Menhan Prabowo: Kalau Terjadi Perang Kita Tidak Bisa Buru-Buru ke Supermarket Beli Alat Perang
Sabtu, 10 Juli 2021 - 08:05 WIB
JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menjelaskan, meskipun perang bukan sesuatu yang baik, sejarah manusia menyebut bahwa bangsa yang ingin damai dan merdeka adalah mereka yang siap menghadapi peperangan.
"Jika menghendaki damai kita harus siap perang, kalau terjadi perang kita tidak bisa buru-buru ke supermarket untuk beli alat perang. Tidak ada alat perang yang kita bisa beli langsung, tidak ada," ujar Prabowo dalam webinar bertajuk Optimalisasi Industri Pertahanan Dalam Konteks Kepentingan Nasional RI di Abad 21 dikutip, Sabtu (10/7/2021).
Lebih jauh dia menjelaskan, pembelian alutsista membutuhkan waktu yang cukup lama. Menurut dia, jika saat ini pemerintah memiliki uang dan memutuskan untuk beli alutsista tertentu, alutsista tersebut pun tak bisa langsung datang.
"Misal saya ingin beli pesawat tempur canggih jenis sebut apa, F15 dari Amerika, Sukhoi Su-35 atau Su-57 dari Rusia, Rafale dari Prancis, kita punya uang, kita beli hari ini tanda tangan kontrak, ya datangnya enam tahun lagi," ungkapnya.
Sebagai pemangku kepentingan dan kebijakan di bidang pertahanan, Menhan mengharapkan agar Indonesia tak diinvasi atau terkena ancaman. Oleh karenanya, kebijakan rencana pertahanan mesti dibuat sematang mungkin.
"Kita tidak bisa menyusun kebijakan berdasar harapan. Kita juga tidak bisa menyusun rencana berdasar doa. Doa perlu, tetapi rencana tidak bisa didasarkan atas doa dan harapan," katanya.
"Jika menghendaki damai kita harus siap perang, kalau terjadi perang kita tidak bisa buru-buru ke supermarket untuk beli alat perang. Tidak ada alat perang yang kita bisa beli langsung, tidak ada," ujar Prabowo dalam webinar bertajuk Optimalisasi Industri Pertahanan Dalam Konteks Kepentingan Nasional RI di Abad 21 dikutip, Sabtu (10/7/2021).
Lebih jauh dia menjelaskan, pembelian alutsista membutuhkan waktu yang cukup lama. Menurut dia, jika saat ini pemerintah memiliki uang dan memutuskan untuk beli alutsista tertentu, alutsista tersebut pun tak bisa langsung datang.
"Misal saya ingin beli pesawat tempur canggih jenis sebut apa, F15 dari Amerika, Sukhoi Su-35 atau Su-57 dari Rusia, Rafale dari Prancis, kita punya uang, kita beli hari ini tanda tangan kontrak, ya datangnya enam tahun lagi," ungkapnya.
Sebagai pemangku kepentingan dan kebijakan di bidang pertahanan, Menhan mengharapkan agar Indonesia tak diinvasi atau terkena ancaman. Oleh karenanya, kebijakan rencana pertahanan mesti dibuat sematang mungkin.
"Kita tidak bisa menyusun kebijakan berdasar harapan. Kita juga tidak bisa menyusun rencana berdasar doa. Doa perlu, tetapi rencana tidak bisa didasarkan atas doa dan harapan," katanya.
(zik)
Lihat Juga :
tulis komentar anda