Arisan Fiktif Hebohkan Mojokerto, La Nyalla Minta Emak-emak Waspada
Minggu, 23 Mei 2021 - 22:03 WIB
JAKARTA - Kasus penipuan berdalih arisan terjadi di Mojokerto, Jawa Timur. Masyarakat diminta untuk berhati-hati dalam mengikuti arisan , apalagi jika ada iming-iming keuntungan besar.
Seperti diketahui, ratusan orang yang mayoritas emak-emak menjadi korban penipuan arisan lebaran fiktif di Kabupaten Mojokerto. Mereka tergiur bunga 5% dan menyetorkan uang hingga ratusan juta.
Total kerugian mencapai Rp1 miliar diakumulasi dari 200 peserta yang melapor ke polisi setelah pelaku tidak kunjung membagikan hasil arisan yang dijanjikan.
“Kepada masyarakat, terutama bagi kaum wanita sebaiknya berhati-hati dalam mengikuti arisan. Jangan tertarik dengan angka besar yang dihasilkan dari uang arisan. Apalagi jika anggota arisannya kita tidak kenal sama sekali, ini dapat dipastikan hanya modus penipuan,” kata Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), AA La Nyalla Mahmud Mattalitti di sela-sela kunjungan kerjanya di Kalimantan Selatan, Minggu (23/5/2021).
Menurut La Nyalla, kasus arisan fiktif seperti yang terjadi di Mojokerto pernah beberapa kali terjadi juga di daerah lain. Karena memang arisan merupakan tradisi yang banyak diikuti oleh kelompok masyarakat. Tidak hanya arisan berbentuk uang, bahkan ada arisan barang, sembako dan lainnya.
Untuk itu, kata dia, aparat penegak harus melakukan tindakan preventif dan antisipasif. “Alangkah baiknya jika aparat penegak hukum memberikan informasi seluas-luasnya ke masyarakat, terkait ciri-ciri modus penipuan arisan. Ini dilakukan agar tidak berulangkali terjadi kasus yang sama dan sebenarnya sudah meresahkan masyarakat,” tuturnya. Baca juga: Ganjar Pranowo Dicueki PDIP, Pengamat Politik: Sabar Mas, Berani Pindah Partai?
Kepada Polres Mojokerto, secara khusus LaNyalla meminta untuk menelusuri kasus tersebut. Dikhawatirkan masih ada kelompok tertentu yang terkait sindikat penipu dengan modus arisan fiktif itu.
“Alhamdulillah pelaku sudah tertangkap. Tapi jangan hanya sampai di situ, harus diusut lebih jauh agar terang benderang ini bermain sendiri atau berkelompok semacam sindikat,” katanya.Baca juga: Dukung Marzuki Alie Buka Pemilu 2004, Kubu Moeldoko: SBY Bisa Dapat Karma Luar Biasa
Terpenting, kata La Nyalla, para korban harus mendapatkan haknya kembali setelah menyetor uang untuk arisan. Paling tidak nominal uang yang dikembalikan ke peserta arisan sebesar uang yang disetorkan.
“Ini yang tidak boleh dianggap sepele. Aparat penegak hukum perlu juga mengambil tindakan atau mencari cara agar uang para peserta arisan ini terganti. Bisa dengan sita aset pelaku atau hal lain,” katanya.
Berdasarkan keterangan para korban arisan, mereka membayar arisan setiap pekan sampai 46 kali dalam setahun dengan paket yang sudah dipilih. Sementara hasilnya dibagikan paling lambat satu minggu menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Seperti diketahui, ratusan orang yang mayoritas emak-emak menjadi korban penipuan arisan lebaran fiktif di Kabupaten Mojokerto. Mereka tergiur bunga 5% dan menyetorkan uang hingga ratusan juta.
Total kerugian mencapai Rp1 miliar diakumulasi dari 200 peserta yang melapor ke polisi setelah pelaku tidak kunjung membagikan hasil arisan yang dijanjikan.
“Kepada masyarakat, terutama bagi kaum wanita sebaiknya berhati-hati dalam mengikuti arisan. Jangan tertarik dengan angka besar yang dihasilkan dari uang arisan. Apalagi jika anggota arisannya kita tidak kenal sama sekali, ini dapat dipastikan hanya modus penipuan,” kata Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), AA La Nyalla Mahmud Mattalitti di sela-sela kunjungan kerjanya di Kalimantan Selatan, Minggu (23/5/2021).
Menurut La Nyalla, kasus arisan fiktif seperti yang terjadi di Mojokerto pernah beberapa kali terjadi juga di daerah lain. Karena memang arisan merupakan tradisi yang banyak diikuti oleh kelompok masyarakat. Tidak hanya arisan berbentuk uang, bahkan ada arisan barang, sembako dan lainnya.
Untuk itu, kata dia, aparat penegak harus melakukan tindakan preventif dan antisipasif. “Alangkah baiknya jika aparat penegak hukum memberikan informasi seluas-luasnya ke masyarakat, terkait ciri-ciri modus penipuan arisan. Ini dilakukan agar tidak berulangkali terjadi kasus yang sama dan sebenarnya sudah meresahkan masyarakat,” tuturnya. Baca juga: Ganjar Pranowo Dicueki PDIP, Pengamat Politik: Sabar Mas, Berani Pindah Partai?
Kepada Polres Mojokerto, secara khusus LaNyalla meminta untuk menelusuri kasus tersebut. Dikhawatirkan masih ada kelompok tertentu yang terkait sindikat penipu dengan modus arisan fiktif itu.
“Alhamdulillah pelaku sudah tertangkap. Tapi jangan hanya sampai di situ, harus diusut lebih jauh agar terang benderang ini bermain sendiri atau berkelompok semacam sindikat,” katanya.Baca juga: Dukung Marzuki Alie Buka Pemilu 2004, Kubu Moeldoko: SBY Bisa Dapat Karma Luar Biasa
Terpenting, kata La Nyalla, para korban harus mendapatkan haknya kembali setelah menyetor uang untuk arisan. Paling tidak nominal uang yang dikembalikan ke peserta arisan sebesar uang yang disetorkan.
“Ini yang tidak boleh dianggap sepele. Aparat penegak hukum perlu juga mengambil tindakan atau mencari cara agar uang para peserta arisan ini terganti. Bisa dengan sita aset pelaku atau hal lain,” katanya.
Berdasarkan keterangan para korban arisan, mereka membayar arisan setiap pekan sampai 46 kali dalam setahun dengan paket yang sudah dipilih. Sementara hasilnya dibagikan paling lambat satu minggu menjelang Hari Raya Idul Fitri.
(dam)
tulis komentar anda