Insiden Besar jika Benar Orang Jerman yang Datangi Markas FPI Ternyata Intelijen
Minggu, 27 Desember 2020 - 13:12 WIB
JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI dari Muhammad Farhan menyebut warga negara Jerman yang mengunjungi Markas FPI beberapa waktu lalu adalah seorang pegawai badan intelijen di Jerman . Informasi ini disampaikan dalam diskusi di salah satu sosial media yang memiliki jaringan TV dan koran.
"Bila info ini benar, ini tentunya merupakan insiden besar dalam hubungan antara Jerman dan Indonesia," kata Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana, Minggu (27/12/2020).
(Baca juga : All I Want for Christmas Is You Mariah Carey Pecahkan Rekor Spotify dengan 17 Juta Streams dalam Sehari )
Menurutnya, kegiatan intelijen yang dilakukan oleh suatu negara seharusnya tidak terungkap oleh pemerintah setempat. Bila terungkap, negara setempat akan melakukan tindakan yang tegas terhadap negara yang melakukan mata-mata. Agen intelijen Jerman yang terekam di kamera sosial media tidak cukup hanya dipulangkan oleh Kedubes Jerman. Bahkan, Kemlu tidak cukup dengan memanggil Dubes ad interim Jerman.
( ).
"Kemlu tidak seharusnya menerima alasan Dubes ad interim secara naif. Kemlu harus melakukan protes keras bila perlu Dubes Jerman diusir (persona non grata) dari Indonesia. Kemlu di bawah pemerintahan Jokowi jangan sampai dipersepsi oleh publik tidak setegas ketika Kemlu berada di bawah pemerintahan SBY," tegas Hikmahanto yang juga Rektor Universitas Jenderal A. Yani itu.
(Baca juga : Jepang Larang Masuk Warga Asing setelah Varian Baru Covid-19 Tiba )
Menurutnya, saat era pemerintahan SBY, ketika mata-mata Australia diduga melakukan penyadapan para pejabat tinggi, SBY memanggil pulang Dubes Indonesia untuk Australia dan membekukan sejumlah kerja sama Indonesia Australia. Ketegasan Kemlu perlu dilakukan untuk menunjukkan bahwa Indonesia tidak akan pernah berkompromi dengan tindakan mata-mata oleh negara asing yang terkuak.
( ).
Hal ini juga menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia akan menolak campur tangan negara lain dalam urusan domestik Indonesia. "Bagi masyarakat Indonesia, kewaspadaan perlu ditingkatkan agar bangsa ini tidak mudah diadu domba dan terbelah oleh tangan-tangan asing," pungkasnya.
"Bila info ini benar, ini tentunya merupakan insiden besar dalam hubungan antara Jerman dan Indonesia," kata Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana, Minggu (27/12/2020).
(Baca juga : All I Want for Christmas Is You Mariah Carey Pecahkan Rekor Spotify dengan 17 Juta Streams dalam Sehari )
Menurutnya, kegiatan intelijen yang dilakukan oleh suatu negara seharusnya tidak terungkap oleh pemerintah setempat. Bila terungkap, negara setempat akan melakukan tindakan yang tegas terhadap negara yang melakukan mata-mata. Agen intelijen Jerman yang terekam di kamera sosial media tidak cukup hanya dipulangkan oleh Kedubes Jerman. Bahkan, Kemlu tidak cukup dengan memanggil Dubes ad interim Jerman.
( ).
"Kemlu tidak seharusnya menerima alasan Dubes ad interim secara naif. Kemlu harus melakukan protes keras bila perlu Dubes Jerman diusir (persona non grata) dari Indonesia. Kemlu di bawah pemerintahan Jokowi jangan sampai dipersepsi oleh publik tidak setegas ketika Kemlu berada di bawah pemerintahan SBY," tegas Hikmahanto yang juga Rektor Universitas Jenderal A. Yani itu.
(Baca juga : Jepang Larang Masuk Warga Asing setelah Varian Baru Covid-19 Tiba )
Menurutnya, saat era pemerintahan SBY, ketika mata-mata Australia diduga melakukan penyadapan para pejabat tinggi, SBY memanggil pulang Dubes Indonesia untuk Australia dan membekukan sejumlah kerja sama Indonesia Australia. Ketegasan Kemlu perlu dilakukan untuk menunjukkan bahwa Indonesia tidak akan pernah berkompromi dengan tindakan mata-mata oleh negara asing yang terkuak.
( ).
Hal ini juga menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia akan menolak campur tangan negara lain dalam urusan domestik Indonesia. "Bagi masyarakat Indonesia, kewaspadaan perlu ditingkatkan agar bangsa ini tidak mudah diadu domba dan terbelah oleh tangan-tangan asing," pungkasnya.
(zik)
tulis komentar anda