Hari Anak Dunia, Kepala BPIP: Pandemi Covid-19 Renggut Kegembiraan Mereka
Sabtu, 21 November 2020 - 00:08 WIB
JAKARTA - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi menyebut kondisi pandemi Covid-19 saat ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia, tak terkecuali anak-anak.
Hal ini diungkapkan Yudian saat memperingati Hari Anak Dunia (World Children Day) sekaligus peluncuran produk Pembinaan Ideologi Pancasila berupa Pancamain Indonesia. Menurutnya, perayaan untuk anak-anak ini seharusnya disambut dengan rasa penuh suka cita. Akan tetapi, keadaan ini berubah ketika Covid-19 melanda dunia. "Tapi di masa pandemi seperti ini, kita belum bisa memberikan kegembiraan yang seharusnya mereka terima karena ada situasi seperti ini," kata Yudian di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Jumat (20/11/2020). (Baca juga: Wakil Kepala BPIP: Orang Toleran Cenderung Lebih Bahagia)
Bahkan, kata dia, ada sebagian pihak mengatakan pandemi ini telah menciptakan krisis tambahan untuk anak-anak di seluruh dunia, bukan saja Indonesia. Tak bisa dipungkiri, kondisi ini merupakan bagian dari ujian Tuhan Yang Maha Kuasa. "Jadi siapapun itu nanti diuji, situasi ini sudah merubah kita, bahkan mengkhawatirkan sekali bagi perubahan perjalanan hidup anak-anak kita di masa yang akan datang," ujar Pendiri Pondok Pesantren Nawasea Yogya ini di Jakarta, Jumat (20/11/2020). (Baca juga: Instagram Luncurkan Pembaruan Panduan untuk Orang Tua)
Menurutnya, bukan berarti menganjurkan agar sekolah dibuka kembali tanpa mempertimbangkan protokol kesehatan. Yang terpenting adalah bagaimana bisa mengembangkan, menciptakan rangka medium dalam metode pembelajaran alternatif yang bisa turut berkontribusi bagi anak-anak. Hal ini penting untuk memastikan perkembangan anak- anak tanpa mengorbankan kesehatan fisik, mental, dan kebahagiaan mereka. "Dalam hal inilah, kami ingin berkontribusi pada acara-acara alternatif dalam proses pembelajaran dan pengembangan karakter anak yang sesuai dengan tugas dan fungsi pokok BPIP dalam pembinaan,” Kata Yudian menuturkan. (Baca juga: Pancasila dan Anak Era Aplikasi Gawai)
Sejumlah dampak yang jelas adalah penutupan sekolah atau proses pembelajaran yang berganti secara daring (online). Bahkan, dia mengutip catatan Unesco yang menyatakan penutupan sekolah memengaruhi 1,6 miliar murid di 190 negara atau setara dengan 90% anak usia sekolah di seluruh dunia. Belum lagi, dampak lainnya yang dirasakan misalnya anak-anak tidak bisa bertemu kawan-kawan sebaya, berkurangnya kesempatan pergerakan fisik, hingga kehilangan rutinitas. "Ini semua merupakan faktor yang mengkhawatirkan yang akan memengaruhi perkembangan mental dan fisik anak-anak kita ke depan," ujar Guru Besar, lulusan pondok pesantren ini.
Dalam video, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi inisiatif yang dilakukan BPIP. Karena, nilai-nilai Pancasila harus ditanamkan kepada anak-anak sedini mungkin. "Saya menyambut baik inisiatif BPIP bersama komiter permainan rakyat dan olahraga tradisional Indonesia. Nilai-nilai Pancasila, ideologi bangsa harus terus ditanamkan ke anak-anak kita sedini mungkin. Anak-anak kita harus berakhlak baik, sopan santun dan menghargai pendapat orang lain. Bersaudara dalam perbedaan agama, golongan, agama, suku. Saling tolong menolong dan penuh toleransi dan paling peduli," tutur Jokowi saat memberikan arahan pada acara Peluncuran Pancamain Indonesia yang diselenggarakan BPIP seperti dalam video daringnya.
Nilai-nilai tersebut, kata dia, harus masuk menjadi karakter dan prilaku dari anak-anak Indonesia. Oleh karena itu nilai-nilai tersebut tidak cukup hanya diceramahkan tetapi nilai-nilai tersebut harus diinternalisasikan ke dalam hati dan pikiran anak-anak, melalui cara anak-anak. Melalui dunia anak-anak yaitu dunia bermain. "Bermain adalah hak anak-anak, hak untuk bergembira hak untuk bersenang-senang, bersama teman-temannya. Untuk mengenal lingkungan sekitarnya dan sekaligus membentuk mental dan karakter serta menginternaslisasi nilai-nilai Pancasila," pungkasnya.
Hal ini diungkapkan Yudian saat memperingati Hari Anak Dunia (World Children Day) sekaligus peluncuran produk Pembinaan Ideologi Pancasila berupa Pancamain Indonesia. Menurutnya, perayaan untuk anak-anak ini seharusnya disambut dengan rasa penuh suka cita. Akan tetapi, keadaan ini berubah ketika Covid-19 melanda dunia. "Tapi di masa pandemi seperti ini, kita belum bisa memberikan kegembiraan yang seharusnya mereka terima karena ada situasi seperti ini," kata Yudian di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Jumat (20/11/2020). (Baca juga: Wakil Kepala BPIP: Orang Toleran Cenderung Lebih Bahagia)
Bahkan, kata dia, ada sebagian pihak mengatakan pandemi ini telah menciptakan krisis tambahan untuk anak-anak di seluruh dunia, bukan saja Indonesia. Tak bisa dipungkiri, kondisi ini merupakan bagian dari ujian Tuhan Yang Maha Kuasa. "Jadi siapapun itu nanti diuji, situasi ini sudah merubah kita, bahkan mengkhawatirkan sekali bagi perubahan perjalanan hidup anak-anak kita di masa yang akan datang," ujar Pendiri Pondok Pesantren Nawasea Yogya ini di Jakarta, Jumat (20/11/2020). (Baca juga: Instagram Luncurkan Pembaruan Panduan untuk Orang Tua)
Menurutnya, bukan berarti menganjurkan agar sekolah dibuka kembali tanpa mempertimbangkan protokol kesehatan. Yang terpenting adalah bagaimana bisa mengembangkan, menciptakan rangka medium dalam metode pembelajaran alternatif yang bisa turut berkontribusi bagi anak-anak. Hal ini penting untuk memastikan perkembangan anak- anak tanpa mengorbankan kesehatan fisik, mental, dan kebahagiaan mereka. "Dalam hal inilah, kami ingin berkontribusi pada acara-acara alternatif dalam proses pembelajaran dan pengembangan karakter anak yang sesuai dengan tugas dan fungsi pokok BPIP dalam pembinaan,” Kata Yudian menuturkan. (Baca juga: Pancasila dan Anak Era Aplikasi Gawai)
Sejumlah dampak yang jelas adalah penutupan sekolah atau proses pembelajaran yang berganti secara daring (online). Bahkan, dia mengutip catatan Unesco yang menyatakan penutupan sekolah memengaruhi 1,6 miliar murid di 190 negara atau setara dengan 90% anak usia sekolah di seluruh dunia. Belum lagi, dampak lainnya yang dirasakan misalnya anak-anak tidak bisa bertemu kawan-kawan sebaya, berkurangnya kesempatan pergerakan fisik, hingga kehilangan rutinitas. "Ini semua merupakan faktor yang mengkhawatirkan yang akan memengaruhi perkembangan mental dan fisik anak-anak kita ke depan," ujar Guru Besar, lulusan pondok pesantren ini.
Dalam video, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi inisiatif yang dilakukan BPIP. Karena, nilai-nilai Pancasila harus ditanamkan kepada anak-anak sedini mungkin. "Saya menyambut baik inisiatif BPIP bersama komiter permainan rakyat dan olahraga tradisional Indonesia. Nilai-nilai Pancasila, ideologi bangsa harus terus ditanamkan ke anak-anak kita sedini mungkin. Anak-anak kita harus berakhlak baik, sopan santun dan menghargai pendapat orang lain. Bersaudara dalam perbedaan agama, golongan, agama, suku. Saling tolong menolong dan penuh toleransi dan paling peduli," tutur Jokowi saat memberikan arahan pada acara Peluncuran Pancamain Indonesia yang diselenggarakan BPIP seperti dalam video daringnya.
Nilai-nilai tersebut, kata dia, harus masuk menjadi karakter dan prilaku dari anak-anak Indonesia. Oleh karena itu nilai-nilai tersebut tidak cukup hanya diceramahkan tetapi nilai-nilai tersebut harus diinternalisasikan ke dalam hati dan pikiran anak-anak, melalui cara anak-anak. Melalui dunia anak-anak yaitu dunia bermain. "Bermain adalah hak anak-anak, hak untuk bergembira hak untuk bersenang-senang, bersama teman-temannya. Untuk mengenal lingkungan sekitarnya dan sekaligus membentuk mental dan karakter serta menginternaslisasi nilai-nilai Pancasila," pungkasnya.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda