Keadaban Publik Merosot, Haedar Nashir Ajak Hidupkan Etika Al-Hujarat
Minggu, 24 Januari 2021 - 16:41 WIB
JAKARTA - Selain karena politik, kehadiran media sosial juga membuat nilai-nilai Islam kian terdistorsi. Media sosial telah membuat masyarakat bernapas pendek dan miopik, sehingga mudah terbelah.
Baca Juga: Cantrang Sempat Dilarang dan Kini Dilegalkan, KKP Kasih Penjelasan Ini
Dalam situasi seperti ini, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menilai perlu dihidupkan kembali nilai-nilai akhlak qur’ani. Hal ini guna menghadirkan masyarakat yang beretika dalam kehidupan media sosial
“Kita perlu menghidupkan Al-Hujarat etics dalam membangun keadaban publik,” katanya dikutip dari website resmi PP Muhammadiyah, Minggu (24/1/2021).
(Baca: Haedar Nashir: Untuk Bangkit, Pemerintah Harus Berani Buat Kebijakan Ekonomi yang Adil)
Haedar menyampaikan etika dan keadaban publik di Indonesia terdistorsi karena pertarungan politik yang keras. Bahkan cenderung menyisakan masalah bagi masyarakat.
Ketika pesta pora politik telah selesai di tingkat elite, ada berbagai residu konflik yang terus direproduksi di tataran masyarakat. Hal ini membuat kehidupan sosial menjadi sumpek. Akibatnya agama yang dibawa oleh kekuatan Islam arus utama moderat terhambat oleh konflik politik.
“Ketika agenda keprajuritan jadi arus dalam masyarakat, maka agenda-agenda besar untuk membangun peradaban dan membangun keadaban publik menjadi terhambat, terdistorsi oleh agenda-agenda seperti ini,” ujarnya.
Baca Juga: Pertama di Inggris, Masjid Jadi Pusat Vaksinasi COVID-19
Baca Juga: Cantrang Sempat Dilarang dan Kini Dilegalkan, KKP Kasih Penjelasan Ini
Dalam situasi seperti ini, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menilai perlu dihidupkan kembali nilai-nilai akhlak qur’ani. Hal ini guna menghadirkan masyarakat yang beretika dalam kehidupan media sosial
“Kita perlu menghidupkan Al-Hujarat etics dalam membangun keadaban publik,” katanya dikutip dari website resmi PP Muhammadiyah, Minggu (24/1/2021).
(Baca: Haedar Nashir: Untuk Bangkit, Pemerintah Harus Berani Buat Kebijakan Ekonomi yang Adil)
Haedar menyampaikan etika dan keadaban publik di Indonesia terdistorsi karena pertarungan politik yang keras. Bahkan cenderung menyisakan masalah bagi masyarakat.
Ketika pesta pora politik telah selesai di tingkat elite, ada berbagai residu konflik yang terus direproduksi di tataran masyarakat. Hal ini membuat kehidupan sosial menjadi sumpek. Akibatnya agama yang dibawa oleh kekuatan Islam arus utama moderat terhambat oleh konflik politik.
“Ketika agenda keprajuritan jadi arus dalam masyarakat, maka agenda-agenda besar untuk membangun peradaban dan membangun keadaban publik menjadi terhambat, terdistorsi oleh agenda-agenda seperti ini,” ujarnya.
Baca Juga: Pertama di Inggris, Masjid Jadi Pusat Vaksinasi COVID-19
tulis komentar anda