Kerja Keras Menuju Indonesia Emas 2045
Senin, 08 Maret 2021 - 06:05 WIB
Oleh : Prof. Chandra Fajri Ananda Ph.D
Staf Khusus Menteri Keuangan RI
Indonesia berpeluang masuk ke 5 negara di dunia dengan ekonomi terbesar pada tahun 2045 mendatang. Pada 2045, jumlah penduduk Indonesia mencapai 309 juta orang degan angka pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita mencapai kurang lebih USD23.000. Pada kondisi tersebut, Indonesia punya peluang untuk dapat menikmati “bonus demografi”, yaitu percepatan pertumbuhan ekonomi akibat berubahnya struktur umur penduduk yang ditandai dengan menurunnya rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk non-usia kerja kepada penduduk usia kerja. Oleh sebab itu Indonesia tengah melakukan restorasi ekonomi dalam upaya mendorong transformasi dari negara berpenghasilan menengah (middle income) menuju negara berpenghasilan tinggi (high income).
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebutkan bahwa Indonesia Emas pada 2045 dapat tercapai dengan syarat pertumbuhan ekonomi Indonesia harus konsisten di kisaran rata-rata 5%. Dengan demikian untuk mencapai target Indonesia Emas 2045, pada periode 2020–2030 pertumbuhan ekonomi minimal sebesar 6%. Pada periode 2020–2025 ekonomi Indonesia ditargetkan tumbuh sebesar 6%, periode 2025–2030 tumbuh 6,2%, periode 2030–2035 rata-rata 5,9%, periode 2035–2040 rata-rata 5,6%, dan periode 2040–2045 rata-rata 5,4%.
Tak mudah untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% atau bahkan secara bertahap berada di atas 6%. Bappenas memprediksi bahwa dengan skenario pertumbuhan ekonomi yang konsisten di kisaran 5%, pendapatan negara bisa mencapai USD20.000 per kapita. Jika hal tersebut tercapai, Indonesia dapat menjadi negara maju pada 2045 atau 100 tahun setelah merdeka. Tantangan, tetapi juga peluang. Meski saat ini pendapatan Indonesia masih di kisaran USD3.600–3.700 per kapita, optimisme, strategi, dan kerja keras dapat menjadi jalan bagi Indonesia untuk menggapai Indonesia Emas 2045.
Tantangan Indonesia Emas 2045
Salah satu tantangan terbesar bagi Indonesia dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 ialah menurunkan angka kemiskinan. Pemberantasan kemiskinan menjadi pekerjaan tak mudah. Meski demikian bukan tak mungkin jika pertumbuhan ekonomi nasional terus membaik sesuai dengan target pemerintah, angka kemiskinan juga memiliki peluang besar untuk mengalami penurunan. Pada 2045 tersebut pemerintah menargetkan angka kemiskinan telah mendekati nol dan ketimpangan juga telah berada pada angka yang baik dan ideal, demikian juga tingkat pengangguran relatif rendah. Melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif atau merata ke seluruh desil pendapatan, angka kemiskinan akan mencapai 0,02% pada 2045.
Selanjutnya permasalahan infrastruktur di Indonesia juga masih menjadi tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai Indonesia Emas 2045. Ketika keadaan infrastruktur di sebuah negeri lemah, hal itu menyebabkan perekonomian negara tersebut berjalan dengan cara yang sangat tidak efisien. Biaya logistik yang sangat tinggi berujung pada perusahaan dan bisnis yang kekurangan daya saing (karena biaya bisnis yang tinggi).
Pembangunan infrastruktur dan pengembangan ekonomi makro seharusnya memiliki hubungan timbal balik karena pembangunan infrastruktur menimbulkan ekspansi ekonomi melalui multiplier effect. Sementara itu ekspansi ekonomi menimbulkan kebutuhan untuk memperluas infrastruktur yang ada, untuk menyerap makin besarnya aliran barang dan orang yang beredar atau bersirkulasi di seluruh perekonomian.
Staf Khusus Menteri Keuangan RI
Indonesia berpeluang masuk ke 5 negara di dunia dengan ekonomi terbesar pada tahun 2045 mendatang. Pada 2045, jumlah penduduk Indonesia mencapai 309 juta orang degan angka pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita mencapai kurang lebih USD23.000. Pada kondisi tersebut, Indonesia punya peluang untuk dapat menikmati “bonus demografi”, yaitu percepatan pertumbuhan ekonomi akibat berubahnya struktur umur penduduk yang ditandai dengan menurunnya rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk non-usia kerja kepada penduduk usia kerja. Oleh sebab itu Indonesia tengah melakukan restorasi ekonomi dalam upaya mendorong transformasi dari negara berpenghasilan menengah (middle income) menuju negara berpenghasilan tinggi (high income).
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebutkan bahwa Indonesia Emas pada 2045 dapat tercapai dengan syarat pertumbuhan ekonomi Indonesia harus konsisten di kisaran rata-rata 5%. Dengan demikian untuk mencapai target Indonesia Emas 2045, pada periode 2020–2030 pertumbuhan ekonomi minimal sebesar 6%. Pada periode 2020–2025 ekonomi Indonesia ditargetkan tumbuh sebesar 6%, periode 2025–2030 tumbuh 6,2%, periode 2030–2035 rata-rata 5,9%, periode 2035–2040 rata-rata 5,6%, dan periode 2040–2045 rata-rata 5,4%.
Tak mudah untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% atau bahkan secara bertahap berada di atas 6%. Bappenas memprediksi bahwa dengan skenario pertumbuhan ekonomi yang konsisten di kisaran 5%, pendapatan negara bisa mencapai USD20.000 per kapita. Jika hal tersebut tercapai, Indonesia dapat menjadi negara maju pada 2045 atau 100 tahun setelah merdeka. Tantangan, tetapi juga peluang. Meski saat ini pendapatan Indonesia masih di kisaran USD3.600–3.700 per kapita, optimisme, strategi, dan kerja keras dapat menjadi jalan bagi Indonesia untuk menggapai Indonesia Emas 2045.
Tantangan Indonesia Emas 2045
Salah satu tantangan terbesar bagi Indonesia dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 ialah menurunkan angka kemiskinan. Pemberantasan kemiskinan menjadi pekerjaan tak mudah. Meski demikian bukan tak mungkin jika pertumbuhan ekonomi nasional terus membaik sesuai dengan target pemerintah, angka kemiskinan juga memiliki peluang besar untuk mengalami penurunan. Pada 2045 tersebut pemerintah menargetkan angka kemiskinan telah mendekati nol dan ketimpangan juga telah berada pada angka yang baik dan ideal, demikian juga tingkat pengangguran relatif rendah. Melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif atau merata ke seluruh desil pendapatan, angka kemiskinan akan mencapai 0,02% pada 2045.
Selanjutnya permasalahan infrastruktur di Indonesia juga masih menjadi tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai Indonesia Emas 2045. Ketika keadaan infrastruktur di sebuah negeri lemah, hal itu menyebabkan perekonomian negara tersebut berjalan dengan cara yang sangat tidak efisien. Biaya logistik yang sangat tinggi berujung pada perusahaan dan bisnis yang kekurangan daya saing (karena biaya bisnis yang tinggi).
Pembangunan infrastruktur dan pengembangan ekonomi makro seharusnya memiliki hubungan timbal balik karena pembangunan infrastruktur menimbulkan ekspansi ekonomi melalui multiplier effect. Sementara itu ekspansi ekonomi menimbulkan kebutuhan untuk memperluas infrastruktur yang ada, untuk menyerap makin besarnya aliran barang dan orang yang beredar atau bersirkulasi di seluruh perekonomian.
Lihat Juga :
tulis komentar anda