Popularitas Airlangga Naik, Golkar: Kami Baru Pemanasan
Minggu, 13 Juni 2021 - 21:42 WIB
JAKARTA - Popularitas Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto sebagai Calon Presiden (Capres) 2024 mengalami kenaikan menurut hasil survei lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dirilis pada Minggu, (13/6/2021). Popularitas Airlangga mengalami kenaikan dari 26% pada Maret 2021, menjadi 28% pada Mei 2021.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Nurul Arifin menanggapi hasil survei tersebut. Ia mengatakan saat ini partainya baru melakukan pemanasan jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. "Saat ini kalau kami katakan, kami baru pemanasan, belum 100% all out, karena yang tadi kami sebutkan bahwa kami menjaga betul mandat dan tugas Bapak Ketua Umum kami ini sebagai Menko Perekonomian supaya fokusnya tidak berubah," ujar Nurul.
Menurutnya, target Airlangga saat ini masih menyelesaikan Vaksinasi Covid-19 dulu, kemudian pemulihan ekonomi. Baru setelah itu tercapai, Partai Golkar akan lebih serius untuk menggarap dan menyosialisasikan Airlangga sebagai Capres. "Jadi kita juga pelan-pelan namun pasti ya, mulai dengan sosialisasi untuk kenaikan popularitas, dan hasilnya di survei internal kita rasakan kenaikan angka popularitas dan diamini oleh hasil survei SMRC," kata Nurul.
Baca juga: Survei SMRC: Prabowo Subianto Menang Jika Pilpres Digelar Sekarang
Hal lain yang menurut Nurul menarik adalah skor popularitas dan hubungan tahu dan suka. "Saya lihat popularitas ketua umum kami meningkat, yang tahu itu ada 28% dan yang suka 44%," ujarnya.
Sementara kandidat lain ada yang popularitas sudah tinggi, tapi elektabilitas stagnan tidak berubah-ubah, dan angka kesukaannya dari responden yang kenal rendah, yang menunjukkan adanya resistensi sebagian publik.
"Mungkin dari sisa-sisa Pilpres tahun 2019 yang menyisakan polarisasi yang sangat tidak enak itu. Jadi yang tadi stagnan itu, menunjukkan resistensi akibat polarisasi dan politik identitas yang dulu dimainkan," katanya.
Selain itu, kata Nurul, partainya juga optimistis tetap akan mampu mengusung Airlangga sebagai Capres, pasalnya calon-calon atau kandidat lain yang memiliki popularitas dan elektabilitas tinggi banyak yang berpotensi tidak bisa maju karena tidak berpartai. Sementara, menurutnya, untuk maju sebagai Capres harus diusung oleh partai politik.
Baca juga: Jika Popularitas Sama dengan Prabowo, Ganjar Tak Ada Lawan
"Kami terus terang masih optimis karena pada akhirnya calon-calon kandidat yang tidak memiliki partai akan menunggu dipinang. Kuncinya adalah bahwa setiap calon layaknya harus mempunyai partai politik karena partai politik ini adalah dukungan yang riil, signifikan, dan sistematis secara struktur mulai dari pusat hingga ke daerah. Namun kalau hanya bermodal popularitas dan kesukaan, saya tidak tahu di mana relevansinya orang akan memilih kalau tidak dicalonkan oleh partai politik," katanya.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Nurul Arifin menanggapi hasil survei tersebut. Ia mengatakan saat ini partainya baru melakukan pemanasan jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. "Saat ini kalau kami katakan, kami baru pemanasan, belum 100% all out, karena yang tadi kami sebutkan bahwa kami menjaga betul mandat dan tugas Bapak Ketua Umum kami ini sebagai Menko Perekonomian supaya fokusnya tidak berubah," ujar Nurul.
Menurutnya, target Airlangga saat ini masih menyelesaikan Vaksinasi Covid-19 dulu, kemudian pemulihan ekonomi. Baru setelah itu tercapai, Partai Golkar akan lebih serius untuk menggarap dan menyosialisasikan Airlangga sebagai Capres. "Jadi kita juga pelan-pelan namun pasti ya, mulai dengan sosialisasi untuk kenaikan popularitas, dan hasilnya di survei internal kita rasakan kenaikan angka popularitas dan diamini oleh hasil survei SMRC," kata Nurul.
Baca juga: Survei SMRC: Prabowo Subianto Menang Jika Pilpres Digelar Sekarang
Hal lain yang menurut Nurul menarik adalah skor popularitas dan hubungan tahu dan suka. "Saya lihat popularitas ketua umum kami meningkat, yang tahu itu ada 28% dan yang suka 44%," ujarnya.
Sementara kandidat lain ada yang popularitas sudah tinggi, tapi elektabilitas stagnan tidak berubah-ubah, dan angka kesukaannya dari responden yang kenal rendah, yang menunjukkan adanya resistensi sebagian publik.
"Mungkin dari sisa-sisa Pilpres tahun 2019 yang menyisakan polarisasi yang sangat tidak enak itu. Jadi yang tadi stagnan itu, menunjukkan resistensi akibat polarisasi dan politik identitas yang dulu dimainkan," katanya.
Selain itu, kata Nurul, partainya juga optimistis tetap akan mampu mengusung Airlangga sebagai Capres, pasalnya calon-calon atau kandidat lain yang memiliki popularitas dan elektabilitas tinggi banyak yang berpotensi tidak bisa maju karena tidak berpartai. Sementara, menurutnya, untuk maju sebagai Capres harus diusung oleh partai politik.
Baca juga: Jika Popularitas Sama dengan Prabowo, Ganjar Tak Ada Lawan
"Kami terus terang masih optimis karena pada akhirnya calon-calon kandidat yang tidak memiliki partai akan menunggu dipinang. Kuncinya adalah bahwa setiap calon layaknya harus mempunyai partai politik karena partai politik ini adalah dukungan yang riil, signifikan, dan sistematis secara struktur mulai dari pusat hingga ke daerah. Namun kalau hanya bermodal popularitas dan kesukaan, saya tidak tahu di mana relevansinya orang akan memilih kalau tidak dicalonkan oleh partai politik," katanya.
(abd)
tulis komentar anda