BNPB Ungkap Dua Potensi Besar Pemicu Tsunami di Wilayah Selatan Jawa
Sabtu, 05 Desember 2020 - 17:37 WIB
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Pelaksana Tugas Direktur Pemetaan dan Risiko Bencana BNPB, Abdul Muhari mengatakan belajar dari pascatsunami Pangandaran 2006, masih ada dua potensi besar yang dapat memicu tsunami di wilayah Selatan Jawa di masa depan, khususnya yang dapat berdampak pada wilayah Kabupaten Cilacap.
Adapun potensi pertama adalah zona patahan dari wilayah selatan Banten hingga Pangandaran, yang mana menurut Muhari dapat berpotensi memicu gempa dasar laut dengan kekuatan hingga magnitudo 8,8. “Apabila periode gempa dasar laut tersebut berlangsung hingga 30-60 detik, maka hal itu dapat dipastikan akan memicu terjadinya gelombang tsunami hingga setinggi 5 meter,” ungkap Muhari di Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah dalam siaran pers yang diterima Sindo Media, Sabtu (5/12/2020). (Baca juga: BNPB-BMKG Gelar Latihan Mitigasi Tsunami di Selatan Jawa)
Kemudian potensi kedua menurut Muhari adalah gempa dasar laut dengan kekuatan hingga magnitudo 8,9 dengan episentrum di wilayah selatan Yogyakarta hingga Pacitan. Maka daerah Kulonprogo, Kebumen, Purworejo hingga Cilacap dapat terdampak gelombang tsunami. “Yang sebelah barat di selatan Banten itu 8,8 (magnitudo), yang di sebelah timur ini (magnitudonya) 8,9,” jelas Muhari. (Baca juga: BNPB: Kemendikbud Telah Siapkan 240 Sekolah Darurat di Sulteng)
Lebih lanjut, Abdul Muhari juga mengatakan apabila pelepasan energi dari kedua titik tersebut terjadi secara bersamaan, maka anomalinya dapat lebih besar lagi menjadi magnitudo 9,1 seperti yang pernah terjadi di Aceh pada 2004. “Tetapi kalau pecah bersamaan itu magnitudo-nya bisa sampai 9,1 lebih kurang sama dengan Banda Aceh 2004,” jelas Muhari. (Baca juga: BMKG : Sunda Megathrust Ancaman Nyata Bencana di Selatan Pantai Jawa)
Berdasarkan hasil publikasi Jurnal Nature dari pemodelan peristiwa Tsunami Pangandaran 2006, Muhari mengatakan gelombang tsunami menghantam bagian selatan Nusakambangan dalam periode waktu 30 menit. Sedangkan dengan pemodelan yang sama dari titik episentrum di sebelah timur, maka gelombang tsunami sampai di pesisir selatan Pulau Jawa dalam waktu 40 hingga 60 menit. “Maksimal dalam waktu 40 sampai 60 menit, tsunami sudah sampai daerah Kulon Progo, Kebumen hingga Cilacap,” jelas Muhari.
Lebih lanjut, Muhari juga menjelaskan gelombang tsunami juga berpotensi memiliki rangkaian gelombang lainnya di belakang. Sehingga hal itu harus diantisipasi dengan baik. “Sampai 5 jam itu gelombangnya akan tetap berosilasi. Bahwa tsunami ini bukan satu gelombang, tapi rangkaian gelombang. Begitu satu gelombang yang tinggi sudah lewat, maka bukan berarti tsunaminya selesai. Bisa jadi di belakangnya masih ada rangkaian gelombang berikutnya,” imbuhnya.
Dalam hal ini, Muhari berharap agar informasi tersebut kemudian perlu dijadikan bahan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap, untuk memitigasi wilayahnya dari adanya potensi gelombang tsunami. “Ini yang perlu kita perhatikan,” pungkas Muhari.
Adapun potensi pertama adalah zona patahan dari wilayah selatan Banten hingga Pangandaran, yang mana menurut Muhari dapat berpotensi memicu gempa dasar laut dengan kekuatan hingga magnitudo 8,8. “Apabila periode gempa dasar laut tersebut berlangsung hingga 30-60 detik, maka hal itu dapat dipastikan akan memicu terjadinya gelombang tsunami hingga setinggi 5 meter,” ungkap Muhari di Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah dalam siaran pers yang diterima Sindo Media, Sabtu (5/12/2020). (Baca juga: BNPB-BMKG Gelar Latihan Mitigasi Tsunami di Selatan Jawa)
Kemudian potensi kedua menurut Muhari adalah gempa dasar laut dengan kekuatan hingga magnitudo 8,9 dengan episentrum di wilayah selatan Yogyakarta hingga Pacitan. Maka daerah Kulonprogo, Kebumen, Purworejo hingga Cilacap dapat terdampak gelombang tsunami. “Yang sebelah barat di selatan Banten itu 8,8 (magnitudo), yang di sebelah timur ini (magnitudonya) 8,9,” jelas Muhari. (Baca juga: BNPB: Kemendikbud Telah Siapkan 240 Sekolah Darurat di Sulteng)
Lebih lanjut, Abdul Muhari juga mengatakan apabila pelepasan energi dari kedua titik tersebut terjadi secara bersamaan, maka anomalinya dapat lebih besar lagi menjadi magnitudo 9,1 seperti yang pernah terjadi di Aceh pada 2004. “Tetapi kalau pecah bersamaan itu magnitudo-nya bisa sampai 9,1 lebih kurang sama dengan Banda Aceh 2004,” jelas Muhari. (Baca juga: BMKG : Sunda Megathrust Ancaman Nyata Bencana di Selatan Pantai Jawa)
Berdasarkan hasil publikasi Jurnal Nature dari pemodelan peristiwa Tsunami Pangandaran 2006, Muhari mengatakan gelombang tsunami menghantam bagian selatan Nusakambangan dalam periode waktu 30 menit. Sedangkan dengan pemodelan yang sama dari titik episentrum di sebelah timur, maka gelombang tsunami sampai di pesisir selatan Pulau Jawa dalam waktu 40 hingga 60 menit. “Maksimal dalam waktu 40 sampai 60 menit, tsunami sudah sampai daerah Kulon Progo, Kebumen hingga Cilacap,” jelas Muhari.
Lebih lanjut, Muhari juga menjelaskan gelombang tsunami juga berpotensi memiliki rangkaian gelombang lainnya di belakang. Sehingga hal itu harus diantisipasi dengan baik. “Sampai 5 jam itu gelombangnya akan tetap berosilasi. Bahwa tsunami ini bukan satu gelombang, tapi rangkaian gelombang. Begitu satu gelombang yang tinggi sudah lewat, maka bukan berarti tsunaminya selesai. Bisa jadi di belakangnya masih ada rangkaian gelombang berikutnya,” imbuhnya.
Dalam hal ini, Muhari berharap agar informasi tersebut kemudian perlu dijadikan bahan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap, untuk memitigasi wilayahnya dari adanya potensi gelombang tsunami. “Ini yang perlu kita perhatikan,” pungkas Muhari.
(cip)
tulis komentar anda