embrio radikalisme dan perpecahan bangsa. Apalagi organisasi atau kelompok teroris yang berafiliasi ISIS maupun Al Qaeda harus ditangani dengan tegas oleh aparat. Kelompok-kelompok ini jelas ingin menghancurkan nasionalisme dan identitas kebhineka tunggal ikaan bangsa Indonesia dengan menanamkan budaya mereka yang terus dikaitkan dengan agama. Politik agama itu disalahgunakan untuk mencapai tujuan menguasai Indonesia.
”Kita sebagai bangsa jangan pernah lelah menunjukan nasionalisme, toleransi dan Semangat persatuan dan kesatuan jikalau memang tidak ingin bernasib sama dengan Afganistan. Terlebih Indonesia secara geografis lebih luas,” tegasnya.
(cip)
tulis komentar anda