Jika Sukses di Solo, Gibran Berpeluang Maju di Pilgub DKI Jakarta
Kamis, 11 Maret 2021 - 10:33 WIB
Igor mengatakan, tingkat popularitas dan tingkat kesukaan Gibran cukup tinggi di Solo, tetapi belum tentu tingkat popularitas dan likeability Gibran juga akan equivalen bagi publik Jakarta seperti di Solo.
Menurut Igor, minimal ada tiga faktor penentu kemenangan figur di Pilkada DKI 2024 nanti, yaitu isu atau wacana yang akan dimainkan, dukungan parpol, dan faktor pemilih (milenial dan muslim moderat).
“Dukungan parpol mungkin dengan mudah di dapat Gibran, tetapi isu politik dinasti bisa dimainkan kencang, dan ini bisa memengaruhi pemilih milenial dan muslim moderat di Jakarta. Asumsinya jika Gibran bukan anak dari Presiden Jokowi, pasti tidak akan diusung dan didukung di Pilwalkot Solo kemarin, apalagi Pilkada Jakarta 2024,” kata Igor.
Lebih lanjut Igor mengatakan, Presiden Jokowi sendiri lebih memilih Pilkada digelar serentak di 2024 daripada normalisasi 2022-2023. “Di sini peluang Gibran akan terbuka lebar. Saat ini, bisa memanfaatkan panggung politiknya di Solo dulu secara maksimal terlebih dahulu dengan program kerjanya, terutama yang terkait soal pembangunan (pengentasan kemiskinan), pemberdayaan UMKM dan penanggulangan Covid-19 di Solo,” kata Igor.
Pengamat Politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting, Arif Nurul Imam pun menilai peluang Gibran maju di Pilkada DKI Jakarta mendatang juga besar. Setidaknya, kata Arif, ada beberapa modal politik. “Pertama, anak presiden sehingga bisa memanfaatkan Jokowi effect,” kata Arif kepada SINDOnews secara terpisah.
Kedua, kata Arif, jika Gibran mampu menjadi kepala daerah berprestasi maka akan mendongkrak elektabilitasnya. “Ketiga, berasal dari partai besar yakni PDIP. Meski demikian, Gibran sebaiknya menuntaskan dulu di Solo agar kemampuan dan jam terbangnya teruji,” ujar Arif.
Namun, untuk saat ini, elektabilitas Gibran dinilai masih kalah dari Anies Baswedan. “Kalau Pilkada hari ini masih menang Anies karena elektabilitasnya masih tertinggi. Selain itu, Gibran juga masih belum menunjukkan kemampuannya sebagai kepala daerah. Gibran masih butuh waktu dan jam terbang agar publik bisa menilai,” pungkas Arif.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai terlalu halusinatif mempromosikan Gibran Rakabuming Raka ke Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) maupun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Pasalnya, kiprah Putra Sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu belum diketahui publik.
"Terlalu halusinatif mempromosikan Gibran untuk kontestasi Pilkada DKI atau bahkan pilpres, publik belum pernah tahu kiprah Gibran dalam kepemimpinan publik juga pembangunan," ujar Dedi Kurnia Syah kepada SINDOnews, Selasa 16 Februari 2021.
Menurut dia, layak tidaknya Gibran Rakabuming Raka mengikuti kontestasi pilkada, bukan soal waktu. Tetapi, lanjut dia, soal kepantasan dari sisi kinerja serta dukungan publik. "Jika Gibran berhasil membuktikan diri sebagai pemimpin di Surakarta dengan baik, maka bukan tidak mungkin ia dengan mudah maju ke tingkat lebih tinggi," pungkasnya.
Menurut Igor, minimal ada tiga faktor penentu kemenangan figur di Pilkada DKI 2024 nanti, yaitu isu atau wacana yang akan dimainkan, dukungan parpol, dan faktor pemilih (milenial dan muslim moderat).
“Dukungan parpol mungkin dengan mudah di dapat Gibran, tetapi isu politik dinasti bisa dimainkan kencang, dan ini bisa memengaruhi pemilih milenial dan muslim moderat di Jakarta. Asumsinya jika Gibran bukan anak dari Presiden Jokowi, pasti tidak akan diusung dan didukung di Pilwalkot Solo kemarin, apalagi Pilkada Jakarta 2024,” kata Igor.
Lebih lanjut Igor mengatakan, Presiden Jokowi sendiri lebih memilih Pilkada digelar serentak di 2024 daripada normalisasi 2022-2023. “Di sini peluang Gibran akan terbuka lebar. Saat ini, bisa memanfaatkan panggung politiknya di Solo dulu secara maksimal terlebih dahulu dengan program kerjanya, terutama yang terkait soal pembangunan (pengentasan kemiskinan), pemberdayaan UMKM dan penanggulangan Covid-19 di Solo,” kata Igor.
Pengamat Politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting, Arif Nurul Imam pun menilai peluang Gibran maju di Pilkada DKI Jakarta mendatang juga besar. Setidaknya, kata Arif, ada beberapa modal politik. “Pertama, anak presiden sehingga bisa memanfaatkan Jokowi effect,” kata Arif kepada SINDOnews secara terpisah.
Kedua, kata Arif, jika Gibran mampu menjadi kepala daerah berprestasi maka akan mendongkrak elektabilitasnya. “Ketiga, berasal dari partai besar yakni PDIP. Meski demikian, Gibran sebaiknya menuntaskan dulu di Solo agar kemampuan dan jam terbangnya teruji,” ujar Arif.
Namun, untuk saat ini, elektabilitas Gibran dinilai masih kalah dari Anies Baswedan. “Kalau Pilkada hari ini masih menang Anies karena elektabilitasnya masih tertinggi. Selain itu, Gibran juga masih belum menunjukkan kemampuannya sebagai kepala daerah. Gibran masih butuh waktu dan jam terbang agar publik bisa menilai,” pungkas Arif.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai terlalu halusinatif mempromosikan Gibran Rakabuming Raka ke Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) maupun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Pasalnya, kiprah Putra Sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu belum diketahui publik.
"Terlalu halusinatif mempromosikan Gibran untuk kontestasi Pilkada DKI atau bahkan pilpres, publik belum pernah tahu kiprah Gibran dalam kepemimpinan publik juga pembangunan," ujar Dedi Kurnia Syah kepada SINDOnews, Selasa 16 Februari 2021.
Menurut dia, layak tidaknya Gibran Rakabuming Raka mengikuti kontestasi pilkada, bukan soal waktu. Tetapi, lanjut dia, soal kepantasan dari sisi kinerja serta dukungan publik. "Jika Gibran berhasil membuktikan diri sebagai pemimpin di Surakarta dengan baik, maka bukan tidak mungkin ia dengan mudah maju ke tingkat lebih tinggi," pungkasnya.
tulis komentar anda